bc

Tertawan Ranjang Panas Tuan Mafia

book_age18+
46
FOLLOW
1K
READ
billionaire
dark
contract marriage
HE
friends to lovers
pregnant
mafia
heir/heiress
drama
bxg
lighthearted
kicking
brilliant
friends with benefits
seductive
like
intro-logo
Blurb

WARNING!! KONTEN DEWASA 21+“Aku datang ke pesta pernikahanku sendiri. Tapi yang berdiri di altar malah adik tiriku.” Liora hanya ingin menikah dan memulai hidup baru bersama tunangannya. Tapi di hari paling bahagianya, dia dikurung di ruang rias oleh keluarganya sendiri.Saat berhasil keluar, yang ia lihat adalah pengkhianatan paling keji. Adik tirinya berdiri di pelaminan menggantikan dirinya, menikahi pria yang seharusnya menjadi suaminya. Dikhianati, dipermalukan, dan dihancurkan oleh orang yang sudah ia anggap keluarga. Liora berdiri dengan kepala tegak di tengah pesta dan menunjuk seorang tamu asing. “Nikahi aku sekarang juga.” Mereka menikah di bawah kontrak 100 hari, tanpa cinta, tanpa sentuhan dan tanpa perasaan. Tapi bagaimana mungkin, kalau setiap pagi Liora terbangun dan pria itu keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk melilit pinggang? Bagaimana bisa bertahan, saat tubuhnya sendiri mulai memohon lebih? Saat Liora mulai membuka hatinya,dia menemukan siapa sebenarnya pria yang tidur di ranjangnya.

chap-preview
Free preview
1. Hari pernikahan yang bukan milikku
Gaun putih tergantung anggun di balik pintu, menyilaukan mata Liora Evangeline yang menatapnya dalam diam. Tangannya gemetar saat menyentuh renda halus di bagian d**a, bukan karena gugup akan menikah, melainkan karena firasat buruk yang tidak berhenti merayapi pikirannya sejak semalam. "Semua sedang menunggumu di aula, Nona." ucap seorang penata rias sambil membenahi veil. "Jangan tegang, Nona Liora. Hari ini hari bahagiamu." bisik salah satu make-up artist dengan senyumnya. "Kau pengantin tercantik yang pernah kulihat." Imbuhnya. Liora memaksakan senyum. "Terima kasih." Beberapa menit kemudian, Liora sendirian di ruang rias. Tidak ada suara dari luar, terasa begitu sunyi. Ponselnya tidak ada di meja. Entah siapa yang mengambilnya. Liora mencoba membuka pintu tapi entah kenapa terkunci. "Halo?" panggilnya, mengetuk-ngetuk. Detik berlalu. Alea mulai mengetuk lebih keras. "Ini tidak lucu. Aku pengantin, bukan tahanan!" Teriak Liora. "Ini terkunci! Ada orang diluar?" Teriakan Liora semakin kencang berharap ada seseorang membukakan pintu untuknya. Tidak ada satu pun jawaban. Liora menendang pintu. Sekali, dua kali, tentu saja pintu besar di depannya tidak terbuka sedikit pun. Wajah Julian Cole Lancaster melintas dalam pikirannya. Calon suaminya, pria yang ia kenal sejak dua tahun lalu, pria yang sudah ia kenalkan pada ayahnya sebelum sang ayah meninggal. Pria yang ia yakini akan menjadi rumah dan pelabuhan terakhirnya. Panik mulai menjalar tengkuknya. Liora menempelkan telinga ke pintu, mendengar samar suara musik dari luar. Dentingan piano, tepuk tangan dan riuh tawa dari para tamu. Liora berusaha mengatur napas. Ia menengok jendela di sudut ruangan. Tingginya tak seberapa, cukup untuk seorang wanita sepertinya. Tanpa ragu, Liora melepas sepatu hak tinggi dan memanjat keluar, mengabaikan bagian bawah gaunnya yang tersangkut dan sobek. Liora berlari melewati lorong sempit menuju aula besar tempat resepsi digelar. Suara tepuk tangan menggema dari kejauhan, bersamaan dengan denting lonceng kecil dan suara pendeta. "Dengan ini aku nyatakan kalian sebagai suami istri." Langkah Liora terhenti di pintu besar aula. Di ujung altar, berdiri Camilla Estelle, adik tirinya, dalam gaun pengantin putih yang hampir senada dengan miliknya. Di sebelahnya, Julian menunduk ringan untuk mencium kening Camilla. "Apa... apa ini?" suara Liora parau melihat pemandangan di depannya. Suasana hening seketika saat para tamu mulai memperhatikannya berdiri di ambang pintu, wajah pucat, gaun compang-camping, veil miring, napas tersengal. Liora menatap Julian, Camilla adik tirinya, lalu ibu tirinya Helena Morell yang berdiri anggun di barisan depan dengan senyum licik. “APA INI?!” suara Liora pecah, menggema seperti pisau yang membelah udara. Ibu tirinya berlari seolah peduli kepada Liora dengan ekspresi terkejut dibuat-buat. "Liora?! Kami pikir kau kabur! Kami.. kami terpaksa menggantikanmu agar pesta tetap berjalan." Julian menoleh, rautnya panik, tapi beberapa detik kemudian seperti bersandiwara seperti Helena. "Kami pikir kau kabur, Liora. Camilla bersedia menyelamatkan reputasi keluargamu. Kami tidak punya pilihan." Julian berpura-pura peduli. Camilla berpura-pura gemetar, lalu menggenggam tangan Julian. "Maaf, Liora, aku tidak mau ini terjadi. Tapi kamu hilang. Semua panik." Liora memandang mereka satu per satu. Julian menunduk pura-pura malu, Camilla yang menatapnya tanpa rasa bersalah, dan para tamu yang bergumam pelan. "Aku dikurung!" bentaknya Liora. "Kalian pikir aku akan diam?!" Tidak ada yang menyahut. Liora melangkah ke tengah ruangan, suara sepatu haknya menghantam lantai marmer. "Berhenti berpura-pura!" Liora maju dengan mata menyala, menunjuk Camilla. "Kau mencuri tunanganku!" Liora menunjuk Camilla. Helena angkat bicara, suaranya tenang namun menampar. "Kalau kau benar-benar ingin menikah, kau seharusnya tetap di tempatmu. Jangan salahkan kami kalau kau sendiri menghilang entah kemana. Ibu hanya ingin menutupi agar keluarga kita tidak malu, agar mendiang ayahmu juga tidak malu karena kamu." Tawa pelan muncul dari tamu-tamu yang bergosip tanpa suara. Seolah menonton drama film. Liora berdiri sendiri di tengah aula tanpa ada yang mendampingi, terasa terhina dan dipermalukan oleh orang yang sudah ia anggap keluarga. Matanya sudah basah, bukan oleh air mata, melainkan oleh amarah yang menumpuk. Liora memutar tubuh, matanya menyapu ruangan. Dan di dekat pintu, berdiri seorang pria yang sejak tadi hanya diam mengenakan jas hitam pekat, wajahnya dingin, sorot matanya tajam yang sedikitpun tidak terganggu oleh kekacauan yang sedang terjadi. Tanpa ragu, Liora menunjuk pria itu. “Kalau semua ini cuma lelucon konyol, maka aku juga akan membuat keputusan konyol.” Hening, tidak ada yang mengatakan apapun. "Kau," ucapnya lantang menunjuk pria itu tanpa ragu. "Maukah kau menikah denganku sekarang juga?" Beberapa berbisik riuh, mengira ini sebuah lelucon. Camilla melotot tidak percaya. Julian tertegun tidak bisa berkata apa-apa. Pria mengangkat alis. Ia meneguk minuman terakhirnya, lalu berdiri. Tatapan matanya tak bisa ditebak, tapi langkahnya mantap saat mendekat ke arah Liora. “Sungguh tawaran yang menarik.” Ia menyeka tangannya dengan sapu tangan kecil, lalu berdiri sejajar dengannya di hadapan pendeta yang masih kaku di tempat. "Kalau wanita ini masih belum menjadi istri siapa pun," kata pria itu pelan, "Aku tidak keberatan mengklaimnya." Lanjutnya. Liora nyaris goyah. Tapi ini satu-satunya cara agar tidak menjadi korban. Entah keputusannya benar atau salah menunjuk pria asing untuk menikah dengannya. Pendeta menatap mereka bergantian. "Apakah ini benar-benar terjadi?" Pria itu menjawab menjawab santai, "Ya." Mata Liora tak lepas dari wajah Camilla yang kini sepucat kertas. Julian mengepalkan tangan. Helena masih berdiri, mencoba menahan emosi. Dalam hitungan menit, di hadapan para tamu yang kebingungan, pendeta mengulang upacara pernikahan singkat. "Dengan ini, aku nyatakan kalian sebagai suami istri." Pria itu menarik pinggang ramping Liora, membawanya ke dalam ciuman ringan setelah pernikahan mereka sah. Para tamu dibuat syok dengan pertunjukan yang mereka lihat di depan mata. Tidak akan menyangka drama kehidupan nyata mereka tonton. Pria itu menarik tangan Liora ringan, mengisyaratkan agar ia ikut keluar dari aula itu. Di luar aula, mobil hitam mewah sudah menunggu mereka. Di dalam mobil, Liora masih terdiam, napas berat. Pria itu menoleh, wajahnya nyaris tanpa ekspresi. "Kau sudah memilih jalur ini, Nyonya Deveraux. Jangan berharap ada jalan keluar." Pernikahan berlangsung tanpa romansa. Tidak ada lamaran romantis, tukar cincin. Hanya tanda tangan di atas secarik kertas. Tanpa ada bunga juga ditangannya, dan hanya janji suci spontan terucap di depan pendeta. Senyum pun tak terlihat dari dua orang yang sudah mengucap janji. Hanya sorot mata dingin yang tak saling bersinggungan. Liora hanya berharap keputusan gila nya tidak menjadi umpan untuk singa lapar di hadapannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
5.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
228.8K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
299.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
153.9K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
178.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
12.9K
bc

My Secret Little Wife

read
126.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook