Bab 4

1121 Words
Mobil mewah berwarna putih milik Kin memasuki kawasan perkemahan Zura. Waktu yang sangat tepat karna semua anggota sedang berbaris untuk persiapan mencari Zura yang menghilang semalaman. Sebelum Zura turun dari mobil Kin, ia menoleh kearah lelaki itu. "Aku tidak bisa mencerna semua ini. Banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Kenapa tadi malam kau muncul tiba-tiba seperti setan? Kenapa menculikku lalu meniduriku? Manusia seperti apa kau sebenarnya? kenapa rumahmu berubah ketika aku melihat yang kedua kalinya?" Kin hanya memandang Zura dengan diam tanpa berniat menjawab apapun. "Apa kau tidak ada niat untuk mengucapkan maaf? Apa kau sadar yang kau lakukan padaku adalah suatu bentuk pelecehan?" Lagi Kin hanya menatap diam Zura. "Jika aku hamil, aku akan berdemo didepan rumahmu yang aneh itu untuk memintamu bertanggung jawab." "Aku bertanggung jawab." Ucap Kin akhirnya. Zura menatap mata Kin dalam mencari keseriusan disana, tapi yang dia dapat hanya sebuah tatapan datar yang dia sendiri tidak dapat menyimpulkan arti dari tatapan itu. Kin menyunggingkan senyum tipis yang menakutkan di sudut bibirnya, Zura yang melihat itu langsung merasa was-was."Apa definisi Fuckboy yang sebenarnya itu sepertimu?'' Tanya Zura "Apa kata-kata tanggung jawab yang keluar dari mulutmu tadi hanya sebuah omong kosong?" "Aku tidak mengatakan apapun tapi kau menyimpulkan sesuatu, dasar perempuan." "Senyum tipismu mengatakan sesuatu yang buruk." "Aku hanya tersenyum melihat kekonyolan yang ada didalam kepalamu itu. Sebanyak apapun kau melakukannya denganku, kau tidak akan pernah hamil selama aku melakukannya untuk makan bukan untuk cinta." Mendadak ada kerutan kebingungan di dahi Zura. "Makan?" Tanyanya bingung. Kata makan memang membuat kepalanya terus menerus bertanya sejak pertama kali kin mengucapkan kata itu. "Pergilah kembali ke teman-temanmu, mereka mengkhawatirkanmu. Aku akan memberitahu ketika kau memberiku makan di lain waktu." Zura menghela nafas panjang. "Stop sampai disini, aku tidak mau bertemu denganmu lagi." Setelah berucap seperti itu dia hendak turun tapi pintu mobil mendadak dikunci kembali oleh Kin. "Apalagi?" Tanya Zura sedikit kesal. kin menyuruh Zura melihat ke arah kaca mobil yang ada disamping gadis itu. "lelaki yang menggunakan topi hitam itu Psychopath gila. Jangan biarkan dia menyentuh kulitmu sedikitpun, jika itu terjadi jangan heran jika dia menghilang tiba-tiba. Dan apapun hal aneh yang kau lihat padaku dan rumahku cukup rahasiakan." Suara kunci pintu mobil yang terbuka kembali mengagetkan Zura, dia langsung cepat-cepat turun dari mobil. Dia berjalan tanpa menoleh kebelakang lagi sampai suara mobil kin yang mulai pergi menjauh. "Zura!! kemana saja kau tanpa permisi? Apa kau tau bagaimana kami khawatir?" Suara lelaki bernama Geno itu mengagetkan Zura untuk yang ketiga kalinya. Geno merupakan lelaki bertopi hitam yang dimaksud Kin tadi, dia merupakan ketua panitia penyelenggaraan acara dan juga salah satu senior yang berteman baik dengan Zura. "Maaf kak Gen, sepupuku tiba-tiba menjemput dan aku terpaksa harus ikut dengannya. Aku pikir bisa pulang tadi malam tapi ternyata tidak. Maafkan aku." Kata Zura berbohong, lalu menyatukan kedua tangannya untuk memohon maaf pada Geno dan semua teman-temannya yang sedang berbaris. "Kalau begitu masuklah ke barisan, kita akan mengadakan penutupan sebelum beres-beres untuk pulang." Perintah Geno akhirnya. Zura mengamati Geno, dia merasa sedikit agak was-was jika apa yang dikatakan Kin benar. *** Zura menidurkan tubuhnya di tempat tidur kesayangannya. Dia merasa tubuhnya mengalami patah tulang karna kelelahan, ditambah lagi daerah selangkangannya yang masih terasa perih dan membuatnya merasa tidak nyaman. Tapi langit-langit kamar kosnya yang berlukiskan Galaxy membuatnya merasa tenang. Semua terasa melayang dan dia hampir saja bertemu alam mimpi sebelum suara ketukan pintu membuatnya tersentak dan langsung terbangun. Dia menghela nafas berat dan menatap nanar ke arah daun pintu itu yang mendadak ingin dia hilangkan. "Siapa lagi yang mengganggu ketenangankuuuuuu." Ucapnya kesal sambil berjalan untuk membuka pintu. Pintu terbuka dan langsung menampakkan wajah seorang wanita yang sangat dia kenal. "Ibu? ada apa Ibu datang ke kos ku?" "Ibu ingin menjemputmu. Sampai kapan kau tidak mau tinggal bersama Ibu dan ayah? Ibu merasa kesepian di rumah besar itu sendirian, setidaknya menginaplah sekali saja, kau belum pernah menginjakkan kaki disana." "Ibu dan Ayah? Sejak kapan Pria itu menjadi Ayahku? Dia Papa bukan Ayah." Ucap Zura tak senang. Ketika Ayah kandungnya meninggal 5 tahun yang lalu, Ibunya menikah lagi dengan seorang pengusaha. Sejak itu dia memilih tinggal terpisah dengan Ibunya. Dia tidak membenci Ayah tirinya karna memang Pria itu adalah Pria yang baik, dia sangat menghormatinya, hanya saja baginya tak akan ada seorangpun yang bisa menggantikan Ayah kesayangannya. "Baiklah-baiklah dia Papamu. Ayolah, sekali saja. Papa-mu mengadakan makan malam keluarga di rumah. Kau harus hadir disana." "Tidak mau." tolak Zura. "Kali ini Ibu memohon padamu, Ibu tidak mau keluarga Papa-mu menilaimu buruk. Uang jajan bulan ini naik 3 kali lipat, gimana?" "Setuju. Aku akan berkemas. Ibu masuklah ke dalam." Ibu Zura menghela nafas legah. "Dasar anak mata duitan, jika tau cara seperti ini berhasil, aku sudah menggunakannya dari dulu." Cibir Ibunya. ** Zura meletakkan kopernya disudut kamar, sedangkan Ibunya tersenyum senang di ambang pintu, 4 tahun lalu dia mendesain habis-habisan kamar itu untuk anak semata wayangnya tapi baru hari ini kaki anaknya itu menginjak lantainya yang dilapisi karpet tebal yang sangat lembut. "Istirahatlah. Ibu akan membuatkan makanan untukmu." Zura hanya mengangguk mengiakan, dan langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur yang super duper lembut dan harum itu. "Sebenarnya aku mau ikut kesini karna aku merasa takut sendirian di kos setelah kejadian-kejadian aneh yang ku alami." Gumam Zura pelan. Suara rintikan hujan dari jendela kaca menarik perhatiannya. Dia menoleh ke jendela kaca yang dihiasi tirai transparan dengan bordiran bunga-bunga kecil yang menarik. Rintikan hujan menjadi hujan yang sangat lebat. Dia merasa kamarnya menjadi sangat nyaman, ya, kamar akan selalu terasa sangat nyaman ketika hujan turun. Dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah jendela kaca yang lumayan besar menurutnya itu. Sebuah pemandangan yang sangat indah membuatnya takjub, ternyata kamar miliknya yang berada di lantai dua memiliki jendela yang berhadapan dengan taman tetangga yang sangat indah. "Wah... rumahnya aesthetic." Guman Zura pelan.  Lalu matanya jatuh ke sebuah pohon yang memilik dedaunan yang lebat, dia melihat seorang lelaki sedang bersender di batang pohon dengan tidak memperdulikan guyuran hujan yang sangat lebat. Lelaki itu memiliki kulit yang sangat terang, rambutnya tampak sangat halus. Matanya terpejam seperti sedang menikmati suara hujan. "Tunggu-tunggu kenapa air hujan yang menyentuh rambutnya menjadi cahaya biru kristal?" Tanya Zura pada keheningan. Dia memperhatikan lagi sambil membulatkan matanya. Zura hampir saja kena serangan jantung ketika mata lelaki itu tiba-tiba terbuka, Zura hendak kabur jika lelaki itu menyadari dia memperhatikannya dari jauh. "Bagaimana bisa anak ini melihat cahaya biru di rambut Ael?" Suara seseorang membuat Zura membeku. Kakinya mendadak lemas dan tubuhnya mendadak keringat dingin. Dia tidak berani menoleh kearah manapun. Pemilik suara itu mendekatkan wajahnya ke telinga Zura, dan Zura langsung memejamkan matanya. Dia takut, dia takut jika yang bersuara itu adalah hantu menyeramkan. "Siapapun dirimu, tolong jangn muncul dengan keadaan menyeramkan, aku mau lari." Ucap Zura gemetaran. "Kau bisa mendengar suaraku?" Jawab sosok itu kaget. "Siapa kau? Hantu?" Tanya Zura masih memejamkan matanya. "Emmm, Jin?" "Sama aja itu Hantu." "Hantu itu jahat, aku itu baik bodoh." Zura tanpa sadar menoleh dan melotot ketika dirinya dikatain bodoh. "Kau udah Hantu ngatain Manusia bodoh pula. Hantu tidak tau diri." ___ Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD