Joshua duduk di dalam ruang pribadi club Orchid yang remang-remang. Ekspresinya sulit dibaca, tapi gelasnya tidak pernah kosong dan lehernya tidak berhenti meneguk.
“Berhenti minum. Lihatlah betapa populernya istrimu. Oh, mantan istrimu.” Suara berat Killian Miles Landen memecah keheningan. Pria dengan rahang tegas dan mata abu-abu yang indah itu adalah teman sekaligus rekan bisnis Joshua.
Pria itu dengan gembira memperlihatkan sebuah artikel di ponselnya tentang cinta segitiga antara Joshua, Lucciano, dan Alexandra yang rumit. Itu adalah berita utama yang paling banyak dicari sejak kemarin malam.
Joshua melirik artikel tersebut dan membuat wajahnya semakin gelap. “Dia hanya mantan istriku. Tidak ada yang perlu dipedulikan.”
“Itu memang benar. Tapi, kita semua tahu betapa baiknya dia padamu selama bertahun-tahun. Meski dia menggunakan cara curang untuk menikahimu, tapi itu juga menguntungkanmu,” ucap Killian.
Kata-kata pria itu seolah mengingatkan Joshua akan semua hal yang telah Alexandra lakukan untuknya selama bertahun-tahun. Ia meminum wine miliknya dalam sekali teguk lalu menyandarkan tubuhnya.
‘Wanita bodoh itu! Tanpa latar belakang atau dukungan keluarga, beraninya dia meminta cerai dariku. Apakah dia bersama Lucciano selama ini sehingga dia berani melakukannya?’ batin Joshua penuh kecurigaan dan amarah.
“Aku sudah melihat banyak wanita sepertinya. Dia hanya sedang mundur untuk maju. Dia ingin bercerai untuk memancing rasa bersalahmu dan berharap menerima kompensasi yang lebih besar nanti. Bagaimanapun, itulah yang dia lakukan selama ini. Kita semua mengetahuinya.” Brent segera menyahut ketika menyadari suasana hati Joshua yang sedang buruk.
“Jangan khawatir. Dia pasti akan memohon untuk kembali bersamamu dalam waktu dekat. Jika saat itu tiba, jangan pernah berhati lembut padanya.” Ia menambahkan.
Mendengar itu membuat Joshua merasa sedikit lebih baik. Namun, itu tak cukup untuk mengusir seluruh amarahnya dan bersumpah tidak akan pernah memercayai Alexandra yang penuh tipu muslihat lagi.
Killian menggelengkan kepala mendengar ucapan Brent. “Kau berkata seolah kau benar-benar mengenalnya.”
“Yah. Tidak mudah menebaknya. Wanita licik seperti itu selalu ada di mana-mana.” Brent berkata congkak.
“Entahlah. Tapi, aku berani bertaruh kalau Alexandra tidak akan pernah melakukan itu,” ucap Killian penuh keyakinan.
“Hei, Killian. Sebenarnya kau ada di pihak mana? Kenapa kau berbicara untuk wanita itu?” Brent menunjukkan ketidaksukaannya pada ucapan pria itu.
Killian hanya mengendikkan pundak kemudian beranjak dari duduknya. “Aku duluan. Aku harus memeriksa beberapa berkas untuk rapat besok.”
“Dasar pria itu!” desis Brent begitu Killian menghilang di balik pintu. Ia lalu melirik ke arah Joshua dan menyadari suasana hati pria itu kembali memburuk. “Jangan dengarkan dia. Dia pasti sedang buta sesaat sampai membela mantan istrimu.”
Joshua tidak membalas, tapi wajahnya semakin menggelap. Perasaannya benar-benar buruk.
***
“Joshua brengsekk!” Valery masuk ke rumah Gwen sambil bersungut-sungut kesal.
“Apa lagi sekarang? Kenapa kau marah begitu?” tanya Gwen yang tengah bersiap-siap melakukan siaran langsung bersama berbagai macam makanan yang tersaji di atas meja dan beberapa kamera yang berdiri di depan meja.
Di saat bersamaan, Alexandra keluar dari kamar dan langsung meminta Valery agar tidak berisik karena Nora baru saja tertidur. “Apa yang kau lakukan ke sini malam-malam begini?”
“Lihat ini!” Valery dengan wajah masam langsung menunjukkan layar ponselnya. “Tinta di surat cerainya bahkan belum kering, tapi sekarang dia berencana untuk bertunangan dengan Candise! Bukankah dia sangat keterlaluan?!”
Alexandra meraih ponsel adiknya. Gwen yang penasaran ikut mengintip di belakang dan melihat halaman instogram Candise yang menampilkan foto dirinya tampak berseri-seri penuh kebahagiaan. Tangannya terjalin dengan tangan seseorang. Foto pria itu tidak ditampilkan, tapi melihat bekas luka di jari kelingkingnya, jelas itu adalah tangan Joshua. Keterangannya berbunyi: Apakah ada yang lebih indah dari sebuah pertunangan? Jika iya, bukankah itu akan menjadi pernikahan?
Alexandra melihatnya dan tersenyum tak acuh lalu mengembalikan ponsel Valery. “Mereka sudah asing bagiku sekarang. Apakah mereka bertunangan atau menikah, itu tidak ada hubungannya denganku.”
Gwen yang tidak setuju mendengus. “Mudah bagimu untuk mengatakannya, tapi aku sangat kesal! Jika bukan karena kau yang turun tangan untuk membantu Joshua keluar dari krisis, dia akan kehilangan seluruh martabatnya dan Lintshire Group akan runtuh!”
Valery mengangguk kemudian menambahkan, “Karena pria itu, kami harus merelakan dirimu selama bertahun-tahun hanya untuk mendapatkan luka yang besar di hatimu. Dan postingan ini, dia ingin memberitahumu bahwa semua yang kau lakukan untuknya selama ini sia-sia. Semua penderitaan yang kau alami adalah perbuatanmu sendiri!”
Alexandra mendesah. Ia sudah lama menerima kenyataan kejam itu. “Yah. Pikirannya memang persis seperti itu.”
Valery mendengus dongkol. “Pria brengsekk itu! Dia hanya melihatmu sebagai seorang rendahan, tapi tidak pernah menilai pengorbananmu!”
“Omong-omong, Gwen. Apa kau tidak jadi melakukan siaran langsung?” tanya Alexandra mengingatkan. Lebih tepatnya agar pembasahan ini cepat berlalu.
“Ah! Kau benar! Ini gara-gara si brengsekk Joshua. Aku jadi melupakan segalanya.” Gwen merutuk kemudian segera kembali ke tempat duduknya. Menyalakan lampu LED dan kamera lalu memulai siaran langsungnya.
Dalam waktu singkat, penonton di saluran Gwen sudah melampaui seratus lebih penggemar. Semua orang menantikan setiap makanan yang akan dia beri ulasan.
Gwen adalah seorang food vlogger terkenal dan tidak terbantahkan. Bukan tanpa alasan orang-orang menyukainya. Selain karena cantik, dia juga selalu memberikan ulasan yang jujur dengan kata-kata yang menarik. Ke mana pun dirinya pergi, maka penggemar akan menyerbu setelahnya. Meski itu berada di luar negeri.
Karena itu, banyak restoran, kedai, atau tempat apa pun yang berhubungan dengan makanan selalu menghubungi Gwen untuk bekerja sama. Dan bahkan setelah makan banyak, tubuhnya tetap langsing bak model.
“Hai, semua~ Dengan Gwen di sini, bagaimana kabar kalian hari ini? Wah~ Sepertinya kalian sudah lama menunggu, ya.” Wanita itu membuka siaran langsungnya dengan heboh.
Alexandra yang tidak ingin mengganggu memutuskan untuk menyingkir dan duduk di sofa samping seraya membaca buku. Valery yang duduk di sampingnya asyik bermain ponsel untuk menemukan hal-hal yang menarik di sana.
“Benar. Hari ini aku tidak pergi ke mana pun dan akan melakukan ulasan di rumah. Lebih tepatnya, aku tidak sempat untuk pergi mencari tempat-tempat baru. Belakangan ini aku sibuk menghibur sahabatku yang baru bercerai dari suaminya. Dia mengalami ketidakadilan selama mereka berumah tangga bertahun-tahun.”
Sontak Alexandra menoleh dengan mata melotot. Tanpa menyebut nama, jelas yang Gwen maksud adalah dirinya.
Valery yang duduk di sampingnya ikut menoleh terkejut. “Apa yang akan kau lakukan?” Ia segera menahan lengan Alexandra ketika melihat kakaknya itu hendak beranjak.
“Aku harus mencegahnya sebelum dia melangkah lebih jauh,” balas Alexandra sedikit panik.
“Biarkan saja. Lagi pula, orang-orang itu juga tidak tahu kalau itu adalah dirimu.” Valery berusaha menahannya lebih lama agar Gwen dapat membeberkan lebih banyak informasi.
“Aku tidak bisa membeberkan semua tindakan jahat mantan suaminya, tapi pria itu tidak pernah ada untuk sahabatku. Dia selalu beralasan bahwa dirinya sibuk atau lainnya agar bisa mengabaikan sahabatku. Dia bahkan tidak peduli dengan anaknya yang masih kecil. Bahkan setelah bercerai, pria itu langsung memiliki tunangan baru. Bukankah itu sangat tidak adil?” Gwen berkata penuh prihatin setelah membaca salah satu komentar.
Akibatnya, dalam sekejap komentar-komentar kebencian dan makian untuk si mantan suami langsung memenuhi kolom komentar. Ia lantas menyeringai puas ketika membaca semua komentar yang mendukung Alexandra.
“Selalu ada pria brengsekk seperti itu! Dia menelantarkan anak dan istrinya demi wanita lain! Aku sangat membenci pria sepertinya!”
“Bedebahh seperti itu harus dibuang jauh-jauh!”
“Aku tidak percaya masih ada bajingann seperti itu! Dunia ini sungguh tidak adil!”
“Katakan pada sahabatmu untuk tetap semangat! Dia pantas mendapatkan yang lebih baik! Atau dia bisa datang padaku. Aku berjanji akan memperlakukannya dengan baik.”
“Semangat untuk sahabat Gwen! Aku mendoakan yang terbaik untukmu~”
Gwen melirik Alexandra yang tiba-tiba berdiri di hadapannya tanpa menghalangi kamera. Matanya melotot dan langsung bertanya dengan suara kecil nyaris berbisik, “Apa yang kau lakukan?!”
Ingin rasanya Gwen tertawa melihat wajah garang sahabatnya. Namun, ia menahan diri dan kembali fokus ke siaran langsungnya tanpa membalas Alexandra.
“Hm ... Kurasa cukup untuk sahabatku. Aku tidak ingin terlalu banyak mengekspos kehidupan pribadinya, tapi empat tahun pernikahan yang penuh penindasan itu membuatku tidak tahan untuk memberitahukannya pada kalian.”
Alexandra semakin melotot mendengar Gwen mengatakan itu tanpa beban.
“Baiklah, semuanya~ Sekarang aku akan memperkenalkan pada kalian menu kita malam ini. Pertama, aku memiliki ....” Gwen memutuskan untuk melakukan siaran langsungnya dengan sungguh-sungguh sebelum Alexandra benar-benar meledak dan menghancurkan acaranya.
***
To be continued.