88. Selamat Tinggal - END

1720 Words

Detik itu juga Langit menyegerakan rapat agar lekas selesai, lepas dia dapatkan telepon dari Kalia, juga suara gembira Ana yang maknanya justru mengiris hati orang tua. Dikira Langit tidak sedih mendengarnya? Sedih. Sangat! Bahkan, dia marah. Manusia mana yang berani mengatai putri kesayangannya dengan kata semengerikan 'tak normal' hingga Ana berusaha keras agar kenormalannya diakui? Sial. Langit emosi sekarang. Yakin sekali, nilai nol yang Ana dapatkan adalah dari hasil Ana memilih jawaban salah pada keseluruhan soal. Sengaja. Biar kayak orang normal, begitu? Ya Tuhan! Putrinya normal, kok. Ana sama seperti anak-anak lain, normal, yang membedakan; Ana istimewa, bukan nggak normal. Sungguh, ingin Langit sentil ginjal siapa saja yang membuat putrinya demikian. Jangan sampai nanti An

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD