Sean baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang. Uap hangat masih menempel di kulitnya. Ia tersenyum melihat di atas ranjang sudah terlipat rapi piyama yang disiapkan Karina. “Yaampun, Karina emang beda banget dari Nathalia…,” batin Sean, menatap pakaian itu. “Dia selalu nyiapin semua kebutuhan aku tanpa diminta. Kalau Nathalia dulu… cuma tahu minta uang.” Sean merasa bersyukur, lalu segera mengenakan piyamanya dan berjalan keluar kamar. Di dapur, ia melihat Karina sedang sibuk memindahkan sup panas ke mangkuk besar. Sean mendekat pelan dari belakang, lalu memeluk pinggang Karina sambil mencium tengkuknya. “Wangi banget, istri mas. Mas kangen banget dari tadi di kantor.” Karina tersenyum geli, tapi tetap berusaha fokus. “Mas, ih! Sana tunggu di meja makan. S

