Ethan tak membiarkan satu detik terlewat sia-sia. Tangannya yang tadi membelai pipi Alya kini berpindah ke belakang kepalanya, menahan agar ciuman mereka tidak terlepas. Satu tangannya yang bebas menyusup ke pinggang Alya, menarik tubuh mereka mendekat. Ciuman itu dengan cepat berubah semakin dalam. Suara nafas mereka yang semakin berat, desahan di antara setiap kecupan, memenuhi kamar Ethan dan membuat pendingin ruangan terasa tak berfungsi. Saat ciuman mereka terlepas, Ethan mendaratkan satu kecupan sebelum menyandarkan dahinya ke dahi Alya. Mata mereka masih terpejam, nafas mereka masih memburu, dan tak ada satu pun dari keduanya yang terlihat menjauh. “Ciuman tadi … untuk apa?” tanya Ethan lirih. Wajah Alya yang memerah karena ciuman mereka, kini jadi semakin terbakar. Ia beringsut