“D-dulu ... dulu ....” Edward tak kuasa melanjutkan ucapannya. Di tengah tatapannya yang kosong, ia menguulum kuat bibirnya, mengangguk-angguk, mengatur napas pelan, sedangkan kedua tangannya yang mengepal kencang memukul asal apa yang ada di bawahnya, mengiringi air matanya yang berjatuhan. Edward merasa kebas dan berangsur menunduk bersama keringat dingin yang mulai membasahi tubuhnya. Ia benar-benar tak sanggup jika harus membuka tabir masa lalu yang selama ini sengaja ia tutup. Dadanya tak hanya terasa sesak, tetapi juga terasa sangat sakit. Embun bisa merasakan betapa berat apa yang sedang Edward rasakan. Ia merengkuh kepala berikut tubuh Edward dan ia sandarkan ke daddanya. “Mas?” “Dia ibuku ... dia wanita yang telah melahirkan aku. Dia wanita yang selalu aku cari karena di beber