Sesampainya di ruang kerjanya, Laura kaget karena Kimmy memeluknya tiba-tiba. Belum lagi Vania yang ikut memeluk Laura hingga membuat Laura sulit bernafas.
"Ada apa sih kalian, lepaskan aku!" Seru Laura berusaha melepaskan pelukan dari Kimmy dan Vania.
"Wow, Laura! Selamat atas kenaikan jabatanmu menjadi kepala departemen pemasaran!" Seru Kimmy dengan hebohnya. Laura melihat ke arah Kimmy heran.
'Lah bagaimana bisa Kimmy tahu?' Pikir Laura.
Vania pun mengangguk setuju, "Ya, benar! Kami sangat bangga padamu!"
'Vania juga tahu?' Batin Laura tambah heran. Masalahnya baru beberapa menit yang lalu ia naik jabatan dan dua sahabatnya sudah tahu.
Laura terkejut mendengar ucapan selamat yang terlontar dari mulut Kimmy dan Vania, namun ia juga tak lupa mengucap terima kasih, "Terima kasih, teman-teman! Tapi, bagaimana kalian tahu? Baru saja aku naik jabatan beberapa menit yang lalu," ujar Laura.
Kimmy tersenyum lalu menjawab, "semua karyawan di gedung ini sepertinya sudah tau deh kalau ada yang punya jabatan baru atau naik jabatan hari ini dan itu kamu. Asisten pribadi CEO Lee telah mengumumkannya melalui setiap komputer di perusahaan," jelas Kimmy.
Laura melebarkan matanya, dia tak menyangka Sam bergerak begitu cepat.
Vania tersenyum lebar, "kami betul-betul tak menyangka, Laura. Ini prestasi yang luar biasa!"
Laura pun terharu walau sebenarnya ia merasa terbebani dengan jabatan barunya itu, "Terima kasih, kalian berdua. Aku sungguh tak bisa berkata-kata. Kalian selalu menjadi sahabat yang mendukungku, sejak awal aku bergabung dengan perusahaan ini."
Kimmy pun menjawab, "Tentu saja, Laura. Kamu adalah orang yang berbakat dan pantas mendapatkan jabatan ini. Kami tidak bisa lebih bahagia untukmu."
Vania menambahkan, "Ya, persiapkan dirimu untuk tantangan baru yang menunggu. Kami akan selalu ada di sini untuk mendukungmu."
Laura menjawab, "Terima kasih, kalian berdua. Kalian adalah sahabat sejati bagiku. Saya berjanji akan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan tidak akan mengecewakan kalian."
"Kami tidak pernah meragukanmu, Laura. Kita akan terus bersama-sama menjadikan departemen pemasaran ini sukses," Kimmy bertekad.
Vania mengacungkan jempol, "Betul sekali! Kita berdua akan mendukungmu sepenuhnya dalam setiap langkah yang kamu ambil."
Mereka bertiga tersenyum satu sama lain, berbagi kebahagiaan dan keyakinan bahwa masa depan departemen pemasaran akan cerah di bawah kepemimpinan Laura. Persahabatan mereka semakin erat, dan mereka siap menghadapi tantangan baru bersama-sama.
Laura duduk di meja kerjanya, tengah sibuk menyelesaikan tugas-tugas terakhirnya sebelum pulang. Ponselnya tiba-tiba bergetar, dan dia melihat nama CEO Lee muncul di layar. Dia mengambil telepon dengan cepat, penuh keingintahuan.
"Halo. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Laura formal. Laura tidak memanggil CEO Lee dengan panggilan tuan, karena ia takut orang yang di ruangan yang sama dengannya bertanya siapa yang menelpon, apalagi Kimmy dan Vania.
"Hai, Laura. Maaf mengganggumu di waktu seperti ini. Aku memiliki kabar baik untukmu," ucap Lee.
"Oh, tentu saja tidak mengganggu. Apa kabar baiknya?" Tanya Laura tak sabar.
Lee pun langsung menjawab, "Kabar baiknya adalah, mulai besok, kamu akan resmi aktif sebagai kepala departemen pemasaran di perusahaan kita."
Laura terdiam dan membatin, 'aku kira kenaikan jabatanku dibatalkan. Aku sudah berharap seperti itu.'
"Ya, kamu telah menunjukkan kemampuan dan dedikasi yang luar biasa dalam pekerjaanmu. Keputusan ini sudah dipertimbangkan dengan matang, dan saya yakin kamu akan berhasil dalam peran ini," puji Lee.
"Terima kasih banyak. Saya sungguh terhormat dan berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya," jawab Laura.
"Kamu pantas mendapatkannya, Laura. Kami percaya kamu akan membawa departemen pemasaran kita ke tingkat yang lebih tinggi," Lee memberikan semangat.
Laura pun berkata, "Saya akan bekerja keras untuk membuktikan kepercayaan yang diberikan. Saya tidak akan mengecewakan Anda." Tapi sebenarnya Laura merasa berat dengan jabatan barunya.
"Saya yakin kamu akan melakukannya dengan sangat baik. Jadi, besok, kamu sudah bisa memulai tugasmu sebagai kepala departemen pemasaran. Kita akan segera mengadakan pertemuan untuk membahas rencana dan strategi ke depan," jelas Lee.
Sebenarnya ini yang diinginkan Lee, lebih sering bertemu Laura. Disamping Laura memang pintar dan cerdas dibidangnya.
"Saya akan siap sebaik mungkin untuk pertemuan tersebut. Terima kasih atas kesempatan ini. Saya sangat bersemangat dan siap menghadapi tantangan baru ini," ucap Laura.
Laura bicara sangat formal sekali pada CEO Lee, karena ia tahu jika tidak sedang berdua, Laura harus tetap bersikap profesional antara bawahan dan atasan dengan CEO Lee.
"Saya tahu kamu akan melakukannya dengan gemilang, Laura. Selamat, dan semoga sukses dalam peran barumu. Jika ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk menghubungi saya," ucap Lee.
Laura pun menjawab, "Terima kasih. Saya tidak akan ragu untuk meminta bantuan jika dibutuhkan. Saya akan memberikan yang terbaik."
Setelah menutup panggilan, Laura duduk dengan perasaan campur aduk.
Di ruang kerjanya, Laura duduk di depan meja dengan wajah yang tegang dan ekspresi yang jelas terlihat kesal. Buku-buku dan dokumen tersebar di sekitar meja, menunjukkan keadaan kerja yang kacau.
Laura merasa kesal, "aku tidak percaya ini! Naik jabatan? Bagaimana bisa?" Bisik Laura.
Dia menggenggam ponselnya dengan erat, menatap layar dengan ketidakpercayaan yang jelas terpancar dari matanya.
Laura Berbisik lagi, dengan nada frustasi, 'Kenapa CEO Lee bertindak mendadak dan semaunya? aku jadi menyesal membuat banner yang bagus.'
Saat sedang menunggu bis di halte, Laura bertemu dengan Norma, si pelakor yang merebut suaminya. Di halte itu hanya ada Laura dan Norma saja. Suasana langit sore itu mendung.
Saat Norma berjalan mendekat, Laura tampak cuek.
"Lagi nunggu bis ya?" Tanya Norma berbasa-basi. Laura tak menanggapi ucapan Norma. Ia memilih diam mematung.
Kesal pertanyaannya tak ditanggapi Norma pun berkata, "Laura... Kamu terlihat begitu sendu. Apa yang terjadi? Oh, tunggu, aku tahu. Kamu galau, bukan? Galau karena belum punya pengganti Brian, mantan suamimu yang kini menjadi suamiku."
Laura menatap Norma dengan kesal, namun ia tak berniat menanggapi perkataan Norma.
Norma tersenyum sinis, "Lihatlah diriku, Laura. Aku merampasnya darimu dengan senyum penuh kemenangan di wajahku."
Laura pun angkat bicara, "Norma, tidak perlu membanggakan dirimu sendiri. Keputusan itu adalah pilihan Brian, bukan keberhasilanmu."
Norma pun tertawa sinis, "Oh, kamu begitu mulia, Laura. Tapi jujur saja, aku melihat ke dalam matanya dan tahu bahwa dia menemukan sesuatu yang tidak dia dapatkan darimu. Apakah itu cinta atau gairah, aku tidak tahu. Yang aku tahu, dia memilihku dan meninggalkanmu." Norma tersenyum seakan penuh kemenangan.
Saat suasana masih panas diantara keduanya, sebuah mobil berhenti tepat di depan Laura dan Norma.
Laura dan Norma langsung melihat ke arah mobil itu.