Naya tengah berdiri di depan pagar toko. Hari ini ia akan melakukan wawancara pekerjaan. Naya terus memperhatikan jam tangannya dengan gugup karena ini kali pertamanya ia melakukan wawancara pekerjaan.
Seorang wanita datang dengan mengendarai sepeda motor, sontak Naya yang tadinya mondar-mandir pun berdiri diam.
"Apa kamu yang akan melakukan wawancara kerja hari ini?" Tanya wanita itu dan dibenarkan Naya
"Ou.. sebentar ya" ujarnya dianggukan Naya
Wanita itu pun membuka pagar dan memasukkan motornya ke halaman toko. Ia pun segera mempersilahkan Naya masuk setelah membuka ruang tunggu toko tersebut.
"Apa kamu membawa CV hari ini?" Naya pun mengiyakan lalu mengeluarkan map berisi CV nya dan memberikan pada wanita dihadapannya tersebut
Setelah 15 menit Naya melakukan wawancara, Naya pun keluar dengan perasaan bahagia karena ia dapat melewatinya dengan baik.
Naya merogoh sakunya dan hanya menemukan uang 7000 rupiah di dalam kantong celananya. Ia menghela nafas untuk berfikir cara ia bisa sampai di kosannya.
Dengan uangnya yang terbatas, Naya memutuskan berjalan kaki 400 meter keluar dari perumahan tempat ia berada saat ini untuk sampai di jalan raya.
Naya lalu menaiki angkutan umum untuk sampai di gerbang kampung tempat tinggalnya.
"Uangku tinggal 2000 kalau naik bemo sampai depan kosan gak akan cukup. Yasudah lah aku jalan kaki saja" batinnya
"Naya" sapa Argha yang tiba-tiba saja datang dengan mengendarai mobilnya
"Pak dokter?" Balasnya yang terkejut
"Kenapa bisa di sini?" Tanya Naya
"Kamu mau kemana? Kamu juga kenapa ada di sini?" Argha bukannya menjawab, ia justru bertanya balik
"Aku.. ahh.. aku.. aku.."
"Sudahlah, ayo masuk" ujar Argha
"Kemana?" Tanya Naya
"Kemanapun kamu mau akan aku antar" jawab Argha
Tin tin tin
"Cepat masuk, sudah diklaskson mobil di belakang itu" ucap Argha yang membuat Naya segera memasuki mobilnya
Argha pun menancap gas mobilnya, "kamu mau kemana sebenarnya?" Tanya Argha tanpa menatap Naya
"Pulang" jawab Naya dengan singkat
"Pulang?" Naya pun mengangguk
"Darimana?" Tanya Argha kembali
"Dari... Wawancara kerja" terang Naya dengan ragu karena malu
"Ouh.. wawancara dimana?"
"Di perumahan PSJ" jelasnya
"Kenapa tidak naik ojek online saja?" Tanya Argha
"Ehm.. tidak ada uang" Naya mengecilkan suaranya
"Kalau kamu mau kemana-mana dan tidak ada kendaraan hubungi aku saja, aku akan mengantarmu" ujar Argha
"Terimakasih" balas Naya
"Ehm.. kenapa kamu baik padaku?" Tanya Naya
"Karena aku suamimu"
"Bisakah kamu mengatakan yang sejujurnya?" Tanya Naya
"Tentu" jawab Argha
"Di negara ini seorang ayah akan memilihkan pasangan yang terbaik untuk putranya kenapa ayahmu mencarikan istri untukmu di jalan yang tidak ia kenali?" Tanya Naya
"Siapa bilang ayahku tidak mengenalmu? Kedua orangtuaku dan bahkan aku mengenalmu sejak lama" jawab Argha
"Bagaimana kamu mengenal ku?" Tanya Naya
"Ibumu sering menitipkan barang pada temannya yang pulang ke negara ini kan?"
"Bagaimana kamu tau itu?" Naya yang terkejut bertanya dengan menatapnya serius
"Karena ibumu pernah menitipkan barang pada ibuku, lalu kamu mengambilnya di bandara bersama kakakmu dan ayahmu" jawab Argha
"Ouh.. pantas.. ehh.. tunggu.. kamu bilang kita bertemu saat aku berusia 6 tahun.. apa saat itu ibuku menitipkan barang pada ibumu?" Argha mengangguk membenarkannya
"Apa kamu memperhatikan aku sejak itu?" Tanya Naya
"Tidak juga.. hanya dua kali"
"Yang pertama?" Tanya Naya
"Saat di bandara itu" jawab Argha
"Apa yang membuatmu sampai memperhatikan aku di bandara saat itu?"
"Karena kamu diam tapi saat kamu berbicara itu hal sejujurnya" jawab Argha membuat Naya kebingungan dan menanyakan lebih detailnya
"Apa kamu ingat saat ibumu memberitahumu anak laki-laki dari temannya menyukaimu dan kamu mengatakan kamu tidak menyukainya karena dia hitam dan jelek?" Naya membulatkan bibir dan langsung mengiyakannya
"Itu aku" ujar Argha
"Benarkah? Bagaimana bisa kamu menjadi setampan ini?" Tanya Naya yang tidak percaya
"Karena saat itu aku merasakan hal yang berbeda darimu. Meskipun kamu tidak menyukaiku tapi kamu masih bersikap baik padaku saat di bandara" jelas Argha membuat Naya tertawa mendengarnya
"Kau tau.. itu aku masih sangat kecil dan aku tidak mengingat wajahmu tapi aku selalu mengingat cerita itu karena ibuku selalu membahasnya" ujar Naya
"Lalu yang kedua?" Tanya Naya kembali
"Saat di kereta dari Jakarta ke Surabaya"
"Hah..." Naya dibuat bingung dengan jawaban Argha
"Saat itu kamu pergi ke Jakarta dengan bibi, kakak dan sepupumu. Lalu aku juga sedang ada seminar di Jakarta. Ibuku memberitahuku kalau kamu juga sedang ada di Jakarta. Aku menanyakan jadwal kepulangan mu ke Surabaya, ternyata itu satu minggu setelah seminarku. Aku pun memutuskan untuk tinggal disana selama satu minggu. Aku selalu menayakan keberadaan mu dan mengikuti kemanapun keluarga mu berlibur, hanya untuk melihat mu. aku juga memesan tiket kereta yang sama dengan mu untuk kembali ke Surabaya. Dan..." Jelasnya menggantung hingga membuat Naya penasaran mendesaknya untuk melanjutkan cerita
"Mahasiswa yang memberimu tempat duduknya dan memilih berdiri dari Jakarta sampai Semarang karena kalian tidak mendapatkan tempat duduk, itu aku" lanjutnya seketika Naya semakin terbahak tak percaya
"Wah.. aku tidak menyangka kamu seorang penguntit" celetuk Naya
"Aku tidak bisa dibilang penguntit karena kejadian satu minggu itu" sergah Argha
"Mau itu sekali dua kali tetap saja hal yang kamu lakukan itu menguntit dan orang yang melakukannya adalah penguntit" sahut Naya didehumkan pasrah oleh Argha
"Ehh kita mau kemana?" Tanya Naya
"Kamu mau kemana?" Argha bertanya balik
"Lah.. kenapa bertanya balik.. sebenarnya kamu tadi mau kemana?" Tanya Naya
"Aku.. ke rumah sakit" jawab Argha tersenyum lebar
"Terus kenapa menyuruhku naik ke mobilmu.. kalau begitu turunkan aku disini saja.. aku akan pulang dengan angkutan umum" ucap Naya
"Apa kamu memiliki uang untuk pulang?" Tanya Argha membuat Naya berfikir kembali
"Aku lupa kalau uangku sisa 2000" jawabnya sembari menghela nafas
"Kamu lapar?" Tanya Argha dianggukan pelan oleh Naya
"Kita cari makan saja" ucap Argha
"Bukannya kamu harus bekerja?" Tanya Naya
"Aku bisa izin untuk menemani istriku" jawabnya
"Mana bisa seperti itu? Memangnya rumah sakit itu milik nenek moyang mu seenaknya ambil libur" sergah Naya
"Rumah sakit itu memang milik keluarga ku" seketika Naya ternganga
"Nah.. tapi.. ahh.. sudahlah terserah kamu saja" pasrahnya sembari menyandarkan punggung
"Kamu beberapa hari terlihat keluar pagi-pagi sekali apa untuk melamar pekerjaan?" Tanya Argha dibenarkan Naya
"Kenapa tiba-tiba mau bekerja?"
"Aku bukan dari keluarga kaya. Meskipun ibuku bekerja sebagai TKW sampai sekarang, tetapi rumah saja kami tidak punya jadi untuk makan dan tempat tinggal harus kami fikirkan setiap detiknya" jawab Naya tanpa menatap Argha
"Maaf" ucap Argha
"Buat apa?" Tanya Naya menolehnya
"Pertanyaan itu" jawab Argha
"Kamu tidak perlu meminta maaf. Menjadi miskin bukan hal yang memalukan" jawab Naya
"Ternyata kamu memiliki pemikiran dewasa" celetuk Argha
"Dewasa darimananya?" Tanya Naya tersenyum simpul
"Kata-kata yang tadi? Menjadi miskin bukan hal yang memalukan?" Tanya Naya kembali dan Argha pun mengangguk
"Itu aku dapat dari kutipan drama korea" jelas Naya dengan tawa
"Yahh meskipun aku kekanakan dan bodoh setidaknya aku masih memiliki kemampuan mengambil hikmah dari menonton film" ujar Naya membuat mereka berdua tertawa bersama