Bab 5

1175 Words
“Dokter, aku mau aborsi! “ ujar Diva yang entah sejak kapan Diva sudah berada dalam ruangan dokter. Dokter yang mendengar permintaan Diva sungguh sangat terkejut, pasalnya kandungan Diva sudah besar. “Nyonya yakin ingin aborsi? Diluaran sana banyak seorang seorang ibu yang mendambakan seorang anak, kenapa anda dengan mudahnya anda ingin aborsi? “ tanya dokter yang tidak percaya kalau Diva ingin aborsi. “Aku tahu itu, Dokter. Tapi aku punya alasan tersendiri kenapa aku mau aborsi, tanpa alasan ini, aku juga tidak ingin aborsi. Untuk alasannya, itu privasi saya Dok. “ Ujar Diva tanpa ragu, membuat dokter langsung menghela nafasnya kasar. “Apa suami Nyonya tahu kalau anda ingin aborsi, aku yakin suami anda sangat keberatan? “ tanya dokter lagi. Mendengar pertanyaan dokter, Diva sempat terdiam, karena Diva kembali merasa sakit di hatinya saat dokter mempertanyakan soal suami. “Suami saya sudah meninggal sejak 4 bulan yang lalu. Sejak usia kandungan ini masih 1 bulan, saya sudah menggelar status sebagai janda. “ Jawab Diva yang langsung ditanggapi dengan anggukan kepala mengerti oleh dokter. Dokter pun menyerahkan sebuah kertas pada Diva, dimana isi dalam kertas itu berisi sebuah jadwal kapan Diva akan melaksanakan operasinya. Diva menatap kertas itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Tidak menggambarkan Diva menyesal, namun tidak juga terlihat bahagia. Entah seperti apa perasaan Diva saat ini, hanya yang kuasa yang mengetahui bagaimana perasaan Diva saat ini. Setelah cukup lama Diva memandang kertas itu, Diva keluar dari ruangan dokter dengan helaan nafas kasar. Diva kembali ke kamarnya, dan istirahat. 2 hari sudah Diva di rawat di rumah sakit, tapi Tony tidak kunjung melihat kondisinya. Akhirnya Diva memutuskan untuk pulang, karena Diva juga tidak merasa duitnya sangat lemah,meski dokter melarangnya, tapi Diva tetap memutuskan untuk pulang. Sesampainya dirumah, Diva mengecek Isi kamarnya, Diva kira Tony sempat pulang, ternyata Tony sama sekali tidak pulang selama dirinya da di rumah sakit, yang artinya selama ia di rawat di rumah sakit, dan Tony tidak menjenguk dirinya, itu karena Tony selalu menjaga Linda. “Tony, kamu benar-benar keterlaluan. “ Gumam Diva dengan mengepalkan tangannya kuat penuh emosi. Saat Diva tengah menahan emosi, pintu kamarnya terbuka yang ternyata Tony pulang. Tony langsung mendekati Diva dan duduk di samping Diva. “Aku minta maaf dengan masalah kemarin. Tadi aku ke kamar kamu, kata dokter kamu sudah pulang. Makanya aku langsung pulang, “ ujar Tony dengan nada lembutnya, dan dengan perlahan Diva mengendurkan kepalan tangannya mencoba untuk menahan amarahnya agar tidak langsung meledak. “Tidak masalah. Sudah berlalu. Aku hanya ingin tahu kenapa kamu selama 2 hari tidak pulang, padahal kamu tidak menemaniku di rumah sakit? “ Kata Diva datar bertanya kenapa Tony tidak pulang. Mendengar pertanyaan Diva, Tony langsung menyentuh tangan Diva dengan lembut. “Aku rasa, kamu jauh lebih kuat dari Linda, makanya aku menemani dia karena dia sangat lemah. “ Jawab Tony yang membuat Diva langsung melepaskan tangan Tony dengan kasar. “Jadi menurut kamu aku sehebat itu, sekuat itu? Hanya Linda satu-satunya wanita terlemah di dunia ini? “ tanya Diva dengan d**a yang sudah naik turun karena emosi. Dan dengan wajah tak berdosanya, Tony malah membenarkan pertanyaan Diva tadi, membuat Diva langsung berdiri dan mendekati meja riasnya. “Hahaha. Sekuat itukah aku? Aku rasa, aku tidak sekuat itu, Tony. Tapi kalau kamu menganggap aku sekuat itu, terimakasih. “ Ujar Diva dengan tawa hambarnya, membuat Tony langsung mendekati Diva dan berdiri di belakang Diva, lalu menyentuh pundak Diva dengan lembut. “Diva, aku minta maaf, aku… “Pergilah. Aku kuat. Aku kuat kok Toby. Jangan khawatirkan aku. Temanilah wanita yang kamu bilang sangat lemah. Aku tidak masalah. “ Ujar Diva dengan perasaan yang begitu sangat hancur dihatinya. Hati Diva semakin hancur saat mendengar kata terimakasih dari Tony, karena Tony menganggap kalau Diva sangat pengertian dengan memberinya izin untuk kembali ke rumah sakit. Padahal, kenyataannya, Diva sangat terluka di hatinya. Diva meminta Tony kembali ke rumah sakit itu karena Diva sangat kecewa, sakit, terluka di hatinya, bukan ikhlas karena pengertian terhadap Tony, tapi karena Diva terluka di hatinya. Diva langsung menjatuhkan tubuhnya di lantai dengan air mata yang sudah membanjiri wajah cantiknya sambil memandang pintu yang baru saja ditutup oleh Tony. Tidak peka kalau dirinya murka, dan malah dengan senang hati Tony pergi menuruti perintah Diva untuk menemani wanita lain. Diva kembali berdiri, dan mengambil kertas dari dokter, dan kembali membaca isinya. “3 hari lagi. “ Gumam Diva pelan, yang artinya, jadwal ia operasi untuk melakukan aborsi itu harus menunggu 3 hari lagi. Diva kembali menyimpan kertas itu dalam tasnya, dan duduk termenung di pinggiran ranjang. “Mama, aku minta maaf karena telah menantang Mama. Andai aku nurut sama Mama, mungkin sampai saat ini aku tidak akan merasakan yang namanya penderitaan ini. “ Gumam Diva dengan penuh penyesalan. Yah, dulu sebelum terjadinya pernikahan antara Diva dan Tony, kedua orang tua Diva sempat meminta Diva untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan Tony. Namun, karena Diva sedang dimabuk cinta, terlebih selama berhubungan dengan Tony, Tony selalu memanjakan dan meratukan dirinya, Diva menantang dang Mama, dan berjanji akan bahagia, ditambah Tony juga berjanji kalau ia akan membahagiakan Diva seumur hidupnya. Namun, siapa sangka, ternyata Tony tidak selamanya meratukan dirinya. Diva mengambil ponselnya dan melihat kontak sang mama dan juga sang papa. Ingin rasanya Diva menghubungi salah satu diantar mama dan papanya, tapi rasanya Diva sangat berat untuk menghubungi salah satu diantara mereka. Diva kembali meletakkan ponselnya, dan melihat gambar yang terpampang jelas di tembok, dimana gambar itu merupakan foto pernikahannya dengan Tony. Diva tersenyum sinis melihat kebahagiaan yang terpancar di wajahnya dulu saat pertama menikah dengan Tony. Disaat Diva masuk ke masa lalunya saat pertama menikah dengan Tony, berbeda halnya dengan Tony yang masih sibuk dengan Linda. Dengan bodohnya Tony terus menuruti setiap apa yang diinginkan oleh Linda. Sangat terlihat jelas kalau Tony memberi perhatian lebih pada Linda. Linda memang sahabat Diva, tapi diperlakukan lebih dari seorang sahabat itu sangat tidak pantas. Linda sendiri juga menjadikan perhatian Tony sebagai kesempatan untuk membuat Tony tetap berada di sampingnya dalam waktu yang lama. Linda benar-benar merasa senang karena dapat menahan Tony tetap di sampingnya. “Diva Diva. Kamu benar-benar bodoh sekali. Sudah tau suami gak pernah pulang, kamu malah dengan mudahnya percaya dengan alasan suamimu hanya demi menemaniku. “ Gumam Linda dalam hati seraya menerima suapan dari Tony saat Tony menyuapi dirinya makan buah. Tony yang merasa sudah cukup lama di rumah sakit, langsung berpamitan kepada Linda untuk pulang, karena Diva juga sudah pulang dari rumah sakit. Tony yakin, Diva pasti menunggu dirinya di rumah. Sesampainya di rumah, Tony dibuat heran saat melihat rumah dalam keadaan gelap. Tony pun memanggil Diva dengan berteriak, namun Diva tidak menyahut. Tony dengan penuh kemarahan menunggu kepulangan Diva, tapi hingga jam 12 malam, Diva masih belum pulang. Tony semakin murka saat melihat jam sudah malam, tapi Diva belum pulang, karena sebelumnya Diva tidak pernah pergi dan bahkan pulang hingga larut. Tony yang melihat Diva sudah pulang, langsung berdiri dan menatap Diva yang tidak menatap ke arahnya sama sekali. Tony mendekati Diva, dan meluapkan kemarahannya tepat di depan wajah Diva. “Dari mana kamu jam segini baru pulang, Hah…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD