bc

Rahim Kontrak

book_age18+
4
FOLLOW
1K
READ
billionaire
brave
drama
sweet
bxg
city
like
intro-logo
Blurb

Bella, seorang gadis yatim, yang harus menafkahi ibunya, kini dihadapkan pada satu kenyataan di mana sang ibu menderita sakit parah. Bagaimana perjalanan hidup Bella di tengah pekerjaan dirinya sendiri yang masih belum mapan?

Dalam keputusan sulit, Bella harus memilih antara menyelamatkan ibunya yang tercinta atau mempertahankan jati dirinya. Kontrak rahim dengan Austin, pria kaya raya dan sukses, membawa harapan dan risiko. Apakah cinta dan pengorbanan setimpal dengan harga yang harus dibayar?

chap-preview
Free preview
Awal yang Merubah Segalanya
Bella terbangun di tengah malam karena mendengar teriakan ibunya. Ia langsung berlari ke kamar sang ibu dan menemukan Kumala tergeletak di lantai dengan napas terengah-engah. Wajahnya pucat, mata merah, dan tubuhnya lemah. "Bella ... tolong," kata Kumala dengan suara lemah. Bella panik dan langsung menghubungi ambulans. Ia tidak bisa menahan air matanya saat melihat ibunya menderita. Saat menunggu ambulans, Bella memeluk ibunya dan berdoa. "Tuhan, aku mohon selamatkan ibuku." Bella memohon dengan amat sangat. Saat sampai rumah sakit Kumala langsung ditangani. Perawat langsung membawanya ke ruang UGD. Dokter memberi tahu kondisi Kumala setelah beberapa waktu berlalu. Dokter memberi tahu Bella mengenai kondisi sang ibu yang harus segera dioperasi. "Kalau saya boleh tahu, berapa jumlah uang yang harus saya siapkan, Dok?" "Biaya untuk operasi ginjal kurang lebih sebanyak tiga ratus juta rupiah. Tapi, itu baru perkiraan. Kalau kamu mau tahu lebih jelas, bisa tanyakan langsung ke bagian administrasi." "Apa, Dok? Tiga ratus juta?" "Iya. Tapi, sekali lagi. Jumlah itu bisa kurang atau malah lebih." "Saya mengerti, Dok. Kalau begitu beri saya waktu untuk memikirkan cara mendapatkan uang tersebut." Dokter tersenyum menanggapi. "Kamu tahu bisa menemui saya di mana. Jadi, jangan sungkan untuk bertanya mengenai kondisi ibumu." "Terima kasih, Dok," sahut Bella mendadak lesu. "Saya akan cari uangnya, Dok. Tapi, saya mohon tolong Ibu saya." Dokter kembali tersenyum, "Kami akan lakukan yang terbaik. Bantulah doa untuk kesembuhan ibumu." Bella mengangguk, mengerti. Lalu, dokter pun pergi meninggalkannya. Bella merasa terpukul. Penghasilannya sebagai desain grafis freelance tidak cukup untuk membiayai pengobatan. Tabungan mereka juga sudah habis. Bella hampir putus asa, membuatnya berpikir tentang ayahnya yang meninggal dan janji untuk selalu menjaga ibunya. Tekanan keuangan dan emosional meningkat. Bella mencari solusi, tapi tidak ada jalan keluar. Bella duduk di samping tempat tidur ibunya, Kumala, di rumah sakit. Ibunya terbaring lemah, tubuhnya kurus karena penyakit ginjal kronis. Biaya pengobatan sangat mahal, dan Bella merasa terpukul. "Aku tidak tahu bagaimana membayar biaya pengobatanmu, Bu," kata Bella, air mata mulai menggenang. Kumala tiba-tiba membuka mata. Ia lalu tersenyum lemah. "Jangan khawatir, Nak. Ibu akan baik-baik saja." Bella merasa bersalah karena selama ini belum bisa memberikan kehidupan yang layak untuk ibunya. Ayahnya sudah meninggal saat ia masih berusia sepuluh tahun dan saat itu Bella membantu ibunya mencari nafkah dengan berjualan donat dan roti keliling komplek. "Aku akan mencari cara, Bu. Aku janji," kata Bella penuh tekad. Kumala menatap Bella dengan mata penuh haru. "Ibu percaya padamu, Nak. Tapi, jangan memaksakan diri. Do'akan saja Ibu akan segera membaik." Bella keluar dari rumah sakit dengan hati berat. Ia bertekad untuk mencari cara mengatasi kesulitan keuangan keluarganya. Termasuk biaya pengobatan sang ibu yang sangat besar. Saat keluar dari rumah sakit, Bella masih memikirkan cara demi mendapatkan uang tersebut. Duduk di kursi kantin rumah sakit ia iseng membuka sosial media miliknya. Tak sengaja dirinya menemukan iklan "Rahim Kontrak" di internet saat sedang scroll beranda. Iklan tersebut menawarkan lima ratus juta rupiah untuk wanita yang bersedia menjadi ibu pengganti. Bella ragu-ragu, tapi pikiran tentang ibunya membuatnya mempertimbangkan tawaran tersebut. Ia membaca review dan informasi tentang program tersebut. 'Saya sangat senang bergabung dengan program ini. Uang yang saya dapatkan bisa membuat saya melanjutkan kuliah sampai selesai, menyekolahkan adik-adik, dan bisa membeli rumah yang layak untuk saya dan keluarga tinggali.' 'Apakah ini jalan yang Tuhan berikan untukku?' gumam Bella tiba-tiba merasa tertarik, sekaligus ragu. "Tidak! Tidak mungkin Tuhan memberikan jalan yang buruk seperti itu," lanjut Bella kemudian menutup akun media sosial-nya, dan pergi menemui ibunya kembali. Keesokan paginya, Bella pamit pada Kumala untuk pergi bekerja. "Hari ini dapat jadwal masuk, Bu. Enggak apa-apa Ibu sendirian di sini?" "Enggak apa-apa Ibu sendirian, kamu fokus saja bekerja. Ibu ada perawat yang menemani." Kumala berkata lembut. "Baiklah." "Syukurlah, Nak. Ibu senang mendengarnya. Semoga saja kamu bisa bekerja di sana seterusnya." "Aamiin. Semoga saja, yah, Bu," ucap Bella tersenyum. Di kantor nyatanya Bella tidak bisa membuatnya fokus bekerja. Ia terus kepikiran tentang penyakit ibunya yang harus segera mendapatkan penanganan. Saat sedang mengerjakan sebuah desain yang diberikan oleh atasan, Bella malah bermain internet. Iklan rahim kontrak itu kembali muncul. Uang lima ratus juta yang ditawarkan membuatnya tergiur untuk meng-klik kotak daftar. Namun, hal itu kembali ia urungkan. Di tengah pikiran Bella yang belum juga menemukan cara mendapatkan uang, tiba-tiba ia mendapat telepon dari rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa ibunya tiba-tiba mengalami anfal. "Ibumu harus dioperasi segera. Kalau tidak, mungkin kami tidak bisa lagi membantunya." Bella panik. Ia kemudian berpikir untuk meminjam uang ke bagian keuangan. "Jangan becanda, Bel. Memang berapa gaji kamu di sini? Hutang kamu yang lalu saja masih harus dibayar sampai enam bulan ke depan. Selain itu status-mu di perusahaan ini hanya seorang freelance. Lantas, bagaimana bisa kamu membayar hutang yang besar itu seandainya nanti kamu diputus kontrak oleh perusahaan?" Bella tak lagi memiliki harapan. Sudah bisa dipastikan ia tak akan mendapat pinjaman dari perusahaan tempatnya bekerja. Berjalan gontai meninggalkan ruangan finance, Bella merasa bingung, sampai-sampai ia menabrak seorang karyawan di depannya. "Bella, kamu kenapa?" tanya Yesi yang merupakan sahabatnya di kantor. Bella hanya menggeleng. "Enggak apa-apa," jawabnya lemah. Namun, Yesi peduli. Ia mengejar Bella yang terus berjalan ke ruang loker. "Bel, ada apa?" Bukannya menjawab, Bella malah menangis di pelukan Yesi. Yesi pun diam dan membiarkan Bella menumpahkan perasaan gundahnya. Ia tetap membiarkan Bella menangis meski beberapa karyawan datang untuk merapikan make up setelah istirahat makan. Mereka semua hanya diam, hanya pandangan mata menatap Yesi seolah bertanya 'ada apa'. Setelah semua karyawan pergi, Bella akhirnya bercerita tentang kondisi ibunya. Termasuk iklan rahim kontrak yang ia baca di internet. "Jangan gila, Bel! Apa kamu berpikir untuk mengambil tawaran itu?" Bella menggeleng. "Awalnya enggak. Tapi, tidak ada jalan lain lagi. Ibu harus segera dioperasi." "Enggak mungkin kalau cuma itu satu-satunya jalan. Tuhan selalu memberikan dua pilihan. Tinggal kita mau pilih jalan yang mana." "Iya, tapi mana pilihan yang lainnya? Aku bahkan sudah berusaha meminjam ke bagian keuangan sebelum berpikir untuk mengambil tawaran iklan tersebut." Yesi diam. Ia sendiri tidak tahu pilihan mana yang Tuhan berikan dalam masalah Bella. Tapi, ia merasa yakin jika Tuhan sudah memberikan pilihan lain itu, hanya bagaimana cara kita menemukannya. "Andai aku memiliki uang banyak, sudah aku berikan padamu tanpa perlu berpikir." "Terima kasih, Yes. Selama ini kamu juga sudah cukup banyak membantu aku dan ibu." Tidak menemukan solusi atas permasalahannya, Bella akhirnya memilih untuk mendaftar dalam bagian program rahim kontrak yang ada di internet. Yesi tahu, tapi ia tak bisa berbuat banyak karena ia sendiri tidak bisa membantu. Beberapa jam kemudian, saat Bella bersiap pulang tiba-tiba ia mendapat pesan dari pihak klinik yang mengadakan program rahim kontrak tersebut. "Selamat Bella. Anda terpilih dalam program rahim kontrak yang kami tawarkan. Silakan datang besok untuk bertemu klien Anda nanti." Bella mendadak ragu, tapi, "Baik, saya akan datang besok." ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
216.4K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
175.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
153.3K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
297.6K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.8K
bc

TERNODA

read
193.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook