Prologue

529 Words
Suasana di dalam kelas tampak ribut dan bising, beberapa siswa merajalela melakukan aktivitas yang mereka sukai. Seharusnya saat ini kekosongan diisi dengan pelajaran Fisika, namun Ibu Laura tidak bisa hadir dan tidak memberikan tugas kepada guru piket. Jadilah, para siswa dengan bebas memanfaatkan dua jam kosong menjelang istirahat. Di sudut kelas, tampak ada seorang gadis yang duduk manis dengan buku di tangannya dan camilan yang menemaninya membaca. Seolah ia tidak pernah ternganggu dengan kebisingan kelas yang sedang berlangsung. Aretha tenggelam dengan cerita romance percintaan yang membuatnya gemas karena tokohnya yang begitu keras kepala. Beberapa kali ia mendecak sebal karena apa yang dilakukan oleh tokoh di dalam novel itu tampak tidak sesuai dengan ekspektasinya. Di tengah keasikannya membaca, imaginasi yang bersumber dari sebuah rangkaian kata yang berada di depannya kini hilang. Seseorang merebutnya dari tangan Aretha. Sontak saja, Aretha mendongak dan mencari siapa pelaku yang tega menganggu ketengannya. Seseorang yang sedang berdiri di depan nya kini tengah tersenyum jahil menatap Aretha yang menatap nya marah. Aretha mendesis, ternyata Al. laki-laki yang sedang menganggunya. "Apa yang sedang kamu baca?" tanya Al penasaran sambil membulak-balikkan bukunya. "Balikin buku nya Al." Aretha memperingatkan. "Tidak, aku juga ingin membacanya." Ujar Al tidak mau mengalah. Aretha menghembuskan napas nya berat, "Kamu boleh membacanya kembali, kalau aku sudah selesai." "Aku mau sekarang." Mata Aretha berfokus pada laki-laki yang akan seumur hidupnya ia benci itu. "Kembalikan bukunya sekarang, Al. Aku sudah memperingatkanmu." Lanjutnya dengan kekuatan penuh untuk menahan emosi. "Lalu setelah memperingatkanku, apa yang akan kamu lakukan?" Al tersenyum meledek. Wajah Aretha berubah menjadi kemerahan. Ia sudah tidak tahan lagi berhadapan dengan Alvaro, musuh bebuyutannya yang selama ini sudah menganggu ketenangan hidupnya. Sialnya mereka selalu bersama dalam satu kelas yang sama hampir tiga tahun lamanya. Aretha maju dan mencoba merebut kembali bukunya, namun Al menangkisnya dan memindahkan bukunya yang semula dari tangan kanan menjadi ke tangan kiri. Aretha tidak mau diam sampai disitu, mereka terlibat saling rebut dan tarik menarik buku hingga sebuah suara seperti suara robekan kertas mengehentikan mereka berdua. Seketika juga mereka terpaku, bukunya kini terbelah menjadi dua bangian. Kini wajah Aretha menjadi semakin merah padam. Ia menahan amarah dari dalam dirinya dan rupanya sudah akan meledak. "Aku bilang kan kembalikan bukunya! Sekarang lihat apa yang kamu lakukan dengan bukuku!" Aretha berteriak parau yang mengakibatkan kebisingan di kelas seketika lenyap ditelan kesunyian yang mendadak akibat teriakan Aretha. Bulir air mata mengalir membasahi kedua pipinya. Sudah tidak tahan lagi karena selama ini Al sudah sering membuat dirinya kesal. Mulai dari hal sepele yang dilakukan secara terus menerus hingga sekarang emosinya sudah meledak. Bukan. Harus diledakkan! "Sudah aku bilang, aku kan mengembalikan bukumu nanti, kenapa kamu memaksa menarik bukunya hingga rusak?" Al tidak mau mengalah bukannya meminta maaf karena merusakkan barang milik orang lain. "Kan sudah aku bilang, aku ingin kau kembalikan bukunya sekarang! Kalau kamu ingin membaca kamu bisa tunggu giliran bukannya merebutnya begitu saja!" Aretha masih berteriak. Sosok yang bernama Al itu diam saja. "Kenapa kau terus menganggu ku, Al? apa yang pernah aku lakukan sehingga kamu tidak pernah berhenti mengangguku? Kali ini aku sudah muak! Aku benci kamu, Alvaro Caesar Mahesa!" Aretha berlari keluar kelas meninggalkan Al yang masih menatapnya dengan pandangan menyesal. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD