Jemariku mengusap sayang surai Gala yang merebahkan kepalanya di pangkuan. Ia bilang semalam tidurnya sedikit karena asik bermain dengan para bocah lainnya. Sementara itu, telingaku fokus menikmati ayat-ayat suci yang dilantunkan oleh Mas Rio. “Cie Teteh dapet suami soleh,” goda Andara. Aku terkekeh, lalu mengaminkan dalam hati. Siapa juga yang tak mau punya suami soleh kan? Setelah tilawah itu selesai, suara penghulu yang akan memandu jalannya akad nikah menggema kembali. Beberapa menit kemudian, terdengarlah serah terima di atas nama Allah tersebut. Di mana Papi melepaskan kewajibannya mengimamiku dan menyerahkan tanggung jawab tersebut pada Mas Rio. Kemudian Mas Rio menerimanya dalam satu tarikan napas sebelum seluruh saksi menyepakati jika ijab kabul tersebut sah. “Sah?” tanya

