“Nah ini, besok lusa bakal ada acara pertunangan kakakmu sama Dhea,” ucap Hesti sambil memperkenalkan wanita berwajah manis yang baru saja bergabung dengan mereka di teras. Kedua mata Alya membulat, ia ternganga sambil menatap Tristan tak percaya. “Kak, kamu utang cerita. Kok bisa mau tunangan aja padahal aku cuma pergi sebulan?” Tristan tersenyum tipis. “Kita emang perlu ngobrol banyak.” “Nah ayo masuk dulu.” Hesti segera menyela. “Mama siapin makan malam, kalian ngobrol aja. Dhea bantu siapin makan malam, ya?” “Iya, Tante.” Bahkan suara Dhea pun terdengar manis. Mereka berempat masuk ke dalam rumah. “Papa mana, Ma?” tanya Alya setelah melewati ruang tengah dan tak ada tanda-tanda keberadaan papanya. “Papa masih di kantor. Mungkin baru pulang sebelum jam makan malam.” “Oh, gitu.”