Arsenio menegakkan punggung. Matanya masih terpaku pada layar, membaca laporan divisi keuangan yang tampaknya tak kunjung habis. Semenjak memutuskan untuk fokus penuh di perusahaan, waktu-waktu kosongnya seolah menguap. Ia sibuk, tapi entah mengapa, tidak merasa terbebani. Bahkan, ia menikmati ritme padat itu. Terutama karena satu hal kecil yang kini menjadi alasannya bertahan di kantor setiap hari. Keberadaan Mikayla alasan utamanya. Pintu diketuk pelan, lalu sekretarisnya masuk membawa sebuah paper bag warna cokelat. Di ujung bibir wanita itu, senyum licik mengembang. "Pak, ini dari karyawan magang favorit Anda." Arsenio mengangkat wajah. Ia melepas kacamatanya perlahan, menatap tas kertas itu sejenak sebelum mengerutkan kening. "Dia memberikan ini untukku?" Sekretarisnya mengangg

