Adrian France Levin

1405 Words
Seorang laki-laki sedang asyik dengan kameranya sampai tak sadar ada seseorang di belakangnya yang sedang menunggu dirinya. "Gery kenapa kamu kesini lagi? Apa bapak tua itu yang mengirim kamu kesini?" kata laki-laki itu dengan nada yang tidak suka. "Maaf tuan muda tapi saya datang kesini untuk menjemput tuan muda pulang karena tuan besar ingin tuan muda menjalankan perusahaan selain itu tuan besar ingin menjodohkan tuan muda dengan anak kolega tuan besar," kata Gery menjelaskan. Laki-laki yang dipanggil tuan muda itu pun menghentikan kegiatannya memotret dan berbalik ke arah laki-laki yang sedari tadi terus menunggunya. "Gery kita sudah kenal lebih dari 20 tahun. Sejak Paman Ridwan dulu yang terus menjaga aku sekarang giliran kamu yang bergantian menjaga aku. Gery kamu tahu aku tidak pernah menganggap kamu sebagai pengawal di keluarga Levin tapi kami sudah aku anggap seperti keluarga aku sendiri. Dan kamu juga tahu jika aku tidak pernah suka diatur seperti itu. Jadi kamu bilang ke laki-laki tua itu untuk tidak ikut campur urusan saya lagi. Jika dia butuh pewaris kenapa tidak dia berikan kepada Arnold untuk menjalankan perusahaan," kata laki-laki tenang. "Tapi tuan muda tuan Arnold tidak akan pernah bisa menjadi pewaris keluarga Levin karena dia bukan anak kandung tuan besar. Sedangkan tuan muda yang berhak menjadi pewaris kekayaan dan kekuasaan keluarga Levin karena tuan muda adalah putra kandung dari Abraham Levin dan Melissa Levin," kata Gery dengan penuh hati-hati. "Hahhh....." Laki-laki itu hanya bisa menghela nafas ketika lagi-lagi kata-katanya tak mempan. Ia sudah muak jika pria tua yang tak lain adalah papanya itu terus mencampuri urusannya. Selama ini ia terus berusaha menuruti apapun yang sang papa minta sampai 2 tahun yang lalu sang papa berkata kepada dirinya akan menyerahkan perusahaan kepadanya dan juga ingin dirinya segera menikah dengan gadis pilihan sang papa. Kalau soal perusahan ia masih bisa menerimanya tapi soal pernikahan ia tak pernah ingin di jodohkan dengan wanita manapun. Kalau pun ia menikah nanti ia ingin menikah dengan wanita yang ia cintai. Jadi 2 tahun yang lalu ia memilih untuk keluar dari rumah dan melepaskan semua atribut keluarga Levin dan mengejar mimpinya sebagai seorang fotografer. Tentu saja itu semua tak mudah karena saat itu usianya masih 25 tahun dan mencoba memulai semuanya dari awal. Berbekal kamera yang ia miliki dan sedikit tabungan ia pun mulai melakukan semuanya dari nol hingga saat ini ia cukup berhasil sebagau seorang fotografer. Walaupun dari segi kekayaan jauh berbeda dari apa yang ia miliki sebelumnya tapi ia cukup bersyukur karena setidaknya ia bisa hidup hingga detik ini. Ia pun hanya tinggal di sebuah alat yang kecil dan sederhana dan hanya bisa membeli sebuah mobil tua yang selalu membawanya untuk bekerja tapi setidaknya ia sudah bisa jauh bersyukur. "Gery bilang ke pak tua itu jika aku belum ingin pulang. Jika dia bilang ada masalah soal perusahaan biarkan Mario yang mengurusnya. Jadi sekarang kamu tinggalkan aku karena masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan," kata laki-laki itu  mengusir orang suruhan keluarganya. "Tapi tuan muda bagaimana saya harus berbicara kepada tuan besar karena perintah tuan besar meminta saya untuk membawa tuan muda pulang," kata Gery yang tak mau menyerah. Wajah laki-laki itu yang awalnya santai berubah marah karena tak bisa mengusir orang suruhan sang papa. Dengan wajah yang terlihat kesal laki-laki itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama sampai orang yang sedang ia telepon mengangkat teleponnya. "Pa kenapa papa kirim Gery kesini buat bawa aku pulang. Apa papa gak mengerti juga sama kata-kata yang pernah aku ucapkan. Jadi aku harap papa tidak usah mencampuri urusan aku lagi. Dan minta Gery untuk tak datang menemui aku lagi," kata laki-laki itu berbicara dengan sang papa. "Adrian France Levin sebagai penerus dari keluarga Levin sudah menjadi tugas kamu untuk menjalankan perusahaan milik keluarga. Jadi kamu harus kembali dan memimpin perusahaan," kata Abraham Levin yang merupakan papa dari Abraham. Laki-laki bernama Adrian France Levin itu tampak tak senang ketika sang papa berkata hal yang sama. Sepertinya sang papa tak pernah bisa mengerti dengan keputusan yang ia ambil. "Kenapa papa gak minta anak kesayangan papa si Arnold  saja yang mengambil alih semuanya. Dia juga anak kesayangan papa kan? Papa juga tahu kinerja Arnold jadi serahkan saja perusahan ke tangan Arnold," kata Adrian mencoba memberi pendapat kepada sang papa. "Tapi Arnold bukan keturunan dari keluarga Levin. Walaupun papa tahu bagaimana kapasitas yang dimiliki oleh Arnold sangat bagus tapi ia tak akan pernah bisa menjadi pemimpin perusahaan Levin karena kamulah yang seharusnya menjadi pemimpin perusahaan Levin," kata Abraham Levin menjelaskan kepada sang putra. "Aku gak peduli papa mau berkata apa. Tapi aku gak akan kembali seperti apa yang papa pinta. Jadi jangan pernah campuri kehidupan aku dan minta Gery untuk kembali," kata Adrian dengan suara yang terdengar kesal. Adrian pun segera memantikan ponselnya dengan raut yang masih kesal. Dan tak lama ponsel Gery berbunyi dan ia pun segera mengangkatnya. "Iya tuan besar saya akan menjalankan perintah dari tuan," jawab Gery mengerti. Gery pun berjalan mendekat kearah Adrian setelah menerima telepon dari tuan besarnya. "Tuan muda saya akan pergi dari sini. Jika tuan muda membutuhkan apa-apa bisa langsung menghubungi saya," kata Gery dengan sopan. "Gery kamu bisa datang kapanpun ke tempat aku tapi bukan sebagai pengawal di keluarga Levin tapi sebagai seorang sahabat," kata Adrian tetap bersikap baik kepada Gery. Gery tak menjawab permintaan Adrian dan memilih pergi dari hadapan Adrian. Adrian tahu betul jika Gery melakukan semua ini karena perintah sang papa karena itu sudah menjadi tugas Gery sebagai pengawal di rumah keluarga Levin. Padahal Adrian sudah menganggap Gery sebagai seorang sahabat karena memang tumbuh besar bersama sejak kecil. Tapi karena ini sudah menjadi tugasnya sehingga Gery tak bisa berbuat banyak. Adrian pun kembali melanjutkan pekerjaannya sebagai fotografer karena ia tak mau dianggap tidak profesional dalam bekerja. Setelah memakan waktu yang cukup lama akhirnya pekerjaan Adrian hari ini selesai. Tepat pukul 3 sore pekerjaannya selesai. Dan dari hasil yang ia dapatkan semua berjalan baik dan hasilnya juga bagus. "Adrian setelah ini kamu di tunggu mbak Renata di kantor. Katanya ada project baru gitu. Jadi kamu di suruh ke kantor sekarang," kata Dina salah satu teman kerjanya juga. "Ok aku akan ke kantor setelah beresin kamera dulu," jawab Adrian mengerti. Senyum tak lepas dari wajah Adrian ketika ia akan bertemu dengan wanita bernama Renata Dewangga. Pertemuan awal Adrian dengan Renata ketika Adrian mendapat pekerjaan tetap di sebuah majalah fashion terbesar di negeri ini. Sebelumnya Adrian hanya sebagai fotografer freelance saja tapi hasil fotonya ternyata banyak disukai oleh banyak orang. Hingga akhirnya kantor majalah tempatnya bekerja sekarang memintanya untuk bekerja bersama hingga detik ini. Dan tentu saja ia menikmati pekerjaannya saat ini. Ada orang yang bilang tentang cinta pada pandangan pertama dan itu benar-benar dirasakan oleh Adrian karena ia merasakan perasaan jatuh cinta pada pandangan pertama itu kepada seorang Renata Dewangga. Walaupun usia Renata 3 tahun lebih tua darinya tak membuat Adrian mundur untuk mendapatkan cinta Renata. Bahkan Adrian semakin penasaran pada Renata karena ia selalu terlihat galak dan perfectionis dalam pekerjaannya. Dan tentu saja Adrian juga suka dengan sikap yang Renata tunjukan. Adrian selalu berharap bisa segera mendapatkan cinta Renata dan menjadikan Renata miliknya. Karena Adrian merasa Renata berbeda dari wanita yang lain. Dan itu membuat Adrian penasaran pada Renata. Dan setelah ini ia akan bertemu lagi dengan Renata dan akan berusaha mendapatkan Renata lagi walaupun dengan caranya yang aneh yaitu mengganggu Renata. Ia suka sekali ketika melihat ekspresi Renata yang sedang marah karena baginya itu sangat menggemaskan. Setelah membereskan semua perlengkapannya ia pun segera menuju ke kantor barunya. Tak membutuhkan waktu yang lama bagi Adrian untuk sampai di kantor. "Erika apa meetingnya sudah mulai?" tanya Adrian pada asisten Renata. "Ya ampun mas Adrian telat lagi pasti mbak Renata bakalan marah kalau mas Adrian terlambat," kata Erika memperingatkan. "Sorry aku baru aja selesai ngerjain kerjaan yang lain. Kalau gitu aku ke ruangan meeting  sekarang," kata Adrian berpamitan. Adrian pun segera melangkahkan kakinya menuju ruang meeting. Ia tahu ia terlambat untuk datang meeting karena memang ia harus mengerjakan perkerjaan lain. "Sorry I late," kata Adrian ketika masuk ke ruang meeting. Renata yang sedang mendengarkan soal pekerjaan baru yang harus mereka kerjaan. "Adrian kamu selalu saja terlambat. Bisa tidak lebih disiplin lagi," kata Renata dengan wajah marah. "Ok... Sorry," jawab Adrian yang langsung duduk dan mulai mendengarkan meeting. Adrian tak begitu memperhatikan meeting ia hanya memperhatikan Renata saja. Ia benar-benar sudah terjerat pesona Renata dan ia akan mendapatkan Renata menjadi miliknya. Kira-kira apa yang dilakukan Adrian untuk mendapatkan Renata? See you next chapter.. Happy reading...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD