Davin merasakan halusnya sentuhan tangan Selena. Dia membuka matanya perlahan. Selena tersenyum manis ke arahnya. Wanita itu masih merapatkan diri, hingga tanpa ada jarak di antara mereka. Davin kembali memiringkan diri. Jarak mereka yang terlalu dekat membuat hidung keduanya bersentuhan. Baik Selena atau Davin, mereka sama-sama bisa merasakan deru napas masing-masing. “Baru bangun, Tuan Putri? Mau makan?” tawar Davin dengan lembut. Lelaki itu terus memandangi Selena, terfokus pada bola mata indah wanita itu. “Kita makan di luar saja, yuk.” Selena menginstruksi. “Gimana kalau aku masak buat kamu? Hari ini aku ingin menghabiskan waktu bersamamu di kontrakan saja.” Davin mengelus rambut Selena berkali-kali. Tatapannya sangat lembut dan Selena bisa merasakan perhatian Davin yang begitu b