Ryan duduk di pinggir ranjang, memandangi wajah Vina yang terlelap di sampingnya. Suasana kamar yang redup memberi nuansa tenang, namun hatinya tak bisa merasa tenang. Vina tidur dengan tenang, napasnya teratur, seolah tak ada yang mengganggu. Namun, dalam hati Ryan, sesuatu yang gelap tengah menggerogoti. Ia memandangi istrinya dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Vina, wanita yang telah menjadi teman hidupnya selama bertahun-tahun. Namun, mengapa hatinya tak bisa lepas dari bayangan seorang wanita lain? Liona. Kenapa dia memilih Vina? Kenapa dia membiarkan Liona pergi begitu saja? Pertanyaan itu selalu menghantui pikirannya, seolah ada sebuah pintu yang telah ditutup rapat, namun bayangan masa lalu masih berdiri di sana, menatapnya dengan penuh tanya. Dulu, Liona adalah segalanya