Karin tampaknya sudah tertular virus doyan makan sepertiku. Sedari tadi dia tidak berhenti mengunyah dan terus mengunyah. Bahkan ketika aku iseng menyuapinya, dia tetap membuka mulut dan melahapnya. Dia tampak lucu dengan mulut penuh makanan. Dia terlihat tak peduli meski sedari tadi terus kuperhatikan. Dia hanya terus makan dan makan. “Jangan bilang, aslinya kamu banyak makan, Rin? Selama ini cuma jaga image?” tanyaku sembari menyuapinya potongan daging dan dia langsung melahapnya. “Enggak ada jaga image. Kayaknya sejak awal kita di Seoul itu aku udah banyak makan.” “Oh iya, betul juga.” “Aku ini porsi makannya standar, Mas. Enggak banyak, enggak juga sedikit. Tapi sesekali bisa kalap makan kalau lagi kelaparan kaya gini. Atau kadang juga mendadak enggak doyan makan kalau suasan