62. Inikah Saatnya?

2119 Words

“Enak atau enggak, La, jilat ludah sendiri?” Ola hanya nyengir, menunjukkan wajah tanpa dosanya. Sedari tadi dia hanya berguling ke sana- kemari sembari memegang undangan pernikahan yang sudah dicetak. “Jodoh itu beneran enggak ketebak ya, Nay?” Ola tersenyum, kali ini matanya menatap menerawang ke arah langit-langit kamar. Sejak pagi aku sudah diantar Mas Iqbal ke rumah Ola. Dia membiarkanku berada di sini sampai sore nanti dia menjemput selepas pulang kerja. Kebetulan lokasi rumah Ola dengan kantor Mas Iqbal tidak terlalu jauh. “Tapi jujur aku kepo kenapa tiba-tiba begini? Baru beberapa bulan lalu kamu masih ngomong amit-amit, lho, La. Lha ini kok tahu-tahu sebar undangan?” Ola bangun, lalu menatapku lurus-lurus. “Sorry ya, Nay, aku enggak melibatkanmu karena aku takut ganggu ka

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD