Bab 2.

973 Words
"Cindy, yang kamu percayai sebagai cinta masa kecil kamu?" Tanyanya lagi. Ia sengaja bertanya seperti itu, karena ia tau, kalau Cindy yang tak lain adalah mantan kekasih dari Alex putranya itu, adalah perempuan yang sudah cukup dewasa, dan kesehariannya pun selalu berhijab. Yang memang sangat berbanding terbalik dengan Dinda, yang sering sekali mengenakan pakaian terbuka, dan juga masih sangat manja. "Ingat yah, Alex! Cindy yang kamu percayai sebagai cinta masa kecil kamu itu, udah pergi ninggalin kamu entah kemana, tanpa alasan, dari dua tahun yang lalu!" Tegasnya. "Oke! Mamah salut dengan perjuangan kamu, yang sampai sekarang masih mencoba untuk terus berusaha menepati janji kamu kepadanya pada saat 12 tahun yang lalu, untuk menikahinya!" "Meskipun perjanjian itu hanya sekedar perjanjian main-main anak kecil yang belum tau apa-apa, tentang apa arti janji itu sebenarnya!" "Tapi seharusnya kamu itu mikir! Kalau emang Cindy itu benar-benar cinta dan setia sama kamu, pasti sekarang ini dia itu masih ada disini bersama kamu! Bukannya malah pergi ninggalin kamu begitu aja, entah kemana tanpa ada alasan!!" "Jadi buat apa? Jadi buat apa, kamu nungguin perempuan nggak jelas, kayak dia?" "Cukup yah, mah! Cukup!" Jawab Alex, yang langsung saja tidak terima mendengarnya. "Jangan pernah sekalipun, mamah sebut Cindy itu perempuan nggak jelas!" "Cindy itu bukan hanya sekedar cinta masa kecil Alex, mah! Dan perjanjian Alex sama Cindy itu, bukan perjanjian main-main anak kecil yang belum tau apa-apa!" "Tapi perjanjian itu, serius!" Jelasnya, lagi. "Dulu Alex itu udah berjanji, kalau Alex itu akan selalu menjaganya sampai kapan pun! Dan bahkan dulu Alex juga berjanji, kelak kita besar nanti, Alex berjanji akan menikahinya!" Ucapnya lagi serius, kalau dulu itu (12 tahun yang lalu) ia memang sempat berjanji seperti itu, kepada cinta masa kecilnya. "Jadi sampai kapanpun, jangan pernah sekalipun mamah ngomong, Cindy itu perempuan nggak jelas! Apalagi sampai mamah ngomong, kalau perjanjian Alex itu adalah perjanjian main-main anak kecil, yang belum tau apa-apa!" Tegasnya, lagi. "Terserah kamu aja deh, Alex! Terserah kamu aja, kamu mau ngomong apa!" Jawab Ibu Mayang, yang benar-benar sudah sangat capek, menghadapi sikap Alex putranya itu yang keras kepala. "Kamu mau ngomong Cindy itu cinta masa kecil kamu kek, kamu mau ngomong apa kek, ini, itu, terserah!" "Yang jelas inti dari pembicaraan kita ini tadi, tentang perjodohan dan pernikahan kamu dengan Dinda, yang akan diselenggarakan besok!" "Jadi mau nggak mau, mulai dari sekarang kamu itu harus mempersiapkan diri kamu baik-baik, untuk acara pernikahan kamu itu besok dengannya!" Tegasnya lagi, yang kemudian langsung pergi begitu saja meninggalkannya sendiri, didalam ruang tamu. "Mah! Mamah ini apa-apaan sih, mah? Alex ini nggak mau menikah sama Dinda, mah! Alex ini nggak cinta sama dia!" Teriaknya, marah. "Mah! Mamah!" Teriaknya lagi, semakin marah. Namun sayang, Ibu Mayang tidak menghiraukannya. Ia pun malah justru langsung buru-buru masuk ke dalam kamarnya. "Aaaahhh, sial!" Ucap Alex lagi, yang benar-benar sudah tidak tau lagi harus bagaimana. Pagi pun tiba,,,, DI RUMAH PAK HADI. Waktu menunjukkan pukul 08:00 Pagi. Acara pernikahan Alex dengan Dinda, sudah selesai di persiapkan. Mereka semua hanya tinggal menunggu kedatangan dari pihak keluarga mempelai pria saja. Bahkan sekarang ini, Dinda pun sudah selesai dirias. Ia pun terlihat sangat cantik, anggun, dan juga sangatlah seksi mengenakan gaun pengantin. Apalagi gaun pengantin yang ia kenakan sekarang ini, adalah gaun pengantin pilihannya sendiri. Karena ia paling suka dengan pakaian yang seksi dan terbuka, ia pun memilih gaun pengantin dengan model dan gaya seperti itu. "Sayang, hari ini kamu bener-bener cantik banget sayang!" Ucap Ibu Sari, yang dari tadi tak henti-hentinya memuji-muji kecantikannya. "Ya ampun maaah! Sekarang ini Dinda bener-bener deg-degan banget, mah!" Ucap Dinda yang malah justru langsung menjawabnya seperti itu. "Ya ampun sayaaaang, kenapa kamu harus deg-degan?" Jawab Ibu Sari, yang langsung tersenyum melihat tingkah lakunya. "Ya jelas deg-degan dong, mah!" Jawab Dinda. "Secara, Dinda ini kan nggak tau mas Alex itu orangnya kayak gimana? Kepribadiannya juga kayak gimana, terus suka nggak nanti, kalau mas Alex udah ngeliat Dinda?" Jawabnya lagi, yang ternyata dari tadi deg-degan memikirkan hal seperti itu. "Ya jelas suka dong, sayaaaang! Orang putri mamah ini cantik banget kayak gini, kok!" Jawab Ibu Sari lagi, yang langsung tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. "Eeeemmm, mamaaah!" Rengek Dinda, terharu manja. "Udaaah, kamu tenang aja! Meskipun sekarang ini adalah pertemuan pertama buat kalian berdua, tapi mamah yakin! Kalian berdua, pasti cocok satu sama lain!" Ucap Ibu Sari lagi, dengan sangat yakin. "Amiiiin!" Jawab Dinda, yang langsung saja buru-buru mengaminkannya. Karena meskipun pernikahan mereka berdua itu hasil perjodohan, tapi ia sangat berharap, kalau Alex calon suaminya itu adalah seorang pria yang sesuai dengan kriterianya, begitu juga dengan sebaliknya. "Eh! Sayang, sayang, lihat deh! Itu Tante Mayang sama Alex, udah pada datang!" Ucap Ibu Sari lagi, sambil buru-buru menatap kearah mereka berdua, yang sedang berjalan masuk menghampirinya, menghampiri Dinda, dan juga menghampiri Pak Hadi, yang sekarang ini sudah duduk menunggunya, tepat di hadapan Pak penghulu. "Oh iya, bener! Mereka udah pada datang!" Timpal Pak Hadi, yang langsung saja menyambut kedatangannya dengan senyuman. "M_mana mah, pah? Dinda jadi penasaran, emang mas Alex itu orangnya kayak giman,,,,,,,," seketika ucapan Dinda pun, langsung terpotong. Ia pun langsung terdiam sambil terbengong, melihat betapa gagah, tampan, dewasa, mempesona, dan berwibawanya Alex calon suaminya itu. "J_jadi, laki-laki tampan dan dingin diujung sana itu, calon suami aku? Yang nantinya akan hidup bersama aku selamanya, dalam susah ataupun senang?" Ucapnya dalam hati, gugup dan tak percaya. "Ya Tuhaaaan! Kenapa aku jadi tambah deg-degan banget kayak gini yah, setelah aku ini ngeliat mas Alex?" Ucapnya lagi dalam hati, yang langsung saja menghela nafas pelan dan membuangnya kasar. "Eeeeh, tapi tunggu dulu!" Ucapnya lagi, dalam hati. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa aku ini kayak nggak asing yah, ngeliat mas Alex? Kenapa perasaan aku ini mengatakan, kalau aku ini kayak udah pernah ketemu, dan bahkan aku ini juga kayak udah pernah dekat sama dia, sebelumnya?" Ucapnya lagi dalam hati, bingung. Karena entah mengapa, dengan secara tiba-tiba perasaannya itu mengatakan hal seperti itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD