bc

Pelakor Dan Penghianat

book_age18+
142
FOLLOW
1K
READ
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Sukardi dan Lusiana dua pasangan suami istri yang hidup bahagia dengan di karuniai tiga anak yang tampan dan cantik cantik.

Rumah tangga yang sudah mereka jalani kandas di tengah jalan di saat Tampa Sepengetahuan ibu bahwa ayahnya sudah menikah lagi dengan seorang gadis muda di tempat kerja nya.

chap-preview
Free preview
Ayah menikah lagi
Dua hal yang paling aku benci dalam hidup ini, Pelakor dan Penghianat Kelak suatu hari akan ku ceritakan dalam novel ini. Mengapa aku membenci keduanya. Namun, sebelum itu, izinkan aku bercerita dan ku tuliskan dalam sebuah buku diary atau pun sebuah novel. Tentang seorang Perempuan. Perempuan tegar, kuat dan mandiri. Perempuan paling hebat di dunia. Perempuan paling istimewa yang di anugerahi surga di bawah telapak kakinya. Perempuan yang sepakat kita panggil ibu, Mamah, Mami, bunda di dunia ini...! Jauh Jauh hari sebelum bencana itu tiba, Ibu tepatnya atau biasa aku memanggil dengan sebutan bunda. Bundaku adalah perempuan paling ceria di kampung ini. Semua mengenalinya sebagai perempuan paling ramah murah senyum dan pekerja keras serta saling membantu satu sama lain. Jika kau jalan-jalan ke kota kecilku terus kampungku, cobalah tanyakan nama bunda ku pada penduduk setempat. Pasti jawaban mereka, “Oh, Bu Lusiana yang berjualan ikan bakar di dermaga Jangari yang ramah, yang paling murah senyum?” begitu pernyataan dan jawaban orang orang tentang ibuku atau pun bundaku. Yaa...! Bundaku seorang penjual ikan. Lebih jelasnya Ikan bakar di dermaga Jangari tempat pariwisata atau pun para pecinta Mancing di dermaga Jangari yang sangat luas sampai membelah tiga kabupaten Cianjur Purwakarta dan Bandung Barat tetapi orang di kampungku menyebutnya Waduk Jangari. Kampung kami terletak di pinggir kota Cianjur yang tidak jauh dari Gerbang pintu masuk dermaga Jangari dengan rumah rumah semi permanen berjejer rapi. Hampir seluruh penduduk kampungku menggantungkan hidupnya di dermaga Jangari, ada pengemudi bargas, ada juga yang mempunyai kolam ikan di tengah tengah danau dan ada pula yang bergantung pada lapak rakit untuk tempat tempat pecinta Mancing. Jika kau berkunjung ke kampungku, aku berjanji akan mengajakmu memancing ikan Nila atau sesama pemancing menyebut nya dengan Lauk Badot atau Babon. Setelah itu, Bunda akan me masakan nya untukmu Pagi-pagi buta aku selalu menemani Ibu ke pelelangan, tempat para nelayan membongkar muatan selepas menjaring di waduk tersebut. Bunda biasa nya membeli ikan dari para penjaring dengan harga murah. Setelah tiba di rumah, bunda langsung pergi ke pasar yang lumayan jauh perjalanan memakai angkot kurang lebih satu jam lama nya, Untuk membeli kebutuhan yang lainya seperti kopi dan roko serta bumbu bumbu buat ikan bakar. Sedangkan aku menumbuk bumbu bumbu yang sudah ada menanti kepulangan ibu dari pasar. Hampir tiap hari aku bersama bundaku selalu melakukan bersama sama, apalagi kalau musim liburan sekolah atau pun mendekati bulan puasa dermaga Jangari akan ramai orang orang berkunjung untuk sekedar menikmati waktu libur( papajar ) kata orang Sunda mah. Bunda tetap cantik meski setiap hari kulitnya terbakar matahari. Bunda tetap cantik meski telah memiliki dua putri dan satu putra sebenarnya bunda mempunyai empat orang anak namun anak yang paling besar sudah meninggal. Yang paling aku sukai dari bunda adalah matanya. Mata bunda seolah penuh sihir, jernih, teduh dan menenangkan. Sempurna. dari kami berempat, kata orang-orang hanya akulah yang mewarisi mata indah bunda, dan aku sangat bangga. Aku anak kedua, yang selalu mengikuti bunda kemana pun ia pergi. bunda yang ceria, punya banyak sekali cerita, paling jago membuatku berhenti menangis dan paling juara rasa masakannya. Jika aku bertengkar dengan adik adik ku bunda selalu menjadi penengah yang baik. Tak ada yang dibela, bunda selalu berlaku adil kepada kami semua. “Bunda, jika aku dewasa nanti, aku ingin seperti Bunda.! “Memangnya Mentari melihat bunda seperti apa?” Ia bertanya tanpa menoleh, sibuk membolak-balik ikan yang sedang di bakar dalam tungku dagangan nya. “Bunda baik, dan rajin bekerja.” Tutur mentari seraya menyiapkan piring piring serta nasi untuk di hidangkan kepada pembeli yang sedang menikmati keindahan danau Jangari. “Bunda rajin itu karena hidup kita pas pasan, Nak.” Balas bunda. “Tapi aku tetap ingin seperti bunda, titik!” tidak pake koma'' kekeh Mentari “Baiklah, ingat pesan Bunda, sesulit apa pun keadaan, hidup tetap harus berlanjut. Kau harus tetap bersinar seperti mentari namamu.” Kata bunda seraya tersenyum menatapku. “Aku akan tetap bersinar dan bunda menjadi penerang nya.” Kami tertawa bersama dan segera menghidangkan ikan bakar yang sudah matang sambil menunggu senja yang sebentar lagi akan tiba. *** Dua hal yang paling aku benci dalam hidup ini, Pelakor dan Penghianat Kelak suatu hari akan kuceritakan mengapa aku membenci keduanya. Beberapa malam terakhir, aku sering mendengar Bunda menarik ingusnya seperti ada isak tertahan, mungkin karena takut aku terbangun. Aku tahu bunda sedang menangis, bahunya sesekali berguncang. Bunda selalu membelakangi ku, mungkin saja bunda membekap mulutnya dengan bantal agar tak mengeluarkan suara. Setelah memastikan aku tertidur, bunda akan berbalik membelakangi ku. Aku memutuskan tidak tidur lagi dan menemani nya menangis, meski bunda tidak tahu bahwa aku selalu menjadi saksi bisu air mata nya. Ingin sekali ku usap punggungnya dan berkata, “Tenanglah, berhentilah menangis, apa pun yang terjadi semua akan baik-baik saja, Bunda. Bunda berubah, benar-benar berubah Bunda semakin pendiam dan lebih banyak menyendiri. Ia jarang sekali memelukku. Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan merenung, tak lagi seceria dulu. Bunda tidak pernah lagi menceritakan dongeng sebelum tidur kepada kami. Masakannya tak lagi seenak dulu, pun tak pandai lagi meredakan tangis ku. Pernah aku berpura-pura merengek, tapi Bunda bergeming. Tatapannya kosong menatap ke arah pintu. Pernah juga aku bertengkar dengan Adik ku karena berebut gelas minum dan gelasnya pecah. Kami diam mematung, mengira bunda akan memarahi kami. Namun, ternyata bunda hanya menunduk mengumpulkan pecahan beling tanpa satu kata pun keluar dari mulut bunda. Bunda tak pernah lagi mengajakku pergi berjualan bersamanya. Menjelang tutup dagangan bunda tidak langsung pulang kerumah tapi pergi entah ke mana dan melarangku mengikutinya. Para tetangga pun merasa heran dengan sikap bunda dengan seketika itu berubah. Bunda tidak sakit, ia tetap bekerja seperti biasa, hanya sikapnyalah yang berubah. Bunda memang pandai menyembunyikan kesedihannya, tapi aku bisa merasakan itu. Aku bisa melihat itu di mata Bunda matanya menyimpan sebuah rahasia yang tak boleh kami ketahui. Dari kabar yang tak sengaja kudengar Ayah telah menikah lagi di kota. Tentu saja tanpa sepengetahuan apalagi persetujuan Bunda Ayah memilih wanita yang mungkin lebih menarik dari Bunda yang telah melahirkan empat putri dari rahimnya. Ah........! Bagaimana mungkin kau menyembunyikan hal sebesar ini dari kami? Ayah telah bahagia dengan keluarga barunya. Sampai lupa arah pulang. Ayah terlalu bahagia sampai lupa bahwa Bunda setiap hari menatap ke arah pintu, dengan penuh harapan dia akan datang. bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Time Travel Wedding

read
5.3K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.3K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.9K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.3K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook