Ayu menatap Farah dengan tatapan jengah, matanya menyipit seperti ingin menusuk. Sudah dua jam mereka duduk di kafe depan kampus. Hanya memesan es teh yang nyaris tandas dan dua potong dessert yang kini tinggal remah-remah. Waktu terus berjalan, namun Farah tetap saja duduk diam, tatapannya kosong, seolah ada dunia lain yang menarik perhatiannya. Ayu mulai gelisah, menggeser posisi duduknya, lalu dengan nada setengah kesal berkata, “Farah, kamu kenapa sih? Udah dua jam kita di sini, tapi kamu nggak ngomong apa-apa. Lagi galau ya? Putus cinta?” Farah tersentak dari lamunannya dan menatap Ayu. Ia tersenyum kecil, lalu mengeluarkan tawa singkat yang hambar. “Gimana mau putus cinta, Yu? Pacar aja nggak punya,” jawabnya dengan nada santai, meski hatinya bergemuruh. Ayu mendengus, menyilangka