Jam menunjukkan pukul dua belas malam lewat dua puluh delapan menit. Bisma tengah berdiri di depan washtafel. Dia sedikit menunduk, membiarkan darah yang keluar dari hidungnya menetes di sana. Genangan cairan merah itu begitu banyak. Lebih banyak dari biasanya. Seiring dengan rasa sakit dan panas yang menguasai kepala Bisma. Dia sudah sangat terbiasa dengan ini. Sebuah rasa yang menemaninya hampir setiap hari. "Tuhan, aku tahu mungkin ini pertanda darimu kalau engkau akan segera menjemputku. Aku memang tidak pantas untuk sekedar meminta, tapi tolong beri waktu aku sebentar lagi. Agar aku bisa memastikan kalau Destina baik-baik saja setelah aku pergi. Aku terima semua rasa sakit ini, Tuhan. Aku janji tidak akan mengeluh, asal Engkau biarkan aku membahagiakan Destina lebih dari ini," liri

