Namaku Freya Adrien Saralee

1070 Words
    Pagi ini langit Hong Kong tidak begitu cerah. Udara dingin di luar mulai terasa memasuki ruangan. Saat ini di Hong Kong sudah memasuki musim dingin. Aku yang tertidur lelap dibangunkan oleh suara ketukan pintu dari luar kamar.       “CEO Fe…Apa anda sudah bangun? Dua jam lagi kita ada rapat penting di kantor pusat.” Alicia berbicara dari balik pintu kamar.       Aku yang masih setengah sadar mengambil handphone-ku yang ada di atas nakas samping tempat tidur. Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Aku segera bangun dan bergegas ke kamar mandi. “Ya, aku akan bersiap-siap dulu.”     Setelah aku keluar dari kamar mandi, aku membuka koper yang tidak sempat aku bereskan tadi malam karena lelah. Saat dibuka, isinya benar-benar membuat aku kaget bukan kepalang. Semua isi koper itu adalah pakaian pria. OMG! Dosa apa yang aku lakukan sampai-sampai dua hari ini aku begitu sial? Pakaian siapa ini? Kemana semua pakaianku? Kenapa semua pakaianku berubah menjadi pakaian pria?     Aku yang sangat kesal berteriak, “ALICIA….RACHEL…. MANA PAKAIANKU?”     Mereka yang mendengar teriakanku segera berlari ke kamarku. Yang pertama membuka pintu dan muncul duluan adalah Rachel. “CEO…apa yang terjadi?”       “Coba kamu lihat apa yang ada di dalam koperku” Aku yang sedang berdiri tersenyum miring sambil melipat kedua tangan di dadaku.       Rachel kemudian berjongkok melihat isi koper itu. Ia mengerutkan dahinya dan mengangkat pakaian dalam pria yang ada di dalam koper.  “CEO, kenapa baju anda semua berubah menjadi baju pria?”.     “Mestinya aku yang bertanya padamu. Bukankah kemarin kamu yang pergi mengambil bagasiku?”       Alicia yang dari tadi berada di pintu memasuki kamar berjalan kearah koper. “Coba lihat ‘name tag’ yang ada di koper itu.” Ia membalikkan koper itu dan memegang ‘name tag’ yang tergantung pada handle koper. Nama pria pemilik koper itu adalah ABRAHAM XANDER.     “OMG! Kamu benar-benar ceroboh Rachel. Apa kamu ingin aku pecat?”     Rachel yang mendengar aku marah, wajahnya berubah menjadi pucat. “Maaf CEO Fe. Aku benar-benar minta maaf. Tolong jangan pecat aku. Aku masih membutuhkan pekerjaan ini.” Ia membungkukkan tubuhnya di hadapanku meminta maaf.       Aku membuang nafasku dengan kasar. “Hmph….ya sudah, sekarang kalian keluar!”       Mereka pun bergegas keluar kamar karena tidak ingin melihatku marah. Aku yang sedang kesal berjalan kearah lemari pakaian yang ada di kamar. Untung saja masih ada pakaianku dua tahun lalu di dalam lemari ini. Semua pakain itu masih terlihat bagus dan terawat. Karena meskipun aku sudah lama tidak menempati apartemen ini, tapi aku selalu menyuruh orang untuk membersihkannya.             ****     Satu setengah jam kemudian mobil berhenti di depan pintu perusahaan. Aku turun dari mobil dan berjalan menuju lobby. Alicia, Rachel dan Reynand berjalan mengikutiku dari belakang. Sudah dua tahun terakhir aku tidak datang ke kantor utama perusahaan ini. Semenjak hal buruk menimpaku, yang membuat hidupku berubah 180 derajat. Semua urusan perusahaan di kantor pusat ini diurus oleh Reynand, orang kepercayaanku. Ia menjabat sebagai Direktur Umum dan sudah bertahun-tahun mengabdi di perusahaan Victory Corp.     Aku berjalan melewati resepsionis menuju lift khusus. Semua karyawan yang lewat menyapaku dengan hangat. “Pagi CEO Fe…”       Aku tersenyum dan mengangguk membalasan sapaan mereka hingga sampai di dalam lift. Setelah semua sudah memasuki lift, Alicia menekan tombol 65 dan kemudian pintu lift tertutup. