“Makasih banyak, ya, Al,” ujarku sore itu ketika Al menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumahku. Aku baru saja dari kampus tempatnya mengajar karena ada keperluan interview. Al menawarkan tumpangan karena kebetulan rumah kami searah. Hari ini aku tidak membawa mobil sendiri karena mobilku sedang dipinjam Mas Athar. Mau pakai mobil Mas Iqbal, hari ini dia ada acara. “Iya, Nay, sama-sama. Semoga yang tadi lolos.” “Aamiin. Minta doanya, Mas Calon Pengantin.” Al tertawa. “Pasti, itu.” “Deg-degan enggak, Pak?” Aku melepas sabuk pengaman, lalu menoleh. “Hm ... sedikit.” “Btw calon istrimu cantik banget, serius.” “Lho? Emang udah tahu? Aku belum spill orangnya, Nay.” “Heleh! Grup alumni udah heboh, Al.” “Ah, iya juga. Mereka itu orang-orang gabut.” Al geleng-geleng