"Ya Allah Ibu." Sesekali Jingga menyeka wajahnya kasar. Lutut Nania berdarah dan baru saja Jingga selesai memberikan obat merah dan menutupnya dengan plester. Kening dan bahu wanita tua itu juga membiru karena memar, Jingga mengopresnya masih sambil menangis. "Gimana ceritanya Ibu bisa seperti ini?" Tangis Jingga hampir tak terdengar. "Ibu mau masuk tadi, tapi tiba-tiba katanya Mayang ingin petik bunga lili putih yang sedang mekar buat Ibu. Dia lupa pasang kunci remnya, jadi kursi roda Ibu meluncur ke bawah, untuk saja Ibu nggak masuk kolam ikan, Ngga." Nania menutup mulutnya menahan tawa yang hampir lolos dari bibirnya. "Ibu terluka, malah masih bisa tertawa." Jingga menggeleng heran. "Rasanya lucu saja Ngga. Mayang sungguh seperti anak kecil. Ada saja kelakuannya yang bikin Ibu

