Rasanya seperti mimpi. Pengakuan yang diucapkan Ayuna membuat Sadewa terpaku beberapa saat. Ayuna mencintainya. Akhirnya ... kata cinta ia dengar dari mulut sang istri. "Kamu ... tidak sedang becanda, kan?" Sadewa ingin memastikan tidak salah dengar. Ayuna menggeleng. "Tidak. Aku sedang tidak becanda. Aku memang mencintai Mas Dewa. Entah sejak kapan rasa ini tumbuh, tapi yang pasti, aku takut kehilanganmu, Mas. Aku cemburu melihat kamu dekat dengan Airin." Sadewa mengeratkan pelukan. Dikecupnya rambut sang istri dengan lembut. "Terima kasih, Sayang. Mas bahagia mendengarnya. Kamu tenang saja. Tidak ada ruang di hati ini untuk wanita lain selain kamu. Hanya kamu yang berhak menempatinya." Sadewa tidak sedang membual. Hati dan cintanya memang telah habis hanya untuk Ayuna. "Benarka

