bc

Benih Satu Miliar

book_age18+
1.5K
FOLLOW
8.8K
READ
HE
decisive
stepfather
single mother
heir/heiress
drama
bxg
mystery
secrets
harem
poor to rich
like
intro-logo
Blurb

#September update program 2023#

Orin menjadi selingkuhan CEO dan berakhir hamil di luar nikah, sang CEO yang sudah memiliki tunangan itu meminta lelaki asing supaya menikahi Orin dengan imbalan Satu Miliar. Orin pun memulai hidupnya dengan menjadi istri dari pria asing yang dingin, menjadi madu dari wanita lain, juga menjadi ibu yang kuat dari dua anak kembar

**

Osman terpaksa menikahi selingkuhan bosnya yang hamil demi mempertahankan pekerjaannya sebagai manager, sedangkan dia sudah memiliki istri yang telah dijanjikan seiring sejalan dalam syahadat menuju surga.

chap-preview
Free preview
Test Pack
“Aku hamil?” Tubuh Orin membeku melihat dua garis merah di test pack, menandakan ada benih yang berhasil membentuk janin di rahimnya. Ikmal harus bertanggung jawab. Manik mata Orin menatap panah diikuti angka berwarna merah yang terus bergerak di dinding lift. Tak sabar menunggu pintu terbuka. Bunyi ‘ting’ pada lift yang terbuka memandu langkahnya berjalan keluar dengan tergesa-gesa. Ia membaca nama-nama ruang yang tertera di atas deretan pintu. Saat ini dia sedang berada di kantor Sarimas Groups, tempat kerja Ikmal. Di sinilah Ikmal kerap menghabiskan waktu untuk mencari pundi rupiah. Ia menemukan nama ruangan yang dimaksud. Chief Executive Officer. Tangannya membuka pintu tanpa mengetuknya. Seperti sudah familiar meski ini adalah pertama kalinya. Osman terkejut melihat kedatangan wanita asing memasuki ruangan bosnya. Pria ini sedang menyerahkan laporan kerja ke meja sang bos. Dia terlihat tampan mengenakan kemeja biru muda. Hidungnya mancung. Alisnya tebal. Persis bintang film turki. Sayangnya Orin tidak melihat ketampanan eksotik di depan matanya itu. Kepanikan yang melanda membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas meski matanya melek lebar. "Dimana Ikmal?" Gadis bermata indah itu menunjuk kursi goyang di balik meja dengan frustasi. Sejak tadi ia menahan rasa cemas. Dan sekarang, ia malah tidak menemukan sosok yang dicari setelah menghubunginya beberapa kali, tapi teleponnya tidak tersambung. "Maksud Anda, Bapak CEO?" "Siapa lagi? Jangan pura-pura tidak tahu!" Gadis frustasi itu mendominasi dengan tatapan nanar. "Saya baru di sini. Pindahan dari kantor cabang," sahut pria tampan dengan kalem. Suaranya lembut dan cenderung mengayomi. Wanita sangat menyukai suara seperti itu. Tapi Orin sedang tidak fokus ke arah situ. Dia hanya merasakan kepanikan, tidak untuk urusan lain. "Staf mutasi? Mutasi apa?" tebak Orin masih sempat menanggapi pernyataan Osman. "Mutasi kenaikan jabatan, dari kepala bagian menjadi manager. Anda siapa?" Oh ya ampun, pria ini dengan entengnya menanyakan siapa Orin? Dia tidak tahu bahwa Orin adalah selingkuhan bos. Eh? Bukankah status itu memang disembunyikan? Dan... apakah status itu patut dibanggakan? Ah, tidak. Itu status yang buruk. Tapi jabatan Ikmal sebagai pimpinan tertinggi, membuatnya cukup menikmati uang selama menjadi selingkuhan. Iya, hanya uang yang diharapkan oleh Orin dari seorang Ikmal Dirgantara. Lelaki itu tidak punya kelebihan apa pun kecuali uang di mata Orin. Badan tinggi, tapi kurang berotot. "Ya ampun, cepat telepon dia dan katakan aku menunggunya di sini." Orin tidak berminat menjawab pertanyaan pria tampan itu. Statusnya di sana juga sebagai staf, baru masuk kerja dua hari setelah ia berhasil merayu Ikmal supaya memberikannya jabatan meski jelas di kantor itu tidak sedang membutuhkan pegawai. Sarjana lulusan kebidanan tiba-tiba nyasar ke perusahaan itu, menjabat di bagian administrasi, jabatan yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan urusan kesehatan. Yang penting dapat gaji. Tidak masalah ilmu pendidikannya tidak dimanfaatkan. Ada banyak sarjana nganggur. Sudah untung dia bisa bekerja, dapat duit. Osman membuka mulut ingin mengatakan supaya Orin saja yang langsung menghubungi Ikmal, namun kalah cepat oleh pintu yang terbuka. Ikmal menyembul masuk. Lelaki yang mengenakan jas hitam dengan rambut klimis itu mengernyit, memfokuskan tatapan pada wajah Orin, lalu ke wajah Osman dan kembali lagi pada Orin. Tidak ada yang tahu bahwa ia memiliki hubungan khusus dengan Orin, maka dengan penuh kewaspadaan ia mengawasi wajah-wajah di hadapannya itu. Takut rahasianya akan terbongkar. Orin adalah pegawai baru, akan mencurigakan bila sudah berani memasuki ruangan CEO. "Kenapa kau ada di sini?" tanya Ikmal. "Aku mau ketemu kamu." Jawaban sarkas yang bisa saja membuat orang lain curiga atas kedekatan mereka. "Pak, saya permisi." Akhirnya Osman berhasil mengucapkan kata-kata itu. Sejak tadi ia sudah mangap ingin bicara namun tidak ada kesempatan. "Hm." Ikmal mengangguk, membiarkan Osman melangkah pergi meninggalkan ruangan. "Aku hamil!" Orin menyerahkan test pack kepada Ikmal, membuat pria yang dikenal arogan dan penuh dengan ambisi itu membelalak. "Apa yang kau katakan?" Ikmal terkejut. "Jangan bicara hal gila. Aku punya nama besar yang harus dijaga. Jangan merusak itu." "Bukan aku yang gila, tapi kenyataannya memang begitu." Orin mengedikkan pundak, tak peduli dengan kecemasan Ikmal yang lebih mementingkan nama baiknya sebagai CEO, pimpinan tertinggi di perusahaan itu, ketimbang nasib Orin yang berada di ujung tanduk. Masa depannya jadi taruhan. Seharusnya Orin memikirkan hal ini sebelum ia bertindak. "Jangan sembrono. Kenapa harus mengadu padaku tentang kehamilanmu?" Ikmal bersikap seakan tidak punya kaitan dengan kehamilan Orin meski wajahnya tampak sedikit gundah. "Kamu adalah ayah dari bayi ini. Lalu aku harus mengadu pada siapa? Bebek? Jangan menghindar. Kamu yang sudah membuatku jadi begini. Kamu harus bertanggung jawab." "Sudah, cukup! Aku tidak mau mendengar ini." Ikmal membentak keras. Wajahnya memerah penuh emosi. "Kita sudah sepakat sejak awal bahwa tidak ada pernikahan diantara kita. Kita hanya bersenang-senang. Ini kesalahanmu, kau teledor. Seharusnya kau menjaga diri. Kau tahu kalau aku sudah memiliki calon istri, aku sudah bertunangan." "Pokoknya kamu harus lakukan sesuatu supaya aku tidak menanggung malu atas aib ini." Orin tak kalah tegas. "Oh lihatlah betapa bodohnya kau." Ikmal mengumpat kesal seraya mengibaskan tangan ke udara. "Baiklah, aku akan lakukan sesuatu supaya kau bisa menikah. Aibmu akan tertutupi." ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Nona-ku Canduku

read
24.0K
bc

OM JUAN

read
44.0K
bc

Mengandung Anak Tuan Arvind

read
24.7K
bc

Alia

read
4.4K
bc

Best Partner

read
7.6K
bc

AFFAIR

read
7.8K
bc

Monochrome Romance

read
1.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook