Wiliam melangkah mendekati ruangan dimana pengurus yayasan sudah berada di dalamnya, begitupun wali kelas dan Max. “Miss, Max haus, boleh Max ambil minum?” Tatapnya polos pada sang wali kelas. “Miss, dia mau kabur, karena papa Ziddan mau datang…dia takut, Miss…” ejek Ziddan menatap ke arah Max sambil menjulurkan lidahnya. “Weeeksss…” “Heh! Kamu! Max mau ambil minum, Max Haus…” dia melangkah meninggalkan ruangan itu sambil setengah berlari. Brugh! “Akh!” Max meringis karena tangannya perih. “Kamu?!” Suara itu membuat Max menoleh riang. “Papaaa!” Seru Max langsung berdiri dan mengabaikan telapak tangannya yang terluka. Dia mendekat ke arah pria yang bar saja dia tabrak. “Loh! Kamu…” “Max, Papa…” ucap nya cerah. “Kamu sekolah di sini juga?” Tatap Wiliam dengan sumringah. Entah men

