Pandangan Azkia menembus rerumputan yang hanya diterangi lampu ber-watt kecil di halaman samping. Sementara itu, tangannya mengelus-elus perutnya yang masih rata. Jalan hidup yang harus dia lewati terasa begitu terjal, tetapi dia tidak punya pilihan selain menapaki setiap meternya. Wanita itu sudah lelah menangis. Namun, hentakan kecewa di dalam d4d4nya tidak berhenti memproduksi air mata. Sesekali Azkia menyapu air mata dengan tangan dan berharap nyeri di hatinya sedikit terbuang. Elvano tidak pernah mencintainya dan kerap membuat sakit hati. Orang baru yang datang dan mampu menarik simpati ternyata sumber bencana. Ditambah pengetahuannya akan Zoya yang mungkin sedang mengandung anak Elvano, Azkia hanya bisa menahan rasa sedih dan kecewanya sendirian. “Sabar ya, Nak. Meskipun kamu nant

