Mengurus Pernikahanmu

1209 Words
Pagi itu, langit Bali bersih tanpa awan. Cahaya matahari menembus lembut di antara rimbunnya pepohonan, membiaskan warna keemasan yang memantul di kaca-kaca besar hotel bintang lima milik keluarga Mahardika. Hari ini adalah hari yang telah lama dipersiapkan—pernikahan pewaris tunggal kerajaan bisnis perhiasan dan fashion Asia Tenggara, Sean Mahardika, dengan Nadine Park, CEO muda yang berkilau di dunia luxury brand internasional. Venue yang dipilih keluarga adalah salah satu kebanggaan hotel—sebuah area garden party yang berlapis kayu dan kaca, dikelilingi hutan tropis alami. Jalan setapak dari batu alam membelah rerumputan hijau, dihiasi kelopak bunga putih dan lilin kaca kecil yang berjajar hingga ke altar. Di tengah, sebuah pelaminan elegan berdiri dengan struktur kayu alami yang dililit bunga-bunga segar: mawar putih, peony, dan anggrek bulan, berpadu dengan dedaunan tropis. Atap terbuka membiarkan cahaya matahari pagi jatuh dengan sempurna, menciptakan suasana intim nan mewah. Suara gamelan modern berpadu dengan musik gesek dari kuartet biola, mengalun pelan, mengiringi para tamu VIP yang mulai berdatangan. Gaun-gaun haute couture dan jas mahal berbaur dengan aroma parfum kelas dunia. Meskipun undangan terbatas, suasana tetap gemerlap—setiap tamu yang hadir adalah orang penting: pengusaha, selebriti, politisi, dan keluarga besar internasional. Bagi Gwen Astari, event coordinator dari tim wedding planner yang ditunjuk, pemandangan ini nyaris seperti mimpi. Sejak pagi ia sibuk berlarian memastikan detail berjalan sempurna: memastikan sound system bekerja tanpa cela, bunga tersusun sesuai moodboard, hingga tim catering siap dengan menu fusion fine dining. Dan kini, ketika ia berdiri di tepi venue, Gwen menatap altar yang berkilau diterpa cahaya pagi. Nafasnya tercekat kagum. “Luar biasa…” bisiknya pelan. Dalam hati, Gwen mengakui ini bukan sekadar pernikahan. Ini adalah mahakarya. Pernikahan anak pemilik hotel bintang lima di Bali—mereka punya semua yang bisa dibayangkan. Ia tidak bisa menahan senyum getir kecil; ini jauh di luar jangkauannya, dunia yang hanya bisa ia lihat dari balik pekerjaannya. Ia mengarahkan beberapa staf, lalu sempat berhenti di dekat rangkaian bunga melingkar yang menggantung di pintu masuk. Kristal Swarovski kecil yang diselipkan di antara kelopak bunga memantulkan cahaya pagi, membuat semuanya terlihat bagai kilauan bintang di hutan tropis. Gwen mendongak, terpukau oleh kecantikan venue ini. Ia belum tahu siapa mempelai pria yang akan melangkah ke altar pagi ini. Baginya, nama “Sean Mahardika” hanya sebuah nama besar di daftar tamu VVIP yang harus ia layani. Tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa pria yang akan menikah pagi ini adalah pria asing yang tiga malam lalu… membuatnya kehilangan kendali di sebuah villa di tepi pantai. Gwen hanya tahu satu hal: pekerjaannya harus sempurna. Pernikahan semewah ini adalah portofolio terbesar dalam kariernya. Ia tidak boleh salah. Ia tidak boleh goyah. Dengan clipboard di tangan, Gwen kembali melangkah cepat, memberikan arahan pada staf yang sibuk menyalakan ratusan lampu gantung di pepohonan, yang akan memancarkan cahaya hangat saat senja berganti malam. Dan tanpa ia sadari, di kamar pengantin lantai atas, Sean Mahardika sedang mengenakan tuxedo hitamnya, bersiap untuk menuruni tangga menuju altar—dan takdir yang akan mempertemukan kembali mata mereka. *** Matahari Bali baru saja naik sempurna, sinarnya menembus sela pepohonan tropis di halaman hotel bintang lima milik keluarga Mahardika. Udara pagi masih segar, embun belum sepenuhnya hilang dari dedaunan yang menghiasi taman luas tempat pernikahan megah itu akan digelar. Gwen masih berkutat dengan clipboard di tangannya, mengecek satu per satu detail. “Rangkaian bunga di sisi kanan altar tolong dirapikan—mawar putihnya harus lebih tinggi setengah jengkal!” arahnya pada florist yang masih sibuk menata. Matanya lalu beralih ke meja penerima tamu. Di sana, daftar undangan VIP terbuka lebar, puluhan nama besar tertera. Gwen menyusuri dengan jarinya, memastikan semuanya sudah diberi tanda. Politisi, pengusaha internasional, sosialita, hingga nama keluarga besar kedua mempelai. Suaranya tenang namun tegas saat memberi instruksi pada tim penerima tamu. “Begitu mereka datang, pastikan diarahkan ke kursi depan. Jangan sampai ada kekeliruan dalam penempatan, terutama untuk keluarga inti.” Di telinganya, earphone kecil dari tim komunikasi berdering lirih, suara atasannya masuk. “Gwen, ke lantai atas. Pastikan MUA dan tim fotografi tahu acara dimajukan tiga puluh menit. Sampaikan langsung ke kamar pengantin wanita. Jangan sampai ada delay.” “Baik, noted.” Gwen segera menutup clipboard, lalu berjalan cepat menuju area lift yang menghubungkan venue ke kamar suite mewah lantai atas. Lorong menuju kamar pengantin terasa sunyi, berbeda dengan hiruk pikuk di bawah. Gwen mengetuk pintu perlahan, dan suara lembut seorang asisten mempersilakan masuk. Begitu Gwen melangkah masuk, matanya langsung terpaku. Nadine Park berdiri di tengah ruangan, tubuhnya dibalut gaun pengantin putih berpotongan modern klasik, bertabur Swarovski yang berkilau seperti ribuan bintang. Rambutnya disanggul rapi dengan mahkota kecil menghiasi kepala, wajahnya sempurna dengan pulasan make up tipis yang menonjolkan kecantikan naturalnya. Cahaya matahari pagi dari balkon menyorot tubuhnya, membuatnya tampak seperti sosok dewi yang turun dari langit. Untuk pertama kalinya dalam pekerjaannya, Gwen merasa tertegun, bahkan lupa mengedip. Ini… wanita paling cantik yang pernah kulihat dari dekat. Nadine menoleh, menyadari kehadiran Gwen. Alisnya yang lentik sedikit terangkat, lalu bibirnya melengkung dalam senyum tipis. “Kamu pasti salah satu tim wedding planner, ya?” suaranya tenang, berwibawa tapi tidak kaku. Gwen cepat menunduk hormat, menyembunyikan kekagumannya. “Benar, saya Gwen, event coordinator dari tim. Saya datang untuk memberi tahu bahwa acara akan dimulai tiga puluh menit lagi. Saya juga diminta memastikan MUA dan fotografer bersiap.” “Baik,” Nadine mengangguk singkat, lalu matanya kembali memperhatikan Gwen dari ujung kepala hingga kaki. Ada seulas senyum lain yang muncul, lebih hangat dari sebelumnya. “Kamu cantik, ya. Dengan setelan kerja sederhana pun aura kamu kelihatan berbeda.” Gwen terkejut, tidak menyangka akan mendapat pujian dari calon pengantin wanita yang mempesona itu. Pipinya memanas, dan ia buru-buru menunduk. “Terima kasih, Bu Nadine… saya… saya tidak pantas dibandingkan dengan kecantikan Anda.” Nadine hanya tersenyum samar, kembali menoleh ke cermin besar tempat ia berdiri. “Semua wanita punya cantiknya sendiri. Kamu juga harus tahu itu.” Gwen hanya bisa tersenyum kikuk, menahan rasa kagum sekaligus rendah hati. Dalam hati, ia berpikir betapa sempurna sosok Nadine Park—seorang CEO muda, cantik, elegan, dan sebentar lagi akan menikah dengan pewaris keluarga besar. Dunia mereka terasa begitu jauh. Tanpa Gwen sadari, senyum hangat dari Nadine barusan—wanita yang begitu ia kagumi—adalah senyum dari orang yang tanpa ia tahu telah “berbagi” pria yang sama dengannya. “Eum, kalau begitu… saya izin untuk ke kamar mempelai pria untuk memberitahukan ke calon Anda bahwa pernikahan akan segera dimulai.” Ucap Gwen. Nadine hanya mengangguk, lagi-lagi beserta senyum manis di bibirnya. Sampai kemudian Gwen keluar dari kamar Nadine sambil menunduk membuka Ipad-nya untuk melihat jadwal selanjutnya, sampai tanpa sadar kakinya tersandung oleh langkah kakinya sendiri karena tidak berhati-hati ketika berjalan. Gwen terkesiap, hendak menjerit karena akan terjatuh. Ia memejamkan mata dengan cepat, refleks karena takut mukanya menatap lantai berlapis karpet tersebut. Namun kemudian seorang pria menahan tubuhnya—nyaris memeluknya. Gwen membuka matanya, mendongak, menatap pria tampan nan manis itu yang kini langsung tersenyum begitu melihat dirinya—seolah memang sudah pernah bertemu dengannya. “Oh, kamu wanita yang waktu itu? Kita bertemu lagi!” Jantung Gwen serasa berhenti berdetak untuk sepersekian detik, kepalanya pening, ia kembali bertemu dengan pria yang diciumnya kemarin! Dan takdir perlahan menyiapkan kejutan yang jauh lebih mengejutkan. --- Follow me on IG: segalakenangann
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD