Tidak hanya satu kisah saja yang Pak Karta miliki dari masa lalunya, ada banyak sekali cerita di balik indahnya kehidupan yang dirinya miliki saat ini. Tentang semua perjuangannya di masa sekolah sampai akhirnya hampir menyerah dengan tujuannya yang ingin membawa kesuksesan ketika pulang ke tanah kelahirannya, walaupun dirinya adalah seorang laki-laki tapi Pak Karta tidak akan berbohong bahwa dirinya juga sering kali menangis ketika merasa bahwa apa yang dia inginkan tidak pernah sesuai dengan apa yang terjadi.
Semua perjuangannya di masa kecil dilewati dengan penuh lelah dan juga air mata, Pak Karta bisa dengan jujur berkata bahwa masa sekolahnya pernah menjadi masa-masa paling kelam yang dirinya miliki.
Coba pikirkan bagaimana jadinya jika seandainya Pak Karta tidak memiliki keinginan untuk pergi dari rumah dan memilih untuk merantau ke kota orang, pasti saat ini dia masih akan menikmati indahnya kehidupan di rumah bersama dengan seluruh anggota keluarganya dan dirinya juga tidak perlu banting tulang untuk mencukupi segala keperluannya di kota itu, sebab gengsinya terlalu tinggi untuk meminta, egonya terlalu besar untuk menyusahkan orang lain di saat dia merasa bahwa apa yang dia lakukan sekarang merupakan bentuk dari sebuah inginnya.
Karena semua itu keinginannya, maka Pak Karta juga ingin menyelesaikan semua hal dengan caranya tanpa perlu menyusahkan orang lain. Akan ada kala dia meminta bantuan ketika dirasa tak sanggup untuk lanjut melangkahkan kaki, Pak Karta akan meminta bantuan seseorang untuk menuntunnya dalam langkah baru yang akan dirinya ambil.
Dia hanya butuh dorongan, sebuah afeksi dalam bentuk lisan yang mengatakan bahwa dirinya pasti bisa melakukan semua itu, dia hanya ingin disemangati agar merasa bahwa semesta memang tidak sejahat itu hingga membiarkannya sendirian menghadapi semua hal yang terlalu menyakitkan untuk dirasakan.
Pak Karta sempat berpikir bahwa semesta memang menganggapnya sebagai anak tiri hingga segala sesuatu yang seharusnya bisa dia dapatkan dengan mudah jadi harus tertunda dan Pak Karta harus memupuk banyak kesabaran ekstra untuk bisa bertahan dalam penantian yang bahkan tidak tahu kapan akan berakhirnya.
Ingin sekali rasanya dia mengeluh lalu kemudian menyerah dan berkata bahwa dirinya tidak bisa lagi melanjutkan semua ini. Tapi jika sampai Pak Karta melakukan itu, mau ditaruh ke mana mukanya setelah sebelumnya dia sudah memohon izin secara mati-matian untuk diperbolehkan bersekolah di kota seberang. Mau ditaruh mana muka kedua orangtuanya jika pada akhirnya tidak ada hasil apa pun yang bisa dirinya bawa selain kegagalan?
Pernah ada masa di suatu waktu ketika Pak Karta menangis di tengah malam dan menyesali semua keputusan yang telah dia ambil, seharusnya dia tidak perlu menjadi semenyedihkan ini jika dulu mau mendengarkan semua perkataan dari kedua orangtuanya.
Namun mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur dan Pak Karta tidak bisa memutar keadaan untuk kembali seperti semula. Pilihannya kini hanya dua, menyerah atau tetap meneruskan langkah.
Dia tidak bisa memilih hal lain selain dua pilihan tersebut, kedua pilihan itu seperti mengolok-oloknya yang sedang berada antara ambang keberhasilan atau kegagalan, dan semua pilihan itu berada di tangannya. Apakah dia masih sanggup untuk melangkah atau sudah tidak bisa lagi menapaki dunia yang menyesakkan ini, hanya Pak Karta yang tahu jawabannya.
Tapi, di usia mudanya, Pak Karta itu amat sangat egois. Entah kepada orang lain ataupun kepada dirinya sendiri.
Apa dia tidak tahu ya bagaimana khawatirnya kedua orangtuanya di desa sana? Setiap kalo bertukar kabar, Pak Karta selalu mengatakan bahwa dia baik-baik saja padahal kenyataan yang ada tidaklah seperti itu. Dia sangat jauh dari kata baik-baik saja, tetapi dirinya terlalu gengsi untuk mengakui dan berkata bahwa dia sudah lelah.
Dan tentu saja itu semua karena egonya yang terlalu tinggi.
Padahal orangtuanya justru merasa semakin khawatir kala dia menjawab bahwa dirinya sedang baik-baik saja, sebagai orangtua pastilah mereka memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan anak mereka. Tanpa perlu diberitahu pun sebenarnya mereka sudah bisa menebak bahwa ada yang tidak beres dari anak mereka.
Tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin mereka mendesak Pak Karta untuk menceritakan semua masalahnya di saat Pak Karta sendiri tidak mau mengatakan tentang hal itu. Semua itu berusaha disembunyikannya sebaik mungkin agar tidak ada orang lain yang mengetahui tentang sulitnya dia bertahan hidup di kota itu. Dia ingin semua orang melihat bahwa dia bahagia sehingga keluarganya pun merasa bahwa bukan keputusan yang salah memberikan izin padanya untuk menjadi seorang perantau.
Lalu di tengah semua keputusasaannya dan ada pada satu titik ketika dirinya ingin menyerah, semesta justru berubah menjadi baik padanya. Apa semesta memang sengaja membuatnya frustrasi lebih dahulu sebelum akhirnya bergerak untuk membantu? Sepertinya dia memang ingin melihat Pak Karta terjatuh lebih dulu, dia ingin melihat Pak Karta yang tidak lagi bisa melakukan apa-apa hingga membutuhkan bantuan orang lain untuk bertahan, sebab selama ini dia selalu menolak untuk meminta tolong dan selalu berlagak bahwa bisa menyelesaikan semuanya seorang diri.
Tapi pada saat itu semesta memang mendadak jadi baik padanya. Caranya berbuat baik adalah dengan mengirimkan seorang teman yang tadinya Pak Karta pikir tidak akan dia butuhkan, justru membuatnya jadi cukup bergantung kepada teman tersebut.
Sosoknya itu yang selalu saja muncul secara tiba-tiba dan menawarkan bantuan tanpa aba-aba. Sosok itu merupakan seorang laki-laki seusianya bernama Daffa, sahabatnya di masa bersekolah yang telah banyak membantu Pak Karta dalam banyak hal. Daffa tidak pernah meminta balasan apa pun dari semua kebaikan yang sudah dia berikan kepada Pak Karta, dia sangat tulus mengulurkan tangannya untuk kemudian menarik Pak Karta untuk keluar dari jurang keputusasaannya.
Daffa itu seperti sebuah jawaban dari doa yang selama ini Pak Karta panjatkan untuk masalahnya yang tidak pernah berhenti datang. Setidaknya kurangi saja satu per satu agar Pak Karta bisa hidup lebih nyaman, namun kedatangan Daffa justru membantunya dalam banyak hal. Bukan hanya satu per satu, justru Daffa langsung menghilangkan hampir sebagian dari masalahnya yang ada.
Pak Karta memang tak pernah tahu seperti apa rencana yang sudah semesta siapkan untuk orang-orang sepertinya. Dirinya akui bahwa dia memang egois, tapi semua itu dilakukan karena dia tidak mau menyusahkan orang lain, bukan karena dia tidak membutuhkan bantuan hanya saja dirinya merasa bahwa masih bisa melakukan semuanya sendiri.
Manusia itu harus hidup sebagai manusia sosial bukannya manusia individu. Entah kapan pun itu dan dalam bentuk apa pun itu, kita pasti akan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Tidak akan ada yang berhasil hidup seorang diri di dunia ini, yang ada dia malah akan merasa kesepian dan tidak bisa bertahan lebih lama.
Dan semesta akan selalu punya rencana untuk mengubah arah pandang orang-orang yang seperti itu, mereka yang tersesat akan dikembalikan ke jalan yang lebih baik. Semesta dan segala rencananya akan selalu menjadi jawaban atas pertanyaan dari setiap orang yang hampir merasa putus asa akan sulitnya menjalani kehidupan di dunia.