Jujur Kana baru kali ini mendengar Dylan berterus terang padanya entah itu jujur atau tulus atau sekadar menyenangkan hatinya saja, namun itu mampu membuatnya berdebar. "Mas, titik beratnya jangan aku. Tapi kesehatanmu sebagai indikatornya. Aku lebih memikirkan kondisimu." "Aku tidak apa. Sedikit lemas sehabis terapi itu wajar, bukan? Nanti juga akan kembali normal. Yang lebih penting lagi aku tak mau mengecewakan ayah. Dia sudah besar apa ya memberikan tiket itu pada kita." Kana hanya bisa mendengkus tanpa bersuara. Bila menyangkut Hasan, ia pun tak bisa menolaknya. Tak lama setelahnya kembali terdengar suara pintu dibuka. Dylan dan Kana beralih menatap ke pintu. Dari balik pintu sosok Hasan menyembul lalu masuk. Pria itu melihat Dylan sudah bangun, dengan wajah yang masih terlihat