Lusi merasa sangat kecewa dengan sikap yang di perlihatkan Elsa padanya, tapi wanita itu menyadari dialah yang lebih dulu membuat sahabatnya itu kecewa.
Membayangkan mereka dulu pernah sangat akrab, hanya karena dia dianggap ikut menyembunyikan soal hubungan Ivy dan Ikbal dia jadi dibenci bukan hanya Elsa tapi juga pria yang dulu pernah dia cinta.
“Kau lihat Lusi, sekarang Elsa jadi wanita yang sombong,” kata Ivy mencibir.
“Wajar dia bersikap begitu, karena kita berdua terutama dirimu sudah menyakiti dan mengkhianati dirinya bersama Ikbal,” ujar Lusi sambil pergi meninggalkan Ivy.
Ivy dan Lusi masih saling mendiamkan tanpa adanya pembicaraan apa pun selama di mobil yang dikendarai Ivy.
Lusi dengan pikirannya kembali mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, ada senyum sedih di wajahnya bagaimana awal perkenalan mereka.
“Hai kamu karyawan baru di sini ya?” Lusi menyapa gadis yang ada duduk di sampingnya, gadis itu menganggukkan kepalanya.
“Namaku Lusi aku juga baru diterima di sini aku bagian divisi HRD,” kata Lusi mengulurkan tangannya.
“Aku Elsa, baru diterima bekerja sebagai arsitek di sini,” Elsa menyambut uluran tangan Lusi.
“Wah hebat kamu ternyata seorang arsitek, enak bisa merancang banyak bangunan,” ada nada kagum pada Lusi, Elsa hanya tersenyum.
Hanya perkenalan singkat itu Lusi dan Elsa berteman baik walaupun mereka beda divisi tapi selalu berdua.
“Sa, entar ikut aku ketemu temanku ya, kamu pasti suka kalau kenalan dengannya,” Lusi mengajak Elsa pergi.
“Boleh tapi aku telepon Mas Ikbal dulu ya,” sahut Elsa.
“Ikbal siapa Sa? Pacar kamu ya?” tanya Lusi dan Elsa menganggukkan kepalanya.
“Kok enggak pernah di kenalkan sih Sa?”
“Dia lagi tugas ke Makassar dari perusahaannya selama enam bulan,” terang Elsa.
“LDR dong Sa, suka kangen ya?” tanya Lusi kemudian lanjut bicara, “Nanti dikenali ya Sa, biar kita bisa ramai-ramai kumpul bareng Sama temanku yang lain.”
Elsa menganggukkan kepalanya setuju.
Dan ajakan itulah yang membuat kadang Lusi menyesal, karena semua di antara dirinya dan Elsa menjadi seperti musuh sekarang ini, seharusnya tidak ada perkenalan mereka waktu itu.
“ Hai, Ivy sudah lama menunggu ya? Kenalan dulu ini teman kerja aku,” Lusi memperkenalkan Elsa pada Ivy.
“Elsa,” sapa Elsa pada teman Lusi.
“Ivy,” balas Ivy.
Setelahnya mereka menjadi teman yang akrab satu dengan yang lain dan terkadang mereka janji untuk pergi atau berkumpul bersama.
Begitu juga saat untuk pertama kalinya Lusi dan Ivy akhirnya di pertemukan dengan Ikbal, pria yang di kenalkan Elsa sebagai kekasihnya.
Dan semua terjadi begitu saja, saat mengetahui perselingkuhan Ivy dan Ikbal membuat Lusi tidak bisa memilih harus bersikap seperti apa terhadap kedua teman baiknya saat itu.
Kamu pengkhianat, dan Lusi pun harus menerima tudingan itu.
Selalu ada kata seandainya dipikirkan oleh Lusi, rasa sakit hati marah dirasakan oleh Elsa karena perbuatannya dan Ivy.
Lusi menarik napas dalam dan memandang keluar mobil.
Ivy Dan Ikbal dua manusia yang paling egois, walaupun dia tahu bahwa pernikahan itu adalah untuk saling menguntungkan tapi tetap ada yang terluka karenanya.
Elsa harus pergi untuk bisa melupakan semuanya tanpa kabar berita apa pun yang dapat diperoleh oleh Lusi.
Walaupun ia sudah datang ke rumah Elsa untuk meminta maaf tapi yang ada justru dia diusir oleh keluarga Elsa, dan om Frans pun bungkam tentang keberadaan Elsa.
Dan itu juga membuat hubungan Lusi dan kekasihnya menjadi renggang dengan berakhir putus.
Kekasihnya marah besar padanya semua mimpi indah yang di rajut pun menjadi sirna.
Lusi hampir menangis saat mengingat semua yang terjadi.
“Jangan bilang kau masih ingat dengan anak ingusan itu,” cemooh Ivy melihat wajah sedih Lusi, “Apalagi kau itu sekarang janda yang ditinggal mati suamimu belum lagi anak tiri yang mesti kau urus.”
“Kau tahu aku punya alasan sendiri melakukan itu dan lagi aku tak merasa keberatan harus mengurus Aisa, dia anak yang sangat kucintai walaupun Aisa bukan anak kandungku,” sahut Lusi terdengar emosi.
“Kau tak akan pernah tahu, apalagi jika perasaan cinta di antara mereka masih kuat,” kata Lusi tersenyum sinis, “Bisa saja Ikbal dan Elsa kembali bersama.”
“Ha...ha..... Lusi apa kau lupa sekuat apa pun cinta yang mereka milik tak akan mampu melawan pesona harta dan kedudukan,” kata Ivy terdengar sombong.
“Kau terlalu sombong Ivy, aku yakin jika Ikbal sudah memperoleh apa yang dia inginkan tercapai maka kau pun akan disingkirkannya,” kata Lusi dengan tajam.
“Sebelum itu terjadi, maka aku pastikan untuk kedua kalinya Elsa akan tersingkir sejauh mungkin bahkan kalau perlu tak pernah akan kembali lagi,” desis Ivy.
“Apa maksudmu Ivy?” tanya Lusi.
Ivy memandang ke arah Lusi dengan wajah yang tak terbaca, “Kau akan tahu nanti, jika Elsa pikir bisa merebut Ikbal dariku dia salah.”
Hati Lusi langsung merasakan sesuatu yang menakutkan saat mendengar ucapan Ivy.
***NZ***
Sementara di tempat lain Elsa juga mengingat pertemuannya dengan Lusi dan Ivy, rasa sedih menyeruak mengingat kedua wanita itu.
Dan itu juga membuat Elsa kembali teringat dengan Ikbal dan pertemuan mereka beberapa hari yang lalu, pria yang dulu pernah menjadi kekasihnya selama beberapa tahun.
Semua harus dilupakan, jangan mengingat lagi, Elsa menggelengkan kepalanya berusaha menepis pikirannya tentang Ikbal.
Tapi entah bagaimana Elsa mengingat seseorang yang lain, pria yang penuh brewok di wajahnya ditambah kacamata yang bulat besar dengan tampang selalu serius juga bersikap kaku.
Bang Madan, pikir Elsa tersenyum, bagaimana kabarnya sekarang?
Elsa ingat sekali, pria yang memiliki usia cukup jauh dengannya maupun Ikbal adalah sepupu dekat dengan pria yang pernah menjadi kekasihnya tersebut.
Abang Madan yang dulu akrab dan di anggap kakak olehnya juga menjadi mentor sekaligus dosennya selama menjadi mahasiswa jurusan arsitektur, selain Frans.
Tempat dia berkeluh kesah jika ada mata kuliah yang sulit juga terkadang masalah pribadinya bersama Ikbal pun tidak luput Elsa ceritakan.
Apa Abang Madan sudah menikah? Kira-kira sudah punya anak berapa ya? Pikiran Elsa masih teringat pada pria yang dia panggil Abang Madan.
Tapi ada rasa sedih juga kecewa, mengingat bagaimana dia memerlukan Abang Madan saat mengetahui pengkhianat Ikbal, pria itu menghilang entah ke mana sampai keputusannya untuk pergi ke luar negeri pun dia tidak pernah bertemu dengan pria itu hingga sampai sekarang kembali lagi kesini.
Jadi kangen Abang Madan, batin Elsa, tapi kemudian wajah berubah menjadi murung.
Abang Madan jahat, hilang saat Elsa perlu dia, Elsa menghela nafas panjang.
Dan Elsa seperti mengingat seseorang yang hampir mirip dengan Abang Madan tapi dengan versi yang berbeda.
***NZ***
“Hatsi! Hatsi!”
Rama mengusap hidungnya yang tiba-tiba bersin.
“Sakit kamu, cah ganteng?” Tri melihat ke arah putranya yang terdengar bersin beberapa kali, “Mau ibu ambilkan obat.”
Rama menggelengkan kepalanya, “Enggak Bu, cuman bersin biasa saja.”
Tri mengangguk, kemudian memandang Rama yang terlihat fokus melihat ke arah tablet di tangannya.
Siapa yang kira-kira memikirkan cah gantengku ya?
Apa perempuan atau ... ? Tri bergidik sendiri kemudian menggelengkan kepalanya dengan cepat, cah gantengku ngak akan mungkin belok kok.
Sepertinya aku harus bergerak cepat, sebelum cah ganteng ku berubah pikiran..., Ada senyum di sudut bibir Tri, waktunya bergerilya ketemu calon mantu.