14

1131 Words

Leonardo mendekat perlahan, gelas anggur yang ditawarkannya masih tegak di tangan. Cahaya matahari senja menyorot profil tajamnya ketika ia meletakkan gelas di meja marmer—tanpa suara, seperti semua keputusan yang mereka buat dalam bisikan. "Aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja, principessa," ujarnya, suara serak berbaur dengan desiran angin di antara daun zaitun. Tangannya yang hangat menyentuh pipi Isabella, jempolnya mengusap lembut garis bibirnya yang bergetar. "Satu permintaan terakhir." Sebelum Isabella bisa menolak, tubuhnya sudah ditarik dengan kasar ke dalam dekapan Leonardo. Bibirnya menyergap mulut Isabella dalam ciuman yang terlalu dalam untuk disebut perpisahan—rasanya seperti tenggelam dalam anggur tua, manis tapi memabukkan. Tangannya merayap ke belakang lehernya,

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD