Chapter 1 : Kunci pintunya

1737 Words
Sore hari yang cukup indah, pemandangan langit sore yang terlihat oranye terpampang jelas dari jendela ruang keluarga apartemen Kiala. Hari sabtu yang cerah, dimana pasangan -pasangan muda mayoritas berkeliaran di luar , menghabiskan waktu berdua dengan kasihnya serta bersenda gurau. Tetapi tidak bagi Kiala. Kiala meminum susu milo dinginnya , berharap sesuatu yang menyenangkan terjadi pada dirinya dan suaminya. Kiala dan Arco adalah sepasang suami istri yang baru menikah satu bulan yang lalu. Pernikahan tanpa landasan cinta yang dulu Kiala tidak percaya akan hal itu ,kini terjadi pada dirinya. Pernikahan tanpa landasan cinta, dan didasarkan pada sebuah permintaan dan perjanjian sebuah perusahaan yang melatarbelakangi pernikahan yang sangat kaku. Arco yang bersifat dingin, hanya peduli ketika Kiala sakit, tidak ada kata manis atau perlakuan lebih. Kiala pun sebenarnya tidak mau menjalani hal ini, namun ia harus menerima permintaan papa dan ia adalah satu - satunya anak papa yang belum berpacaran dan menikah dengan siapapun. "Halo? , kamu pulang jam berapa hari ini? Mau aku masakin makan malam apa?" "Oh gitu..." "Okay, hati -hati di jalan ya." Kiala mematikan panggilan dan meneguk kembali susu coklat nya. Semenjak mereka menikah , bisa dihitunh menggunakan jari berapa kali mereka bersama di luar apartemen. Kiala berharap akan jalan -jalan dan bulan madu yang menyenangkan bersama orang yang ia sayangi. *** •ARCO POV • Entah kenapa gue sebenrnya merasa bersalah nggak makan di apart hari ini, banyak banget temen - temen kantor yang 'komporin' gue untuk ajak istri gue jalan , atau bulan madu. Temen -temen kantor semuanya udah pulang, menghabiskan waktu bersama pacarnya,istrinya, ataupun teman mainnya. Sementara gue disini , berkutat dengan pekerjaan - pekerjaan yang sebenarnya gue bisa selsaikan hari senin. Tapi , gue mikir , kalau gue pun dirumah dengan prang yang gak gue cintai untuk apa? Arco melepaskan sepatu dan kaos kaki nya,ia masuk ke dalam kamarnya dan menemukan Kiala sedang menangis. "Kamu kenapa? Kamu sakit lagi?" "Kamu lagi datang bulan? Bukannya kemarin baru selsai?" Kiala menghapus air matanya dan tertawa dan membuat Arco kebingungan. "Engga , aku gak sakit kok, aku cuman lagi nonton drakor aja." Arco melongos dan beranjak dari tempat tidur mereka, membuka lemari pakaian . "Arco, kamu udah makan malam?" "Udah." "Makan apa?" "Makan mie rebus." "Aku juga bisa bikinin buat kamu." Arco meninggalkan kamarnya dan masuk ke dalam kamar mandi, membasahi tubuhnya sambil berpikir . 'Kenapa gue bisa nikah sama dia, gue ga sayang sama dia' 'Perhatian gue cuman sebatas kewajiban.' 'Apa kiala juga hanya sebatas kewajiban?' Arco melanjutkan membasuh dirinya , menyikat giginya dan memaki handuk di kepalanya, ia keluar dari kamar mandi . Menemukan Kiala yang sedang terbaring di tempat tidur tanpa menggunakan selimut membuat Arco gerah , menyadari betapa cantiknya sebenarnya istrinya itu. Ia menjemur handuk nya dan kembali ke kamarnya. Arco naik ke tempat tidur , mengecek ponselnya sebentar dan menaruhnya di meja kecil . Arco menarik selimut dan menyelimuti Kiala, terpampang jelas belahan dada Kiala dikarenakan bentuk leher V pada baju tidur Kiala serta ia tidak memakai bra. Arco merasa ada yang aneh pada dirinya, memang selama sebulan ini ia tidur bersama dengan Kiala, dan tidak melakukan apapun. Arco pun terlihat tidak tertarik pada Kiala, namun kali ini Arco sedang terasuk sesuatu dan ingin menyentuh Kiala. Namun niat itu ia urungkan, menyadari Kiala tidak jatuh cinta padanya , ia takut membuat Kiala semakin tidak mood menjalani pernikahan ini. Arco menarik selimut nya dan pergi tidur. Pagi datang, jam alarm di dekat tempat tidur kiala bergetar. Kiala bangun dan bangkit dari tempat tidur, lalu dia membuka setengah tirai. Matahari belum naik tetapi Kiala dapat melihat beberapa mobil sudah di jalan. Dia keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur. "Apa yang akan kita masak hari ini ... hmmm" Kiala mencoba mencari sayuran yang disukai Arco, dia menemukan seikat bayam dan sayap ayam di freezer juga dia mengambil fishroll beku. Kiala mencuci bayam dan memasaknya, juga ayam goreng dan gulungan ikan. Suara goreng, bau bawang merah dan ayam goreng masuk ke hidung Kiala. Itu membuat nyanyikan lagu kiala yang pas. "Ya Tuhan, ini baunya sangat enak." Setelah 30 menit, makanan siap dihidangkan, dia juga memasak nasi. Kiala pergi ke kamar mandi dan mandi. Kiyala mengikat rambutnya dan membuka baju. Dia menyalakan keran air dan membasahi tubuhnya, sesekali dia melihat lekuk-lekuknya di cermin dekat tangan cuci. Apakah tubuh ini terlalu aneh? Apakah ini sama sekali tidak menggoda Arco? Kiala mengajukan pertanyaan sambil menggosok tubuhnya. Setelah sepuluh menit ia akhirnya selesai berendam. Dia menuju ke tempat yang lebih kering dan mengambil handuk. "Ya Tuhan, aku lupa membawa baju kerja." Mungkin itu karena Kiyala mencium bau ayam goreng yang membuat perutnya berdering dan dia kehilangan fokus. "Mungkin Arco belum bangun, aku masih bisa pergi ke kamarku sebentar dan mengambil pakaianku." Kiala membungkus handuk kecil di tubuhnya dan keluar dari kamar mandi. Handuk yang dia kenakan tidak seperti handuk kimono tetapi itu adalah handuk berukuran umum. Tentu saja handuk hanya menutupi dada hingga paha. Kiala belum menyalakan lampu kamar ketika dia bangun dari tidurnya. Suasana ruangan masih setengah gelap karena gordennya sedikit terbuka. Dia menuju lemari dan perlahan membuka lemari pakaiannya. Ada pakaian Arco di sana, setidaknya Arco, masih ingin membagi ruang untuknya yang mungkin dianggap sebagai area pribadi. Kiala mencoba menemukan rok abu-abu yang seharusnya ia kenakan pada hari Senin. Srtttttt Kiala segera membisu dan menghentikan tangannya mencari pakaian yang akan ia kenakan. Suara Gordyn bergerak datang dari belakangnya. "Lain kali, jika seperti ini lagi, jangan lupa untuk menutup gorden. Apakah kamu ingin tubuhmu terlihat bahkan direkam oleh orang lain di luar sana?" Arco mendekati lemari pakaian yang berada tepat di sebelah pintu kamar. Sejenak Arco melirik Kiala dan menyalakan lampu. Kemudian Arco meninggalkan kamar. "Jangan lupa kunci pintunya." Arco berbicara dari luar ruangan. Kiala bersandar di pintu lemari dan menghela nafas. Lihat? Arco tampaknya tidak menginginkannya bahkan ketika Kiala hampir setengah telanjang. Kiala akhirnya selesai menyiapkan perbekalan untuk dirinya dan Arco. Dia memasukkannya ke dalam tas selempangnya dan keluar dari dapur. Cangkir pergi ke pintu keluar apartemen dan memakai sepatu. "Kialaa, tunggu." Kialaa melihat ke belakang dan ada Arco mengenakan dasi. "Ada apa? " "Ayo pergi bersama." Kialaa membeku untuk beberapa saat dan Arco kembali ke kamar. Kiala duduk di ruang tamu, menunggu Arco. "Oke, ayo pergi." Mereka berdua keluar dari apartemen dan menuju lift. Mereka berjalan berdampingan tetapi ada jarak 50 sentimeter di antara tubuh mereka. Di dalam lift tidak ada orang, hanya mereka berdua. Suasana dalam beberapa detik cukup dingin, mereka tampak seperti orang yang tidak saling kenal. Arco menekan tombol kunci mobil, dan pintu terbuka. Arco membuka pintu ke tengah mobil dan meletakkan ranselnya. Kiala masuk ke kursi penumpang di sebelah kursi pengemudi dan melihat sekeliling mobil. Kialaa melihat tempat sampah yang terisi penuh. Dia benar-benar tidak tahan ketika melihat sesuatu yang kotor. "Tunggu sebentar, Arco." Kialaa mengambil tempat sampah kecil dan membawanya keluar dan melemparkan isinya ke tempat sampah yang lebih besar. Dia melihat sekilas tong sampah berisi alkohol yang keluar dari tong sampah kecil. Kiala Heart cukup diiris. bagaimana dia bisa tidak tahu Arco suka minum kaleng beralkohol, dan dengan siapa dia meminumnya? Jalannya tidak terlalu macet, hanya beberapa mobil yang melintas di jalan. Arco menyalakan radio dan mencari saluran yang tepat untuk mendengarkan. Radio mencari secara otomatis dan berhenti di salah satu saluran. Saluran memainkan lagu maron 5 "She Will Be Loved". Kialaa mendengarkan musik sambil masih melihat jalan di depannya, dan begitu pula Arco. Tidak ada percakapan di antara mereka sejak mobil keluar dari tempat parkir apartemen. Betulkah ? Kialaa dan Arco seperti penumpang dan pengemudi taksi online. Setelah lima belas menit mereka akhirnya tiba di tempat Kialaa bekerja. "Kialaa .." "Iya?" "Mulai sekarang, kamu tidak perlu membawakan makan siang untukku. Aku bisa membeli makanan sendiri di kantin." "Tapi aku juga benar-benar memasak untuk makan siang, jadi .." "Tidak perlu, Kialaa ... Mengerti?" "Oke ..." Kiala melepas sabuk pengaman dan menggunakan tas selempangnya. "Jangan lupa pergi ke rumah ibuku sore ini, Kiala .." "Ya, tentu ... aku tidak akan lupa." Kialaa tersenyum dan keluar dari mobil dan menutup pintu. Dia menyeberang ke lobi. Lihat? Arco tidak mengucapkan selamat tinggal atau bahkan antusiasme untuk bekerja. Arco segera meninggalkan Kialaa dan menuju ke tempat kerjanya. Arco memarkir mobilnya dan menuju lift. Lantai delapan gedung tempat dia bekerja. Arco memasuki kamarnya. Dia menyalakan komputernya dan membuka beberapa file power point yang telah dia persiapkan kemarin. Kamar Arco tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Dia punya kamar untuk dirinya sendiri bagaimana tidak? Dia adalah putra dari sebuah perusahaan perdagangan online yang telah mencapai tiga benua di dunia. Arco mempelajari beberapa data pendukung sehingga apa yang akan ia sampaikan memiliki kekuatan dan dapat diterima dan bahkan disukai oleh mereka yang akan bekerja sama dengannya. knock .. knock Seorang wanita memasuki kamar Arco dan membawa beberapa file. Arco memiliki dua sekretaris, yang pertama selalu di kantor dan yang kedua menemani Arco jika perlu untuk bertemu klien di luar tempat kerja, tetapi kadang-kadang keduanya datang bersama Arco. Wanita itu adalah sekretaris pertama. "Selamat pagi, Tuan Arco. Saya telah membawa beberapa surat kerja sama yang Anda butuhkan hari ini." "Oke, terima kasih Livie. Dengan apa aku akan bertemu hari ini?" "Dengan Nona Luna, Tuan." "Oke, katakan saja padanya untuk menunggu di depan ruang rapat." Arco merapikan file yang diberikan Livie, dia menutup laptopnya dan menaruh surat perjanjian di laptop itu. Dia meninggalkan kantornya dan menuju ke ruang pertemuan. Setelah 30 menit berlalu, Arco terlihat sangat sempurna menggambarkan proyek yang telah ia buat dengan timnya. tim kerja sama tampaknya tertarik dan menaruh perhatian besar. Sepuluh menit kemudian Arco akhirnya selesai menjelaskan, dan melanjutkan ke sesi diskusi. Sisi lain bertanya secara lebih rinci manfaat yang bisa diperoleh bersama. Setelah satu setengah jam berlalu, Arco menyerahkan surat perjanjian awal dan surat perjanjian akhir. Dimana kesepakatan akhir adalah keputusan yang tidak bisa ditentang lagi, sedangkan perjanjian awal masih bisa dinegosiasikan. Setelah dua jam berlalu, akhirnya rapat selesai, Arco berjabat tangan dengan klien dan meninggalkan ruang rapat. "Terima kasih, Tuan Arco. Sampai jumpa lagi" Beberapa staf dari koperasi mengucapkan salam dan meninggalkan Arco dengan Luna. "Apa kau lapar?" "Apakah kamu mau makan siang? Silakan pergi sendiri ,Luna." Arco berjalan selangkah lebih cepat dan meninggalkan Luna. "Tunggu, Arco ... Jangan terburu-buru. Aku memakai sepatu hak." Arco memasuki kamarnya dan meletakkan laptop dan beberapa folder berisi surat kerja sama terakhir di mejanya. Dia kemudian menuju pintu dan hendak menutupnya. "Berhenti! Aku ingin masuk." Luna memegangi pintu dan tersandung dan memasuki kamar Arco. Luna mendarat tepat di dada Arco. "Bangun .. yang lain akan bisa melihat kita." "Kamu masih membawa makan siang sampai sekarang? Haha .." "Mungkin tidak sejak Besok." . . . Bersambung.. Jangan lupa untuk mencintai dan berkomentar, Gomawooo :)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD