Kate tampak menarik nafas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang terlalu berisik. Dia memantapkan hati untuk menceritakan kisah hidupnya pada sahabatnya. "Baiklah, aku akan mulai cerita dari awal, semoga stelah mendengarkan cerita ini, kamu gak menjauh dariku apalagi merasa jijik ke aku..." Kate menarik nafasnya panjang. "Kalau aku mau jijik, udah dari kemarin-kemarin itu aku jijik ke kamu, secara bapak si anak ini kan kategorinya gak jelas. Tentang menikah atau enggak, dokumen kamu aja gak ada. Foto? Bisa di manipulasi. Tapi, aku milih buat percaya kamu, Kate. Aku percaya kalau kamu adalah wanita baik-baik dan aku menyayangi kamu..." "Terimakasih, Wild. Kamu emang sahabat terbaikku..." "Jadi, setelah aku kerja di Jakarta, awalnya aku juga gak kepikiran buat nyari cowok, apalagi

