“Malam ini, kamu tidur disini. Ini hukuman buat kamu. Jangan bersikap terlalu kekanak-kanakan kalau tidak mau dapat hukuman. “ Ujar Tony seraya menutup pintu kamar gudang dengan kasar, membuat Diva sungguh tidak mengerti, demi wanita lain, Tony memberinya hukuman yang tidak pantas untuk dirinya yang statusnya sebagai seorang istri. Diva memejamkan matanya kuat, dan tidak sengaja mencengkram perut buncitnya.
“Ini gimana ceritanya, aku yang punya rumah tapi aku yang tidur di gudang! “ Gumam Diva dengan perasaan yang susah payah Diva tahan amarahnya, dan kembali membuka kedua matanya, dan juga menjauhkan tangannya dari perutnya.
Hanya demi seorang sahabat, suaminya dengan teganya mengurung istrinya digudang.
Diva merasa hidupnya tidak mendapat keadilan, yang seharusnya Diva mendapat perhatian penuh dari suaminya, malah dapat sebaliknya hanya karena demi seorang sahabat.
Tony kembali ke kamarnya dengan nafas yang masih belum beraturan. Tony merasa kesal pada Diva, kenapa Diva bersikap seperti anak kecil, yang tak kunjung berubah.
Tony berulang kali melihat ke ranjang yang sudah kosong, sudah tidak ada Diva lagi, dan melihat ranjang yang biasanya ada seorang wanita yang menemaninya selama 4 tahun kini terlihat kosong, itu membuat hati Tony merasa ada yang berbeda.
Diva berulang kali menghapus air matanya, merasa kalah dari Linda, sahabatnya yang berhasil Menggeser dirinya dalam rumah tangganya.
Keesokan paginya, Tony membuka pintu gudang dan melihat Diva tidur dengan posisi duduk dan bersandar pada tembok.
Tony mendekati Diva dan menggendong Diva untuk memindahkan Diva ke kamarnya.
Baru saja Tony keluar dari gudang dengan menggendong Diva, Diva membuka matanya dan meminta agar Tony menurunkan dirinya.
“Turunkan aku. Aku bisa jalan sendiri. “ Ujar Diva yang langsung dipatuhi oleh Tony. Diva langsung melangkah menuju ke kamarnya, dan Linda yang melihat kepergian Diva langsung mendekati Tony guna memanas-manasi Tony.
“Kok bisa ya Kak Diva tidak menghargai kebaikan Kak Tony, padahal Kak Tony niat baik mengantar Kak Diva ke kamarnya, “ kata Linda dengan nada sedihnya, membuat hati Tony merasa panas mendengar ucapan Linda, dan langsung membenarkan perkataan Linda, dimana Diva tidak menghargai dirinya.
Tony termakan omongan Linda, dan kembali hatinya terbakar emosi dan membenarkan kata-kata Linda dimana Diva tidak menghargai dirinya sebagai seorang suami. Seorang suami itu harus di hormati, dan dihargai saat suami berlaku baik pada seorang istri. Pikir Tony.
Tony langsung menyusul Diva ke kamarnya, membuat Linda tersenyum sinis melihat kepergian Tony.
“Diva, bersiap saja untuk kehilangan cinta yang selama bertahun-tahun bersamamu. Aku hanya butuh beberapa waktu saja, untuk mendapatkan cinta yang membuatmu bahagia. Setelah itu, aku akan merasakan seperti apa rasa bahagia yang selama ini kamu rasakan. “ Lirih Linda dengan senyum Misteriusnya, merasa yakin kalau ia berhasil merebut Tony dari Diva.
Brak
Tony membuka pintu kamarnya secara kasar, hingga membuat Diva yang tengah menyisir rambut basahnya langsung menoleh ke arah pintu.
Tony mendekati Diva dan melihat mata panda Diva. Tony yakin, semalam Diva pasti merasa kesulitan untuk tidur.
Diva berdiri di depan Tony, dan entah kenapa Tony jadi tidak bisa memarahi Diva yang tidak menghargai dirinya tadi saat melihat kondisi Diva.
“Aku akan menyuruh pelayanan untuk membawakan sarapan buat kamu, setelah itu istirahat. “ Kata Tony dengan pelan, namun tidak mendapat tanggapan apapun dari Diva, membuat Tony tidak sabar.
“Kamu masih marah karena hukuman semalam? “ tanya Tony karena melihat Diva diam saja tak menanggapi perhatian darinya.
“Memangnya kapan kamu melihat kemarahan aku? “ tanya Diva datar
“Jangan marah. Sampai saat ini aku masih mencintai kamu, “ kata Tony pelan
“Bukan aku yang marah, “ ujar Diva datar
“Maksud kamu? “ tanya Tony. Mendengar pertanyaan Tony, Diva pun mengambil salah satu tangan Tony, dan mengarahkan tangan Tony agar menyentuh perutnya. Tony cukup terkejut saat merasakan panas yang luar biasa pada perut Diva, perut buncit Diva begitu sangat panas.
“Mungkin karena semalam kamu tidur di gudang, makanya perut kamu panas. Kita ke rumah sakit ya. “ Kata Tony yang langsung mendapat gelengan kepala dari Diva.
“Sudahlah. Jangan pedulikan aku. “ Kata Diva seraya melangkah mendekati ranjang, dan duduk ditepi ranjang.
“Diva, bisa nggak kamu tidak bersikap seperti anak kecil. Hanya gara-gara Linda nginep disini, kamu terus aja marah sama aku. Linda itu hanya gadis kecil sama seperti kamu saat pertama kali bertemu denganku. Aku rasa Sudah saatnya Kamu berpikir dewasa dan bertingkah dewasa, karena sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ibu. “ Ujar Tony yang membuat Diva langsung menatap Tony dengan Tatapan yang sangat tajam, serta salah satu tangan yang mencengkram kuat ujung sprei karena merasa marah, marah karena Tony menganggap dirinya bertingkah seperti anak kecil.
Baru saja Diva ingin membuka suara untuk menanggapi kata-kata Tony, tiba-tiba kamarnya diketuk, dan kebetulan kamar yang diketuk itu tidak tertutup dengan rapat , hingga Diva dapat melihat kalau orang yang mengetuk pintu kamarnya itu adalah Linda.
"Maaf, kalau aku mengganggu kalian. Aku hanya ingin berpamitan kalau aku mau pulang. Terima kasih karena sudah mau menampungku atau mengizinkan aku untuk menginap disini semalam." Ujar Linda panjang lebar, membuat Tony langsung mendekati Linda.
“Tidak masalah. Aku yang minta maaf karena kamu menginap disini dengan rasa yang tidak nyaman.” Kata Tony lembut, membuat Linda langsung melirik secara sinis pada Diva dan tentunya tanpa sepengetahuan Tony.
“ Seperti yang aku katakan tadi, kamu istirahat setelah sarapan. Aku akan menyuruh pelayan untuk membawa sarapan kamu kesini. Aku mau berangkat ke kantor, sekaligus untuk mengantar Linda pulang. "Ujar Tony yang kalimat terakhirnya malah menambah amarah bagi Diva.
"Pergilah. Sekalipun aku melarang mu pergi, kamu tetap akan pergi. “ Ujar Diva dengan nada dinginnya, tanpa ada niatan melarang Tony pergi, karena menurut Diva hanya sia-sia saja, dan Tony juga tidak menghiraukan lagi sikap dingin Diva terhadap dirinya. Tony menutup pintu kamarnya lalu menarik tangan Linda pergi, untuk mengantar Linda, baru setelah itu ia langsung ke perusahaan.
Tidak dipungkiri Diva benar-benar merasa kecewa dan juga sedih atas sikap Tony terhadap dirinya yang sangat berbeda, berbeda dari 2 tahun yang lalu sebelum Linda muncul di kehidupannya. Yah sebenarnya sebelum adanya Linda, kehidupan mereka normal-normal saja seperti hubungan seorang suami istri pada umumnya. Tapi setelah kedatangan Linda, sikap Tony terhadap dirinya sangat berubah drastis bahkan seperti tidak cinta lagi terhadap dirinya.
Seperti biasa rutinitas yang dilakukan oleh Diva saat jam makan siang, yaitu mengantar makan siang untuk Tony. Hari ini Diva sudah bersiap untuk berangkat ke kantor Tony, untuk mengantar makan siangnya. Saat Diva ingin masuk ke dalam perusahaan Tony, Diva melihat Tony ingin keluar dan terlihat disamping Tony ada Linda juga. Dengan cepat Diva mendekati Tony, dan menyentuh lengan Tony.
“ Sayang, kenapa kamu ke sini? "Tanya Tony dengan nada lembutnya.
“Kamu masih tanya kenapa aku kesini? Kamu nggak lihat aku bawa apa?” tanya Diva balik Seraya menunjukkan rantang yang ia bawa.
“ Kak Tony makan saja bekal yang dibawakan oleh kak Diva. Aku tidak apa-apa. Kalau Kak Tony makan disini, aku nggak jadi makan siang diluar. Lagi pula makanan itu cuma cukup buat satu orang, dan itu cuma cukup buat Kak Tony. Jadi kita tidak mungkin makan siang bersama. "Ujar Linda dengan nada sedihnya.
Mendengar kata-kata Linda yang terlihat sangat menyedihkan, dengan pelan Tony melepaskan tangan Diva yang sejak tadi memegang tangannya, dan dengan perasaan tidak enak Tony meminta maaf pada Diva.
"Sayang, maaf. Tidak masalah kan aku makan di luar sama Linda. Kamu bisa bawa kembali makanan itu. "Ujar Tony tanpa perasaan, membuat hati Diva benar-benar sangat sangat teramat sakit, bahkan terasa hancur saat suaminya berpamitan secara langsung untuk makan siang bersama wanita lain. Bagaimana tidak sakit, sudah susah payah iya bela-belain nganterin makan siang untuk Tony, dan dengan mudahnya Tony meminta maaf dan meminta makanan itu kembali di bawah pulang, hanya dengan alasan Tony akan makan siang bersama dengan Linda di luar. Mendengar perkataan Tony, Linda langsung bersorak gembira dalam hati, Karena ia merasa sangat beruntung Tony memilih dirinya.
“Diva, permainan telah dimulai…