Seharusnya Elin mengerti, sejauh apapun ia berubah, Elin tetaplah Elin yang dulu. Elin yang minim pesona. Bahkan mungkin tidak mempesona sama sekali di mata siapa pun termasuk Raja. Sudah paling benar ia menjauh dari Raja, bukan? Ya… Dia benar-benar harus pergi dari hadapan Raja. Namun, belum sempat melangkah, Elin dikejutkan dengan tarikan kencang di pinggangnya. Mata Elin mengerjap-ngerjap. Kedua tangan refleks berada di atas bahu tegap pria kalem yang saat ini menatapnya tajam. Detak jantungnya bertalu kencang. Bagaimana tidak, jika saat ini posisinya sudah berada di atas pangkuan Raja dengan tangan pria itu memerangkap pinggangnya. Sementara kedua kaki Elin berada di kedua kaki Raja, terjepit dengan kuat. “Mau ke mana?!” tanya Raja penuh intimidasi. “M-mau pulang…” Elin kembali ber

