Sisi Lain Adrian France Levin

1703 Words
"Maksud tuan Adrian apa?" tanya Gery tak mengerti. "Nanti kamu akan tahu. Sekarang yang harus dipikirkan adalah kamu harus memberitahukan saya tentang perkembangan dari perusahaan. Dan ingat jangan sampai orang-orang tahu akan hal itu. Karena saya ingin melakukan sesuatu secara diam-diam," pinta Adrian. "Baik tuan Adrian saya akan memberikan informasi terkait perkembangan perusahaan. Dan jika tuan Adrian membutuhkan sesuatu bisa langsung menghubungi saya," jawab Gery patuh. Mungkin orang-orang di luar sana menganggap jika Adrian tak peduli dengan perusahaan milik keluarga Levin. Sampai detik ini ia masih sering mengawasi perusahaan Levin. Apalagi setelah kakak tirinya itu Arnold sekarang mengambil alih kekuasaan di perusahaan. Adrian tak akan pernah rela jika perusahaan Levin di pimpin oleh orang yang tidak memiliki darah keluarga Levin. Nanti akan tiba saatnya Adrian akan mengambil alih semuanya. Tapi untuk saat ini ia akan membiarkannya. Sementara itu Renata baru saja turun dari taksi sambil membawa burger dan juga kopi untuk kedua sahabatnya dan juga para karyawannya. Ketika ia datang pun masih banyak orang yang datang bahkan masih banyak juga orderan masuk melalui online. Renata benar-benar tak menduga jika responnya terlihat sangat positif. "Sore mbak Renata," sapa salah satu karyawannya. "Ellina dan Flora mana?" tanya Renata balik. "Mbak Ellina dan mbak Flora ada di ruang kerjanya mbak," jawab karyawan itu. "Ok. Nanti kamu bagikan makan dan minuman ini sama yang lain juga. Saya mau keatas dulu," kata Renata yang memberikan plastik berisi burger dan juga kopi. "Makasih mbak Renata," jawab karyawan itu terlihat bahagia. Setelah memberikan makanan dan juga minuman itu Renata pun berjalan naik ke ruang kerjanya. Tentu saja Renata membawa makanan dan minuman untuk kedua sahabatnya itu. "Selamat sore semuanya," sapa Renata ketika masuk ke ruang kerja mereka. "Ini udah mau malam Re. Tumben suara kamu cerah banget. Apa ada yang membuat suasana hati kamu baik?" tanya Ellina penuh selidik. "Aku gak bahagia gimana melihat butik kita ramai banget. Sumpah aku gak berekspektasi sampai sejauh ini dan itu benar-benar membuat aku sangat terharu," jawab Renata dengan ekspresi yang pura-pura sedih. "Dasar kamu. Ini semua juga gara-gara kamu yang sudah membuat baju yang bagus jadi semua orang jadi suka membeli di butik kita. Apalagi koleksi kebaya kita benar-benar sedang sangat di cari oleh para pelanggan. Tadi aku dengar stock kita juga menipis jadi kemungkinan kita harus mulai produksi lagi," kata Ellina menjelaskan. "Wah kita bakalan lembur lagi kalau gini," kata Renata yang senang sekaligus sedih karena ia harus kerja lembur lagi. "Mau gimana lagi. Karena sampai sekarang peminat untuk koleksi kita sudah sangat banyak dan mereka gak mendapatkan apa yang mereka inginkan karena stoknya memang sudah gak ada. Jadi kita harus memproduksi lagi sebelum akhirnya kita ganti ke koleksi selanjutnya," jawab Flora yang selalu sudah menyiapkan banyak hal. "Iya aku tahu kok. Aku juga senang karena setidaknya apa yang kita lakukan bisa membuahkan hasil yang baik. Dan El akhir bulan ini kita kasih bonus untuk para karyawan kita yang sudah semangat untuk terus bekerja bersama dengan kita dan juga selaku sigap membantu kita," pinta Renata. "Ok. Aku juga sudah memikirkan hal itu juga kok. Kalau gak ada mereka mungkin kita gak ada di posisi ini. Mereka sangat membantu kita selama ini dan bahkan mereka kerja lembur karena harus segera menyelesaikan beberapa hal untuk peluncuran produk terbaru kita ini. Kamu tak usah khawatir dengan hal itu," jawab Ellina paham. Ketiga sahabat itu mulai memakan burger yang dibawakan oleh Renata dan tentu saja es kopi di hari yang sangat melelahkan ini adalah solusi yang paling tepat. "Oya Re kamu jadi mau pulang ke rumah ayah dan ibu?" tanya Flora yang sudah menghabiskan burgernya. "Jadi dong. Berhubung ini sudah terlalu malam mungkin besok aku baru ke rumah ayah dan ibu. Aku mau ambil mobil aku juga disana. Repot juga kalau gak bawa mobil sendiri. Walaupun ada taksi tetap aja ribet banget jadi aku mau ambil mobil dan juga sekaligus mau ketemu sama ayah dan ibu juga," jawab Renata yang sedang mengunyah burgernya. "Emang lebih baik jalan besok aja daripada malam-malam gini bahaya buat kamu. Tapi kalau kamu mau jalan sekarang kita bisa minta tolong Adrian aja buat antar kamu. Apalagi dia juga sudah kenal sama ayah dan ibu kan? Selain itu aku jamin kalau Adrian sangat senang bisa mengantarkan kamu pergi kemana pun kamu mau. Apa perlu aku telponkan Adrian buat kamu?" tanya Ellina sambil menggoda sahabatnya itu. "El jangan mulai deh. Kenapa sih kita harus bawa-bawa nama dia disini. Aku gak mau berurusan lagi sama dia di luar urusan kerja. Kemarin dia bantuin aku gara-gara kebetulan dia ada disana dan aku gak mungkin juga minta ayah buat anterin aku. Jadi dengan sangat terpaksa aku mau juga diantar sama dia. Tapi lain kali gak akan ada lagi dia ngantar aku," tolak Renata dengan tegas. "Re kenapa sih kamu kayaknya gak suka banget sama Adrian? Kalau secara penampilan Adrian lebih tampan dari mantan-mantan kamu yang sebelumnya. Dan dia juga lebih seksi juga apalagi ketika sedang bekerja dengan kameranya entah kenapa auranya begitu berbeda. Selain itu yang aku lihat dia itu perhatian banget sama kamu beda sama mantan kamu sebelumnya yang gak ada perhatiannya sama sekali malah membuat luka buat kamu. Jadi gak ada salahnya kan buat kasih kesempatan Adrian buat mengenal kamu. Iya kan Flo?" tanya Ellina mencari bangun dari Flora. "Aku sih gak mau ikut urusan pribadi kamu. Selama ini aku gak pernah melarang kamu untuk berhubungan dengan laki-laki manapun. Tapi aku akan selalu memberikan saran buat entah nanti kamu mau terima atau tidak semuanya ada di tangan kamu. Kalau menurut aku sosok Adrian memang laki-laki yang baru buat kamu dan dari apa yang aku lihat dia memang sangat perhatian sama kamu dan sangat perhatian sama kamu. Dia memang suka sama kamu tapi dia tak pernah memaksakan kehendaknya untuk bisa membuat kamu suka sama dia. Selama ini ia memberikan banyak perhatian buat kamu dan kamu gak tahu jika dia itu juga sangat baik dengan kita maupun orang-orang yang ada di sekitar. Dia juga sangat sopan sama orang dan tak pernah memandang remeh siapapun. Biasanya kalau orang sudah memiliki sesuatu yang bagus dan juga kemampuan yang ia miliki sangat dipuji oleh orang lain maka ia akan bersikap sombong tapi Adrian tidak seperti itu. Bahkan sama orang yang bersih- bersih di tempat pemotretan kita kemarin pun ia juga bersikap sopan. Jadi aku berkesimpulan bahwa laki-laki yang bersikap sopan seperti itu mustahil menyakiti orang-orang yang ia cintai. Tapi lagi-lagi semuanya terserah kamu karena kamu yang menjalankan. Mungkin kamu sudah terlalu lama sendiri setelah kamu putus dari Andre. Kamu bisa mulai membuka hati kamu untuk laki-laki yang baru. Karena kamu tak mungkin selamanya bisa hidup sendiri kamu butuh seseorang yang bisa menjaga kamu dan juga mencintai kamu," kata Flora yang memang selalu bijaksana daripada Renata dan juga Ellina. "Gak tahu lah kita lihat nanti aja. Aku gak mau bahas soal itu," jawab Renata yang mengakhiri pembicaraan hari ini. Kedua sahabatnya pun tak lagi mengungkit soal Adrian. Mereka tahu kalau Renata tak membicarakan soal itu. Maka mereka pun memilih untuk membahas soal pekerjaan saja. Sementara itu Adrian baru saja masuk ke apartemen miliknya yang pastinya tak sebesar rumahnya dan juga tak seluas kamarnya. Tapi Adrian merasa nyaman tinggal disini karena apartemen ini ia beli dari tabungannya sendiri. Adrian tak langsung tidur di kamarnya ia memilih duduk di meja kerjanya dan disana ada komputer yang bisa dibilang cukup canggih. Ia bukannya ingin mengedit foto-foto pekerjaan yang ia lakukan tapi Adrian membuka sebuah file yang memang sudah ia simpan sejak lama. Setelah hampir 2 tahun lebih ia meninggalkan rumahnya ia tak begitu saja tak terlibat dalam segala bisnis milik keluarga Levin. Ia masih suka memeriksa semua perkembangan perusahaan Levin dari jauh. Berkat beberapa orang yang sangat membantunya untuk dirinya melihat laporan keuangan dan juga laporan kinerja perusahaan Levin, Adrian bisa tahu langkah apa yang ia harus lakukan. Dulu ia bilang jika ia tak mau terlibat dengan segala bisnis yang di katakan oleh keluarga Levin karena ia pikir buat apa ia mengurusinya tapi beberapa waktu yang lalu ia menemukan sebuah surat dari sang mama yang mengatakan jika ia tak boleh melepas semua kekayaan milik keluarga Levin begitu saja. Walaupun saat ini perusahaan Levin masih atas milik sang papa tapi Adrian sudah mencium gelagat tak baik dari kakak tirinya yang ingin menguasai penuh perusahaan Levin. Dalam surat yang ditulis oleh sang mama jika perusahaan Levin di bangun bukan hanya dari hasil sang papa tapi ada juga harta milik sang mama yang terlibat di dalamnya. Secara otomatis sang mama memiliki saham di perusahaan Levin. Membaca surat dari sang mama Adrian pun mencari tahu tentang saham milik sang mama dan ternyata saham itu sudah diatas namakan dengan namanya. Jadi Adrian pun mulai mengumpulkan data-data untuk bisa mengambil semua saham yang ada sebelum nantinya akan diambil alih oleh kakak tirinya. Dengan sangat ahli Adrian melihat semua file-file yang ada. Adrian benar-benar sangat serius saat ini. Mungkin orang-orang tak akan menyangka jika Adrian bisa memiliki sisi yang seperti ini. "Kita tunggu saja nanti siapa yang bisa aku lakukan," kata Adrian dengan senyum yang penuh arti. Adrian pun kembali fokus dengan komputernya dan sesekali ia menelpon seseorang untuk menanyakan tentang sesuatu. Setelah melewati hari yang panjang akhirnya Renata sampai juga di apartemennya. Dengan langkah yang gontai Renata berjalan menuju kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya di ranjang tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu. Ia sudah terlalu lelah untuk melakukan semuanya. Tadi di butik Renata dan juga kedua sahabatnya membahas tentang banyak hal terutama soal langkah ke depan buruk mereka. Dari apa yang mereka lihat jika perkembangan butik mereka sangat baik bahkan sangat maju. Produk mereka juga sudah memiliki konsumen yang setia. Jadi tak salah jika penjualan mereka sangat bagus-bagus. Renata kembali merenungkan apa yang dikatakan oleh kedua sahabatnya tentang Adrian. Adrian baru memasuki hidupnya belum satu tahun tapi dia benar-benar sudah mengusik hidupnya. Dan bisa dibilang selalu ada di setiap ada kesempatan. Terkadang ia bingung kenapa Adrian begitu ngotot ingin perasaannya diterima padahal ia sudah sering kali menolaknya. Yang tambah membuat Renata bingung adalah ketika orang-orang yang ada di sekitar mereka selalu memuji apapun yang dilakukan oleh Adrian. Bahkan kedua sahabatnya itu mengatakan jika dirinya dan Adrian berjodoh karena setiap ia mengalami kesulitan Adrian selalu ada disana. Mengingat hal itu membuat Renata mereka tak nyaman. Dan ia memilih untuk memejamkan matanya agar mengusir segala pemikiran aneh yang dikatakan oleh para sahabatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD