Karina menatap hasil tespek itu sekali lagi, lalu buru-buru menyembunyikannya di tempat sampah, menutupinya dengan tisu tebal. Nafasnya masih tersengal ketika ia membuka pintu kamar mandi. Sean berdiri di depan pintu, wajahnya tampak khawatir. “Sayang, kamu kenapa? Tadi aku dengar kamu muntah,” tanyanya lembut. Karina berusaha tersenyum, meski suaranya bergetar. “Aku nggak apa-apa kok, Kak. Cuma masuk angin,” jawabnya cepat, lalu berjalan melewati Sean menuju lemari pakaian. Ia menarik keluar dress warna krem dan mulai mengganti pakaiannya. Namun langkah Sean menyusul cepat dari belakang. “Karina, jawab jujur.” Tangan Sean melingkar di pinggangnya, menahannya agar tidak pergi. Karina terdiam. Ia bisa merasakan ciuman hangat Sean di tengkuk lehernya. Dulu pelukan ini terasa menenang

