bab.12a

531 Words
Happy reading again.. Gerald mengajak Icha untuk makan malam setelah kembali dari Bandung, sekaligus merayakan acara ulang tahun yang baru saja ia ketahui dari sang mama mertua. Bodohnya nya yang harus menyempatkan diri memberi gaun yang ia beli kemarin dengan Icha pada pemilik nya, dan mengabaikan Icha seharian. "Dimana Icha kenapa dia belum datang?" Gumam Gerald sendiri sebari menatap jam tangan di pergelangan tangan sebelah kirinya. Seketika Gerald gelisah, lalu mencoba menghubungi calon istrinya kembali. Tak kunjung ada jawaban, Gerald bangkit dari tempat duduk nya dan pergi meninggalkan restauran berniat mencari sang calon istrinya. Bodoh. Icha meratapi dirinya yang terlanjur bodoh karena mempercayai sang bos yang bernama Gerald, bukan hanya rasa kecewa tapi juga malu yang saat ini dirasakan Icha. Gerald memiliki pilihan nya sendiri, Icha yakin Gerald sudah memiliki seorang kekasih yang ia yakini adalah pemilik gaun kemarin. Terlintas didalam pikiran Icha, kalau lamaran kemarin memanglah rencana kedua keluarga belah pihak yang saling menguntungkan. Apa Icha dijual orang tuanya sendiri demi kekayaan yang berlimpah? Icha yakin Gerald tidak benar-benar mencintanya, bagaimana bisa ia telat menyadari semua itu. Setelah melakukan body check in, Icha bersiap masuk kedalam pesawat yang akan membawa pergi jauh serta merta dari Gerald juga kedua orang tuanya. Icha akan membuktikan dirinya bisa berdiri dengan kakinya sendiri. Keberangkatan Icha sudah dilakukan sedari dua jam yang lalu agar tidak menimbulkan efek curiga dari orang sekitar, tapi toh Icha tebak tidak ada satupun orang yang akan mencarinya. "Excusme.." sapa seorang lelaki disebelah bangku nya. "Wanna go to Prancis?" Tanya Icha kemudian pada lelaki tampan bule disebelahnya. Lelaki itu mengangguk ramah. "You're so beautiful.." "Whats?" Tanya Icha yang kurang jelas mendengar ucapan lelaki itu. "No, nothing." Jawabnya grogi. Di pertengahan penerbangan Icha terlihat tertidur diatas bahu pria tampan disebelahnya dengan nyenyak. Tanpa ragu-ragu pria itu mencium pucuk kepala Icha tanpa disengaja. "s**t! What am i doing?!" Runtuk pria itu pada dirinya yang merasakan keanehan pada dirinya sejak pertama kali bertemu wanita Disampingnya. "Falling ini love with her?" Tanya pria itu pada dirinya sendiri. Panggilan telpon menyadarkan nya dari lamunan aneh, yang tersemat entah sejak kapan dalam pikiran nya.  "Kenapa dia terus menelefon sih!" Gerutu pria itu ketika melihat layar ponselnya sendiri. Dilain tempat Gerald tengah sibuk mencari Icha, ketika mengetahui kabar bahwa sang mertua juga tidak tahu akan keberadaan calon istrinya Gerald sangat panik dan khawatir. Belum sempat ia menyatakan betapa kecintaan nya pada sekretaris kesayangannya itu, ia malah terus menyakitinya setiap saat. "Kembali Icha." Ucap Gerald pada dirinya dengan dingin sebari menjambak kasad rambutnya emosi. "b******k!" "Kamu gak bisa lari dari saya Icha! gak boleh!" Gerald melemparkan segala tumpukan kertas diatas mejanya. Ada kekhawatiran akan Icha yang memang berniat mau meninggalkan dirinya. Ini semua memang karena keegoisan Gerald yang tidak jarang bahkan tak kenal henti ketika sedang bersama Icha. "Astaga! Kenapa gak bangunin aku?" Tanya Icha panik sebari menepuk lembut membersihkan pundak Ryan yang baru saja ia pakai tidur. "No problem." "Aku gak ngiler kan? Serius maafin aku ya..." ucap Icha merasa yang sangat merasabersalah. "Call me Ryan."  Ucap pria itu. "Okay im so sorry Ryan." Ujar Icha lagi. "Your name?" Tanya Ryan setelah mengangguk tanda menerima maaf dari Icha. "You can call me Icha." Jawab Icha tak kalah ramah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD