Sean baru saja selesai ganti kemeja tipis dan celana pendeknya. Ia merapikan kerah di depan cermin ketika tiba-tiba Karina masuk diam-diam. Gadis itu langsung berjalan ke wardrobe lalu melingkarkan tangannya ke pinggang Sean dari belakang. “Hmm… akhirnya aku bisa peluk kakak,” bisik Karina manja. Sean tersentak. Ia refleks menepis tangan Karina agak kasar. “Lepasin, Na! Jangan pegang-pegang begitu.” Karina mundur setengah langkah, wajahnya berubah sedih. “Kakak nggak mau aku peluk? Apa aku ganggu?” Sean menoleh cepat. Begitu melihat wajah Karina, ekspresinya melunak. Ia menarik napas panjang, lalu menggenggam tangan adiknya itu dengan lembut, meniup pelan bekas genggaman kasarnya tadi. “Sayang… maaf, aku kira tadi Natalia. Aku refleks. Sakit ya? Maafin kakak.” Karina tersenyum tipi