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di lantai 65 gedung Victory Corp. Pintu lift terbuka dan aku keluar memimpin jalan menuju ruang rapat yang telah dipenuhi para petinggi perusahaan.       Namaku Freya Adrien Saralee. Seorang gadis berumur 25 tahun. Orang-orang terdekat memanggilku Freya. Dan di kantor, orang-orang lebih mengenalku dengan sebutan ‘CEO Fe’. Aku adalah pewaris tunggal dari perusahaan Victory Corporation. Sebuah perusahaan besar dan ternama yang di wariskan oleh kakekku ke padaku.        Dari kecil aku dirawat dan dibesarkan oleh kakek. Ibuku meninggal saat melahirkanku. Dan ayahku menyusul ibuku beberapa tahun kemudian. Aku memiliki seorang kakak bernama Adam Albert Saralee. 20 tahun lalu, terjadi kecelakaan yang menimpa ayahku dan kakakku. Waktu itu kakakku berumur 12 tahun dan aku masih berumur 5 tahun. Menurut cerita dari kakekku, Ayahku meninggal karena kecelakaan mobil saat perjalanan dari kantor menuju rumah. Sedangkan kakakku Adam yang saat itu sedang bersama ayah, menghilang entah kemana. Kakekku berusaha mencarinya selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya beliau meninggalkanku sendiri saat aku masih berusia 17 tahun dan belum menemukan kakakku.       Aku sudah memimpin perusahaan ini semenjak aku berusia 18 tahun. Saat itu aku masih duduk di bangku kuliah semester pertama. Waktuku banyak tercurah pada kuliahku dan perusahaan. Setelah kepergian kakekku, aku dipaksa harus lebih dewasa beberapa tahun dari umurku yang sebenarnya. Karena banyak hal yang harus aku hadapi sendiri. Meski urusan perusahaan aku selalu dibantu oleh Direktur Reynand yang sudah mendedikasikan dirinya lebih dari sepuluh tahun pada perusahaan, tapi tetap saja aku lah pemiliknya. Dan hal-hal yang berhubungan dengan Victory Corp semuanya harus atas persetujuanku. Semuanya ada dalam genggamanku.     ****       Rapat hari ini tidak berlangsung lama, sekitar dua jam. Tapi lumayan menguras tenaga dan pikiran. Meski baru dua tahun, tapi rasanya sudah terlalu lama aku tidak memimpin rapat besar ini. Dua tahun terakhir ini aku hanya berpindah kota dan Negara. Bukannya tidak bekerja, tapi aku mengurus cabang-cabang perusahaanku yang ada di luar Hong Kong bersama Alicia dan Rachel. Aku memilih untuk berpindah-pindah dari pada harus tetap di kantor pusat dan menetap di kota ini. Dan mereka juga mengikutiku kemanapun aku pergi.       Terlalu banyak kenangan indah bersama Carlson Dalex terlintas di pikiranku, yang membuatku sangat sulit untuk tetap bertahan di sini. Pria yang pernah mengisi hari-hariku dan membuatku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia. Hingga suatu hari terjadi hal yang paling aku takutkan dalam hidupku. Aku berpisah dengannya untuk selamanya. Ia meninggalkan aku sendiri menghadapi hari-hariku yang begitu berat.       Aku sedang bersandar di kursi putar di dalam kantorku. Menatap ke langit-langit kantor yang berwarna putih. Setelah rapat, sedikitpun aku tidak menyentuh dokumen-dokumen yang ada di atas meja kerja. Baru saja tadi malam aku sampai di kota ini, pikiranku kembali mengingatnya. Membuatku merasa begitu lelah…sangat lelah.       Seketika lamunanku buyar karena telepon kantor di mejaku berbunyi. Itu adalah telepon dari Alicia. Ia mengatakan bahwa ada seorang pria yang ingin bertemu denganku. Aku menyuruh Alicia mengantarnya ke ruanganku. Tapi pria itu tidak mau datang ke kantor dan meminta aku turun ke lobby menemuinya.       “Baiklah. Aku akan segera ke lobby.” Aku mengakhiri teleponku dengan Alicia. Aku berdiri dari kursi putarku dan beranjak pergi keluar kantor menuju lobby perusahaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD