Memakai gaun yang indah, mengenakan perhiasan mahal, dan jadi pusat perhatian sungguh membuatku merasa disayangi banyak orang. Berulang kali aku mengambil foto buat dijadikan kenangan, tapi ... entah kenapa perasaanku tidak enak?! Rasanya sama seperti cemas tanpa sebab. Tapi kenapa?! Bukankah seharusnya aku bahagia?! Kalau muram, para tamu pasti mengira aku menikah karna terpaksa. Ditambah lagi umurku dan umur Uncle berbeda, meski tidak jauh, wajahku masih saja terlihat seperti anak kecil. Sebal!! "Kak Dilla, kau tampak cantik! Katakan! Apa kau bahagia menikah dengan, Kakakku?" Sekar berulang kali mencubit pipiku, gemas. "Kakak ipar ... Kau sangat mungil," godanya lagi membuat pipiku memerah. "Uh ... terima kasih, Kak Sekar," lirihku kesakitan. "Sekar, saja! Panggil aku Sekar!" protes a