AWAL

731 Words
ARIO. Ranti melihatnya pertama kali saat ia memasuki lift di gedung kantornya. Ia terburu-buru ia mengejar lift, tak disangka pintu lift ada yang menahan. Ranti pun mengucapkan terima kasih sambil melihat sesosok pria yang menahan pintu lift itu. Pandangan mereka bertemu. Jantung Ranti tiba-tiba berdegup kencang. Pria itu tampan sekali. Badannya tinggi, rahangnya tegas, dan bahunya bidang. Belum lagi tatapan matanya yang tajam namun terlihat lembut. "Te.. te.. terima kasih," Ranti begitu gugup, lalu mengalihkan tatapannya. Pria itu hanya diam, tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Hufhh... Ranti menghela nafas kecil, sedikit kecewa karena ternyata pria itu tidak memberi respon apapun padanya. Ia berdiri menghadap pintu lift. Pria itu dibelakangnya. Ranti hanya bisa diam, dan terus menatap pergerakan lift. Posisi sekarang di lantai 3, tak sabar rasanya untuk tiba di lantai 7. Saat menatap angka-angka itu, Ranti tersadar, tidak ada angka lain yang menyala. Pria itu menuju ke lantai 7 juga kah? Siapa dia? Mau kemana? Bertemu siapa? Berbagai pertanyaan memenuhi pikirannya. Tiba-tiba, pintu lift terbuka. Mereka tiba di lantai 7. Ranti pun keluar dengan segera. Sesuai dugaan, pria itu pun keluar. Ranti melangkah cepat dan duduk di kursi kerjanya. Ia tidak mau melihat lagi pria itu. Jantungnya terus berdebar kencang. Hhh... Hati kecilnya merasakan ada ketertarikan pada pria itu. "Ah lupakan!" tanpa sadar ia tiba-tiba bicara sendiri cukup lantang. Uppss... "Lupakan apa?" Linda yang kebetulan berada di dekat mejanya tampak penasaran. "Ahh... tidak!" Ranti menutup mukanya dan membenamkan wajahnya ke meja. "Ada apa?" Cica ikut mendekatinya. Akhirnya Ranti mengungkapkan isi kepalanya pada Linda dan Cica. "Ini efek virus cowo ganteng!" "Jangan-jangan gara-gara tamu ganteng tadi ya?" kata Cica. "Siapa tamu ganteng?" Linda makin penasaran. "Itu tamunya Pa Ridwan," ungkap Cica lagi. "Resepsionis sampai ribut, ada tamu ganteng banget cari Pa Ridwan, bilangnya dari kantor pengacara." "Wah? Tim Legal baru?" tanya Linda. "Entahlah," Cica hanya mengangkat kedua tangannya. "Jadi, efek tamu ganteng itu ya?" Cica bertanya lagi pada Ranti. "Yesss... Sweet banget jagain pintu lift. Tapi pas say thanks, dia cuma diam. Ah broke my heart," Ranti bercerita dengan suara melemah. "Hahaha... Terus maunya gimana? Tatap-tatapan? Langsung falling in love? Ini hidup bukan drama," canda Linda. "No... Maksudku I'm not that bad. Berharap dia bilang ok atau sama-sama. Just that. Bukan respon super dingin kaya tadi. Kecewa. Putus sebelum berlanjut," Ranti merajuk dan memasang muka sedih. Sekilas Ranti melihat dirinya sendiri. Ia bekerja sebagai Head of Marketing di Majalah "For Her". Sehari-hari ia bertemu klien, jadi penampilan selalu ia perhatikan. Banyak orang yang menyebut sense of fashion-nya bagus dan selalu terlihat menarik mengenakan apapun. Hari ini ia mengenakan loafer hitam, pallazo hitam, kemeja mint dan outer warna putih. Rambut panjang sebahunya ia ikat. Tak banyak aksesoris, ia hanya mengenakan anting mutiara kecil dan jam tangan sporty warna hitam. Tapi ia lalu tertawa, "Who am I yaa?" ujarnya. "Yang mana sih orangnya?" Linda pun penasaran. "Masih di ruang Pa Ridwan. Nanti kita tunggu keluar. Aku info nanti," Cica menjawabnya lalu berjalan menuju mejanya. Cica adalah Fashion Editor di Majalah "For Her". Salah satu teman terbaik Ranti di kantor. Mereka sudah kenal lama sejak sama-sama diterima di kantor majalah terbesar di Indonesia ini. Sudah 8 tahun mereka bersama, dari usia 23 tahun hingga sekarang beranjak 31 tahun. Linda masih berdiri di dekat Ranti. Ia Public Relation "For Her", jadi hampir tiap pagi Ranti dan Linda pasti meeting untuk membahas mengenai tren dan isu-isu hangat dunia fashion, juga saling bertukar pikiran. Tema obrolan pun berganti soal pekerjaan. Tiba-tiba obrolan mereka terputus, Sekretaris Pa Ridwan yang bernama Dinda menghampiri mereka. "Bu Ranti dan Bu Linda dipanggil Pa Ridwan ke ruangan," ujarnya. "Wah ada apa nih," Linda tersenyum kecil sambil mengedipkan mata pada Ranti. Ranti tak sanggup berkata-kata, jantungnya berdebar tidak karuan. Linda lalu menggandengnya, dan berjalan menuju ruang Pa Ridwan. "Ya masuk," suara Pa Ridwan terdengar menjawab ketukan pintu Linda dan Ranti. Bapak Ridwan Nugraha adalah Direktur Majalah "For Her". Sosoknya terbilang senior di dunia media. Ranti dan Linda pun duduk. "Pa Ario, kenalkan ini Miranti Larasati Head of Marketing dan Linda Maulida Public Relation For Her," Pa Ridwan memperkenalkan mereka. Ario pun berdiri dan menyalami Linda, lalu bergerak menyodorkan tangan pada Ranti. "Ario Yudha," ujarnya tegas sambil menggenggam tangan Ranti erat. "Pa Ario ini dari kantor pengacara Yudha & Bagas. Ia akan menjadi konsultan tim legal For Her," ungkap Pa Ridwan. Itu pertemuan “pertama” Ranti dan Ario. Awal kisah mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD