Radit meletakkan Alena diatas kasurnya dengan posisi tertelungkup. Pria itu menggunting pakaian Alena dari belakang sehingga ia dapat melihat punggungnya yang terluka. Sebuah garis merah melintang pada pungguhnya. Alena sedari tadi menangis tanpa suara karena rasa perih yang bertahan lama. Seorang pelayan mengetuk pintu kamar Alena, Radit membukakan pintu dan menyuruh pelayan itu pergi setelah mengantarkan barang-barang yang ia minta. Pria itu kembali dengan es batu, obat oles dan air putih. Dengan hati-hati Radit mengompreskan es batu itu pada luka cambuk Alena. wanita itu berjengit namun berusaha menahannya dan memejamkan mata. Membiarkan pria itu melakukannya. Radit menyimpan es batu dan mulai mengoleskan salep agar meredakan rasa sakitnya dan juga berharap akan menghilangkan bekas