Bab 13.

829 Words
"B_Bu Dessy?!" Ucap resepsionis tersebut, yang langsung saja menundukkan kepalanya, karena saking takutnya. "Ya ampuuuun! Ini ada apa ini? Ini semua ada apa?" Dessy yang langsung saja teriak dengan begitu kencang, karena ia baru sadar dan baru melihat, keadaan Guci tersebut sekarang ini. "Siapa yang sudah dengan beraninya, memecahkan Guci antik kesayangan Tuan muda, ini?" Teriaknya lagi, yang langsung saja marah-marah kepada semua resepsionis dan juga karyawan-karyawan, yang ada didalam ruangan tersebut. Sehingga Dinda, Sinta, Nita, dan Tari yang melihatnya pun, tak tega. "S_saya Bu!" Jawab Dinda, yang meskipun sekarang ini ia sedang dalam keadaan panik pun, mencoba untuk jujur atas perbuatannya itu. "Apa! Kamu?" Ucap Dessy, yang langsung saja menatapnya dengan tajam. "Jadi kamu yang sudah dengan beraninya, mecahin Guci antik kesayangan Tuan muda ini?" "Guci antik ini, harganya sangat mahal! Karena Guci antik ini, Limited edition! Hanya orang-orang kalangan atas sajalah yang bisa dan sanggup membeli Guci antik ini!" Ucapnya lagi, serius. "Dan kamu! Mau kamu bekerja disini seumur hidup pun, gaji kamu itu nggak akan pernah cukup untuk menggantikan Guci ini!" Ucapnya lagi, yang kemudian langsung memperhatikan penampilannya, dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. "Tunggu dulu!" Ucapnya, lagi. "Kalau dilihat dari seragamnya, kamu anak magang di Perusahaan ini?" Ucapnya lagi, yang baru saja sadar akan hal tersebut. Sehingga ia pun, semakin marah lagi dibuatnya. "Kamu, baru jadi anak magang di Perusahaan ini, udah berani-beraninya bikin kegaduhan kayak gini!" "Kamu pikir, kamu itu siapa?" "Kamu pikir kamu itu cucu, atau nggak anak dari pemilik perusahaan ini, hah?" Teriaknya lagi, yang dari tadi terus memaki-makinya tiada henti. Sehingga ruangan tersebut pun terdengar sangatlah berisik dan gaduh. Bahkan karena saking berisik dan gaduhnya, sampai-sampai suara tersebut pun terdengar oleh CEO di Perusahaan tersebut, yang sekarang ini sedang turun dan baru saja keluar dari dalam lift. "Aduuuuuh! Suara apaan sih itu?" Ucapnya, yang benar-benar sangat terganggu akan kegaduhan tersebut. Kemudian, ia pun langsung buru-buru melangkah menuju ruangan tersebut, yang ternyata sudah sangat ramai oleh karyawan-karyawanya, yang sedang menyaksikan insiden tersebut. "P_pagi, Pak!" Sapa salah satu dari karyawannya itu, yang langsung saja menundukkan kepalanya dengan sangat hormat. "P_pagi, Pak!" Sapa karyawan yang lainnya lagi, yang juga ikut menundukkan kepalanya. "Pagi, Pak!" "Pagi, Pak!" "Pagi, Pak!" Sapa mereka semua, secara bergantian. "Pagi!" Jawabnya, dengan raut wajah yang terlihat benar-benar sangatlah dingin. Kemudian, ia pun langsung melangkah lagi, menuju tempat dimana titik kegaduhan tersebut berada. "Bu Dessy, ada apa ini? Kenapa ruangan ini terdengar sangat berisik, bahkan sampai terdengar dari ujung lift sana?" Tanyanya, yang sekarang ini sudah sampai dan berdiri tepat dihadapan mereka semua, dengan raut wajah yang terlihat sangatlah marah. "B_Bapak?!" Ucap Dessy gugup, karena saking kagetnya. Kemudian, ia pun langsung buru-buru menyapanya dengan sangat hormat, sama seperti karyawan-karyawan yang lainnya. "S_selamat pagi, Pak!" Sapanya, yang juga langsung ikut menundukkan kepalanya. "S_selamat pagi, Pak!" Sapa semua resepsionis-resepsionis yang bekerja di perusahaan tersebut, yang juga langsung ikut menundukkan kepalanya dengan sangat sopan dan hormat. Karena itu semua memang sudah tata krama bagi setiap karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. "Pagi!" Jawabnya lagi, yang masih terus terlihat sangatlah dingin. "Bu Dessy, mana Guci antik kesayangan saya, yang baru saja saya pesan dari China?" Tanyanya, yang sudah tidak melihat adanya Guci antik kesayangannya itu lagi, di tempat tersebut. Karena tanpa sepengetahuan dari kita, tadi itu Dessy langsung menyuruh Dinda, Nita, Sinta, dan juga Tari, untuk cepat-cepat membereskan semua pecahan-pecahan Guci tersebut, dan membuangnya kebelakang. "I_ini Pak, sebelumnya saya mau minta maaf!" Jawab Dessy, yang langsung saja panik dan ketakutan. "G_Guci antik kesayangan Bapak, Pecah!" Jawabnya lagi, yang dengan secara tiba-tiba langsung saja memberi tahunya seperti itu. Sehingga CEO di perusahaan tersebut pun, seketika langsung kaget mendengarnya. "A_apa! Guci antik kesayangan saya, pecah?" Ucapnya, yang benar-benar kaget dan tak percaya mendengarnya. "Bu Dessy, sudah berapa kali saya bilang sama kamu! Tolong informasikan keseluruh karyawan, untuk menjaga baik-baik Guci antik kesayangan saya!" Teriaknya. "Tapi kenapa semuanya malah jadi pecah kayak gini?" "M_maaf, Pak! Tapi Guci antik kesayangan Bapak, bukan pecah sama karyawan-karyawan disini, apalagi pecah sama saya, Pak!" Jawab Dessy, dengan keadaan tubuh yang sangatlah gemetaran. "T_Tapi Guci antik kesayangan Bapak itu, p_pecah sama,,,,," seketika Dessy pun langsung terdiam, sambil menatap kearah Dinda, yang baru saja kembali membereskan pecahan-pecahan Guci tersebut dari belakang, bersama dengan ketiga temannya. "Sama, sama siapa?" Tanya CEO di Perusahaan tersebut lagi, semakin marah. "S_sama,,,," jawab Dessy lagi, yang terlihat masih terus gemetaran. "S_sama, sama anak magang itu, Pak!" Jawabnya lagi, yang langsung saja menunjuk tepat ke arah Dinda. "Sama anak magang itu? Sama anak magang yang man,,,," seketika ucapan CEO tersebut pun, langsung terpotong. "D_Dinda?!" Ucapnya lagi dalam hati, yang benar-benar kaget setelah melihat dan tau, siapa sebenarnya anak magang tersebut. "M_Mas Alex,,,," Ucap Dinda, yang juga sama kagetnya, setelah ia melihat dan tau, kalau ternyata CEO di Perusahaan tempat ia dan teman-temannya magang itu, adalah Alex. Iya, Alex, Alex suaminya sendiri. Si pemilik Guci antik, yang sudah ia pecahkan sampai hancur. Karena ternyata perusahaan raksasa tempat ia dan teman-temannya magang itu, adalah perusahaan milik Almarhum Pak Arga, Papah mertuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD