bc

Cold Blooded of Mafia (Hiatus)

book_age18+
398
FOLLOW
2.2K
READ
love-triangle
arrogant
gangster
drama
bxg
genius
campus
like
intro-logo
Blurb

Waktu adalah hal yang selalu aku benci. Dia mampu merubah segalanya, termasuk perasaan. Aku ingin membencinya, tapi aku mencintainya. Keano Kendick, seorang pria yang mampu merubah cara pandang Andrea. Pria yang mampu membolak-balikkan perasaan Andrea sebelum dia kecewa. Pria yang selama ini adalah anak dari musuh bebuyutannya. Entah bagaimana Andrea bisa memilih dendam arau cinta?

chap-preview
Free preview
Cold-01
Seorang gadis berkuncir kuda berjalan dengan cepat, dia pun masuk ke gerbang dengan cepat, sebelum gerbang kampus ini ditutup. Sebenarnya walaupun ditutup dia masih bisa masuk dengan gampang. Hanya saja mematuhi peraturan kampus tidak ada salahkan bukan? "Andrea." Panggilan itu membuat gadis berkuncir kuda menghentikan langkahnya. Dia pun menatap ke sumber suara lalu tersenyum ramah. "Hai." sapanya. "Kamu tumben baru datang, biasanya datang pagi." "Maaf ya Audi, tadi busnya macet jadi aku sedikit terlambat." jelas Andrea. Audi mengangguk, dia pun langsung mengalunkan tangannya di lengan Andrea. Lalu menariknya pelan, masuk ke dalam kelas. Disana sudah ada Aubrey yang menunggunya dengan wajah murung. Audi langsung bertanya apa yang membuat Aubrey murung. Ternyata masih sama, masalah pria semalam yang membuat Aubrey kesal. Pria yang katanya tiba-tiba datang, dan memberi Aubrey bunga mawar merah. Dia pikir Aubrey ini kuburan, yang setiap malam harus dikasih bunga. "Tinggal dikasih melati kamunya sudah jadi mbak kunti Brey." ucap Audi dan tertawa. Aubrey semakin kesal dia pun mencubit lengan Audi hingga dia pun berhenti tertawa. Lalu menatap Andrea yang nampak tak tertarik dengan cerita Aubrey. Kalau dilihat dari ketiga orang ini, yang memiliki sikap dingin kayaknya Es adalah Andrea. Dan mereka juga tahu siapa Andrea disini. Semenarik apapun cerita bagi Aubrey dan juga Audi. Tidak akan membuat Andrea tertarik sedikitpun. Apapun itu, kecuali yang di bahas itu pistol atau mungkin pisau ukir. "Andrea!!" teriak Aubrey. Andrea menoleh dan menatap Aubrey datar, "Ada apa?" "Nggak aku cuma manggil aja." Andrea mengangguk dia pun menunduk, lalu menatap ponselnya yang bergetar. Notif pesan masuk dan membuat Andrea tersenyum. Tanpa pikir panjang dia pun langsung berdiri dari duduknya. Yang tadinya banyak anak yang bergerombol, saat menatap Andrea mereka semua malah terpecah belah. Bisa dibilang anak kampus ini takut dengan Andrea. Dia menang berpenampilan sederhana. Tidak aneh-aneh seperti kebanyakan wanita lain. Bahkan pakaian terkesan santai, dia juga naik bus saat ke kampus. Walaupun kadang di antara dengan mobil mewah, tapi Andrea lebih suka menggunakan angkutan umum dibanding angkutan pribadi. Andrea menuju gedung kosong sebelah kampus. Gedung yang katanya paling angker. Dan bahkan banyak pegawai yang menemukan mayat mati di gedung ini. Dan mereka yang mati organ tubuhnya pasti hilang. Entah siapa yang membunuh, atau mungkin menang oknum nakal yang menginginkan organ manusia dijual bebas. "Bos orangnya di dalam." ucap seseorang dan membuat Andrea mengangguk. Dia pun langsung masuk dan menatap pria yang diinginkan. Sejujurnya Andrea sudah mengincarnya sejak tiga bulan yang lalu. Tapi sayangnya, saat ingin membunuhnya banyak sekali aksi orang ini untuk menyelamatkan diri. Tentang Andrea, dia adalah ketua Mafia pilihan Papanya. Dulu sebenarnya Andrea tidak ingin di posisi seperti ini. Tapi karena suatu hal, dia menginginkan posisi ini. Posisi yang sangat diinginkan banyak orang. "Hallo Black." sapa Andrea tersenyum manis senyum yang sangat mematikan bagi musuhnya. Kalau di kampus dia akan terlihat seperti mayat hidup. Tapi di depan musuh, dia salah malaikat kematian mereka. "Sudah aku duga jika ini adalah ulahmu." sarkasnya. Andrea tertawa, "Terlalu pintar untuk menebak. Kau jelas tahu apa mau ku Black." "Cukup jelas! Tapi aku tidak akan mengatakan apapun." desisnya. Andrea tersenyum, dia pun duduk di kursi dengan mata yang terpejam. Lalu membuka matanya, dan mulai memainkan pistol di jari telunjuknya. "Katakan padaku, dimana kau simpan data itu? Aku memintanya baik-baik Black." "Sampai kapanpun aku tidak akan memberitahu mu." "Pembangkang." desis Andrea, dia pun berdiri lalu menghampiri Black, "Aku memiliki penawaran khusus. Bagaimana kalau kau memberitahuku data itu, kau dan keluargamu akan bebas." lanjutnya Black diam seperti apapun dia tidak boleh terpancing dengan ucapan gadis kecil ini. Sedangkan Andrea yang tahu pun tersenyum lagu dan berdiri. Lalu mengarahkan pistol ke arah kening Black. "Aku hanya akan menghitung sampai sepuluh, jika kau tak berbicara jangan salahkan aku, jika peluru di pistol ini akan menembak kepalamu." desis Andrea. Black mencoba menjelaskan jika dia sudah tidak lagi masuk agensi. Dia sudah keluar dan dia tidak tahu data itu dimana. Tapi tetap saja Andrea tidak percaya begitu saja dengan Black. Dia tahu betapa liciknya Black dulu, untuk menipu musuhnya dan membuatnya tak berdaya. Mungkin jika dulu Black mau bergabung dengan Andrea hal ini tidak akan terjadi. Tapi sayangnya Black menolak Andrea, san bersekutu dengan musuh. "Sepu—" "Oke aku akan katakan padaku dimana letak data itu." potong Black. "Tawaranku sudah tidak berlaku. Kau membuang banyak waktuku Black. Selamat tinggal." ucap Andrea, diakhiri dengan suara tembakan yang langsung membuat Black roboh ke tanah. Andrea tersenyum salah sendiri, dia sudah memberi tawaran. Sedangkan Black malah menolaknya. Mungkin kalau dia membuka mulut, hari ini dia masih bisa bertemu dengan istri dan juga anaknya. "Aku menginginkan jantungnya. Belah, dan ambil jantungnya." perintah Andrea. "Lalu sumpah di toples, dan bawa ke rumah." lanjutnya. "Siap bos." **** Andrea duduk tenang di kantin. Matanya menatap banyak anak yang mulai berbisik tentang dirinya. Sejujurnya Andrea paling benci dengan keramaian. Dia terkenal pendiam dan misterius. Tidak ada anak yang berani mengganggu dia. Tentu saja tidak ada. Andrea sudah banyak membunuh anak kampus, yang suka sekali mengganggu Andrea. Entah berapa anak yang berakhir tewas di tangan Andrea sendiri. Dia tidak suka diganggu, apalagi dia juga tidak pernah mengganggu orang. Dia juga terkenal tidak memiliki teman banyak. Teman dia hanya ada dua Audi dan juga Aubrey, yang katanya teman sejak mereka kecil. "Ea ini salad buahnya." ucap Aubrey. "Thank's." jawab Andrea cuek. Andrea melahap salad buahnya dengan tenang. Sesekali matanya menatap sekeliling kampus ini. Tidak ada yang mencurigakan untuk sementara waktu. Sampai akhirnya mata Andrea menatap salah satu pria berjas hitam, masuk ke lingkup kampus. Langsung, Andrea berdiri dari duduknya dan meninggalkan Audi dan juga Aubrey yang meneriaki nama Andrea. Sampai nya di kan tau bawah. Andrea langsung berlari keluar kantin. Dan tentu saja orang itu langsung mengejar Andrea. Andrea membawa pria berjas itu di belakang kampus. Tempat sepi, dan jarang sekali dilewati orang. Andrea tersenyum saat menatap siapa yang datang. "Sialan!!" umpatnya dan membuat Andrea tertawa kecil. "Kau pikir aku akan takut dengan umpatanmu?" desis Andrea. "Aku malah berpikir jika hidupmu akan berakhir disini." Lagi, Andrea pun tertawa lebar dua pun menatap pria berjas hitam mengarahkan pistol pada Andrea. Bukannya takut Andrea malah menatap pria itu berani. Seakan dia tengah menantang pria itu, untuk menarik pelatuknya ke arah Andrea. "Sudah cukup kau meresahkan banyak orang. Sekarang giliran aku yang akan mengambil kedudukan itu." ucapnya. "Ambillah, aku tidak peduli." tantang Andrea. Pria itu naik tikam dia pun langsung menarik pelatuk pistol nya, dan mengarahkan pada Andrea. Namun, sayangnya peluru itu sama sekali tidak mengenai Andrea. Bahkan Andrea masih bisa tersenyum meledek, saat peluru pistol itu melesat. "Harusnya kau menggunakan kacamata kuda, agar kau tahu dimana letak posisiku." sindir Andrea. "Terlalu banyak omong!!" Dor… Lagi peluru itu kembali melesat dan tidak mengenai Andrea satupun. Hingga Andrea pun mengeluarkan pistol, dan mengarahkan pada pria berjas itu. Dor… Satu peluru yang langsung mengenai kaki pria itu. Tersenyum puas, Andrea pun mendekat. Menendang pistol orang itu hingga jauh, dan mengarahkan pistolnya pada pria tadi. "Sejujurnya aku tidak ingin melakukan hal ini. Tapi kau memaksaku untuk melakukan hal ini." ucap Andrea memberi jeda. "...kau tahu aku hanya mencari data, itu saja. Tapi kalian malah membuat situasi semakin kacau dan rumit. Kalian lebih memilih kehilangan nyawa dibanding sebuah data." lanjutnya. "Aku sangat setia dengan Bosku. Lebih baik aku mati dibanding harus menyerahkan data itu untukmu." sarkasnya. Tanpa pikir panjang Andrea pyn mengambil peredam di tasnya. Memasangnya, lalu menembak jantung pria ini hingga ambruk. Setelah memastikan tak ternyata, Andrea pun memilih pergi tanpa dosa. Dia tidak peduli dengan jasad oria tadi, entah masih utuh atau mungkin di makan anjing liar. Setidaknya Andrea hanya mempercepat mereka bertemu dengan Tuhan. Agar dia tahu kalau dihukum utu rasanya menyakitkan. Andrea kembali ke kampus dan menatap Audi dab juga Aubrey yang panik. Fia oyn langsung menjelaskan jika Andrea baik-baik saja. Orang tadi hanya salah sasaran saja. Dia pikir Andrea adalah orang jahat, tapi nyatanya bukan. "Syukur deh Ea kalau kamu nggak papa. Aku pikir dia akan bunuh kamu." ceplos Audi dan membuat Andrea tersenyum. Mana ada yang bisa membunuh Andrea, yang ada orang itu akan mati lebih dulu ditangan Andrea. "Audi-ku sayang kamu lupa ya siapa Andrea? Perlu aku ingetin lagi nggak?" sahut Aubrey dengan gemas. "Tidak!! Aku tahu dan aku lupa." jawab Audi tertawa kecil. Membuat Aubrey ikut tertawa, tapi tidak bagi Andrea, wajahnya datar dan dingin. siapapun yang nebatao dia pasti akan takut, dan memilih sayang nyawa. **** Helaan nafas keluar dari bibir Andrea, kalau boleh jujur Andrea cukup bosan dengan hidupnya. Leo—Papa Andrea memaksa Andrea untuk menjadi ketua mafia terbesar. Sedikit orang yang tahu siapa Andrea, bahkan dia menyembunyikan siapa dirinya. Dan semua orang menganggap, jika Andrea adalah mahasiswa seperti biasanya. Mereka tidak tahu jika Andrea adalah ketua mafia. Tidak ada yang di banggakan dari ketua mafia. Selain membunuh orang, dan juga mengedarkan barang ilegal, dan membuat negara tidak akan tahu. Lelah. Itulah dirasakan Andrea saat ini, dia ingin hidup seperti wanita normal lainnya. Tapi sayangnya, hidupnya sudah terikat sejak dia berusia lima belas tahun. "Bos, korban sudah di dalam." ucap salah satu orang suruhan Andrea. Setelah membuang puntung rokoknya, Andrea bangkit dari duduknya. Dia pun masuk ke sebuah ruangan gelap, dimana korban selanjutnya berada. Alis Andrea terangkat satu, dia pun menatap seorang pria yang sudah berlumuran darah. Kalau bukan karena data sialan itu, Andrea juga malas jika harus berhadapan dengan orang macam dia. "Katakan!!" perintah Andrea. Pria itu meludah, "Cih, bajingan kecil!! Sampai aku mati pun aku tidak akan mengatakan apapun." "Kenapa semua orang ingin sekali mati? Padahal hidup lebih lama, mungkin akan membuat dia merasa bahagia." sindir Andrea. "Jika tidak bertemu denganmu akan terasa bahagia. Tapi jika ada kau—kata bahagia bahkan tidak akan terlintas di otak mereka." Andrea tertawa, "Apa kau menganggap jika aku adalah malaikat kematian?" "Malaikat kematian sangat tidak cocok untukmu. Kau terlalu bagus jika di panggil malaikat kematian." desis pria itu. "Sekarang katakan padaku, julukan apa yang cocok untukku?" Andrea menatap pria itu dengan remeh. Tapi ini korban terakhir, jangan sampai Andrea lepas kendali dan membunuh dia. Andrea butuh data itu, data seorang bajingan yang membunuh Mamanya. "Iblis!! Kau layak disebut iblis!!" sarkasnya dan membuat Andrea tertawa. "Yaa mungkin itu lebih baik dibanding malaikat kematian." Andrea tertawa kecil, dia pun mengambil pisau kecil dan dia tancapkan di buah. "Aku tidak memiliki banyak waktu. Sekarang katakan saja dimana data itu!!" Pria itu tertawa, "Aku tidak akan mengatakan apapun padamu." "Ayolah, aku akan membalas kebaikanmu jika kau berkata jujur padaku." Andrea memasang wajah memelas, tapi yang ada pria itu sama sekali tidak peduli dengan wajah memelas Andrea. Pria itu tertawa, "Aku tau. Aku adalah orang terakhir dalam daftar listmu. Dan kau pasti tidak akan membunuhku, demi data sialan yang kau inginkan bukan?" Andrea mengangguk, apa yang di bilang pria itu benar. Dia adalah korban paling akhir, dan Andrea tidak akan membunuhku pria itu dengan sia-sia, atau data itu akan hilang dan Andrea tidak akan bisa menemukan orang yang dicari Andrea. "Cukup pintar!!" komentar Andrea memainkan pistolnya. Pria itu tertawa, "Aku tau apa yang kau inginkan. Hanya aku yang tau data itu dimana. Tapi sampai kapanpun aku, tidak akan mengatakan apapun padamu." "Terserah!! Kau tidak mau mengatakan data itu, jadi jangan salahkan aku jika istri dan anakmu menjadi korbannya." "Jangan sentuh mereka, sialan!!" Andrea tertawa dia pikir dengan mengumpati Andrea, maka wanita itu akan takut? Hidup pria itu ada ditangan Andrea, jadi jangan harap jika setelah ini hidup mereka akan tenang. Andrea memilih pergi dia meminta para pengawal untuk menjaga dia dengan ketat. Sampai dia menyerah dan menyerahkan datanya. Dia adalah orang terakhir, jangan sampai dia mati duluan sebelum datanya ditanya Andrea. "Pakai cara apapun agar dia mau berkata jujur tentang data itu. Siksa dia atau terserah kalian, asal data itu ada ditanganku.". Ucap Andrea dingin. "Siap Bos." Andra mengangguk dia pun masuk ke mobil mewahnya dan memilih pergi. Lagian tidak ada yang diharapkan dari pria tadi. Dia sama sekali belum mau berkata apapun tentang data itu. Di dalam mobil Andrea cukup pusing memikirkan banyak cara. Wanita itu harus mendapatkan data itu bagaimanapun caranya. Lagian ini sudah terlalu lama, dia sudah tidak bisa menunggu lagi. Karena terlalu banyak memikirkan cara untuk mendapatkan data itu. Andrea sampai tidak fokus untuk menyetir mobilnya. Hingga dia pun menabrak mobil seseorang yang sedang terparkir rapi di pinggiran jalan. Brak.. Andrea terkejut, dia pun langsung turun dari mobil, saat pemilik mobil itu juga turun dari mobilnya. "Hei Nona apa kau tidak bisa melihat jika mobil ini berhenti?" ucap pemilik mobil ini dengan nada kesalnya. "Sorry, aku tidak terlalu fokus. Maaf, aku akan mengganti kerugiannya." Untuk pertama kalinya Andrea meminta maaf. Walaupun itu kesalahan dia, wanita itu pantang sekali untuk meminta maaf. Pria yang mengomel tadi hendak menyebutkan nominal, tapi pria satunya yang baru saja turun dari mobil langsung menggeleng. "Kau tidak perlu membayarnya, Nona." ucapnya dengan suara tegas. "Tapi—" "Pergilah, lain kali tolong hati-hati saat menyetir mobil. Jika kau banyak masalah, lebih baik kau berhenti dan tenangkan pikiranmu. Tidak hanya orang lain yang jadi korban tapi kamu juga." jelasnya. Andrea hanya mengangguk, dia pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan pergi. Sedangkan pria tadi mereka saling tatap dan tersenyum. "Aku menyukai wajahnya saat merasa bersalah." ucap pria berbaju merah—Keano Kendick "Kau selalu menyukai siapapun Kiano." desis pria berbaju biru—Aloysius dan membuat Keano tertawa kecil. TBC. up rutin bulan depan ya, tab love biar ngak ketinggalan update

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
114.4K
bc

SEXRETARY

read
2.1M
bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
312.1K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.3K
bc

BILLION BUCKS SEASON 2 (COMPLETE)

read
334.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook