Prolog

724 Words
Dengan langkah kaki kecilnya wanita itu _Dena_ berusaha mengejar seorang pria di depan sana, yang tentu saja dengan cara sembunyi-sembunyi. Beberapa kali wanita itu ikhlas harus berjongkok di semak-semak dan merelakan tubuhnya sediri di kerubungi semut maupun ulat bulu, demi agar dirinya tak ketahuan orang di sana. Apalagi ia punya harapan besar dari proses mengungtitnya ini, ia harus mendapat berita besar, harus. Jika kalian penasaran, Denara Larisanty, wanita cantik yang menginjak usia 26 tahun itu memang berprofesi sebagai paparazzi selama hampir 4 tahun ini. Profesi paparazzi atau menguntit, bisa di bilang sesuatu yang melanggar hukum negara ini. Hanya saja untuk perusahaan media yang Dena tempati yang bernama Onepact, perusahaan itu memang sudah di lisensi pemerintah sendiri, guna agar para petinggi atau selebriti memiliki ketakutan dan batasan, mengingat jika ada paparazzi pasti mereka akan merasa was-was di awasi. By the way, saat ini Dena tengah menguntit Yoga Harnanda, seorang aktor, model, dan musisi yang sangat-sangat terkenal di negara ini. Dengan wajah tampan yang sudah di akui dunia. Yoga berhasil menggaet berjuta-juta penggemar fanatik dari seluruh penjuru, mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, hingga tua sekalipun. Mungkin karena Yoga memang memiliki citra baik di media, sebagai orang yang sangat ramah, murah hati, dan dermawan plus plus. Bisa di bilang Yoga adalah pria ter-perfect di jamannya. Tapi Dena tak se-percaya itu dengan para selebriti termasuk Yoga, mereka pandai manipulasi, bisa saja dia di depan kamera sangat-sangat baik, tapi di belakang sikapnya super duper minus. Maka dari itu hari ini Dena rela mencalonkan diri untuk di tugaskan menguntit si superstar Yoga, hanya demi membuktikan citra baiknya itu nyata atau sekedar tipuan belaka. "Aish." Dena mendesis pelan karena kakinya terasa sangat gatal dan panas akibat dari semut merah yang menggigitnya tadi. Sudah hampir 12 jam Dena menguntit Yoga, mulai dari keluar rumah, melewati semua jadwal padat Yoga seperti syuting dan lain-lain, hingga akhirnya malam ini berakhir di sini, di sebuah cafe yang sepi pengunjung. Yoga mengenakan topi hitam, masker dan hoodie untuk menutupi dirinya. Sedangkan Dena berusaha se-biasa mungkin dalam menguntit, bahkan ia sampai harus bergonta-ganti pakai agar tak di curigai. Sejujurnya Dena juga sudah sangat kesal ingin menyerah saja, karena seharian ini ia tak mendapat berita buruk dari Yoga, yang ada ia malah melihat hal baik Yoga yakni saat dia membantu kru syuting kesusahan dalam membawa barang. Apa memang benar ya Yoga Harnanda betul-betul berkepribadian baik? Atau Dena saja yang terlalu overthinking. Baru saja Dena mendudukkan bokongnya di kursi _Cafe_ yang lumayan jauh dengan keberadaan Yoga. Dena harus di buat melongo mendapat kabar dari teman kerjanya, kalau Yoga memposting foto di media sosial dan mempromosikan cafe sepi ini, Yoga mengatakan makanan di cafe ini murah dan enak, dan akan menjadi tempat favorite pria itu. Waw! Padahal jelas Dena sadar, awalnya Yoga tak berniat ke sini, di lihat dari mobilnya yang tadi sempat putar balik hanya untuk kemari. Wah berarti Yoga benar-benar hanya ingin menggunakan power selebriti nya dan mempromosikan para pedagang kecil. Setelah beberapa saat Yoga pun keluar dari cafe, lebih tepatnya sesudah memberi tanda tangan besar di sebuah kertas yang di sodorkan pemilik kafe, bahkan pemilik cafe sampai menangis bisa dikunjungi Yoga. Dena lagi-lagi makin shock dibuatnya, melihat tabiat baik Yoga yang membantu nenek-nenek penjual tisu menyebrang jalan. Dan memberi sejumlah uang yang bisa di bilang cukup banyak kepada nenek itu. Dena yang mengintip dari Jendela hanya bisa melongo lebar-lebar. Ia tak menyangka sang superstar Yoga benar-benar sebaik itu. Tapi tiba-tiba, keterkejutan Dena seolah terhenti, ketika sebuah kedipan mata sebelah Yoga tujukan kepada dirinya. Jantung Dena berdetak kencang, tapi tubuhnya kaku, ia seolah linglung dengan apa yang tengah terjadi sakarang. Apa ini serius, Yoga Harnanda mengedip kepadanya? Dena Larisanty? "Gue nggak mimpi kan?" Dena sampai menepuk pipinya sendiri sebagai bentuk pengujian apakah dirinya masih sadar atau tidak. Dan pipinya masih terasa sakit di tepuk, berarti jelas ia tak mimpi, dan Yoga memang sudah menyadari keberadaannya sejak pagi? "Bodohnya." Dena jadi ragu perbuatan baik Yoga hari ini di sengaja dibuat baik atau betulan baik. Arghh.. entahlah. Tapi yang jelas setelah satu bulan berlalu sejak acara menguntit, suatu kejadian besar kembali terjadi dan hal itu langsung membuat penilaian Dena terhadap Yoga Harnanda makin jelas. Jelas-jelas buruk! Dena bahkan tak ragu untuk mengecap Yoga sebagai selebriti pencitraan, dan aktor terburuk di dunia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD